Ais merutuk keadaannya saat ini, tadinya bersama Api, mereka berdua sudah hampir sampai ke ruang makan keluarga kerajaan ketika sekumpulan tuan dan nona muda dari beberapa keluarga bangsawan datang menyapa mereka berdua.
Panik pun melanda Ais yang tiba-tiba disapa oleh orang yang ia tidak kenal, terlebih tampaknya mereka cukup mengenal pangeran Air, Untung Api berbaik hati menyuruh Ais untuk duluan ke ruang makan, sementara Dia mengurus para bangsawan muda tersebut.
Namun Ais lupa, dia sama sekali tidak mengerti tata krama kerajaan, begitu menyadarinya, langkahnya segera ia hentikan tepat sebelum dirinya mengetuk pintu dengan wajah pucat...
Gawat hampir aja ku ketuk... batin Ais sambil pelan-pelan melangkah mundur dari pintu. Dirinya cukup bersyukur bahwa lorong itu tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa pelayan yang lewat dan melihat nya sekilas.
Mereka yang lewat biasanya menatapnya dengan pandangan aneh dan heran yang membuat Ais merasa sangat canggung meski mereka melihatnya dari jarak jauh dan tidak mencampuri urusan nya.
Menghela nafas, Ais berusaha menghilangkan rasa gugup nya karena tadi, sambil memikirkan apa yang akan dia lakukan.... Menunggu Api atau masuk sendiri?
Jujur, sebenarnya Ia masih takut menghadap Raja, terlebih menurut buku yang ia baca, Beliau terkenal sebagai Raja yang tegas dan berhati dingin, seperti cerita tentang bagaimana beliau yang memerintahkan pasukan kerajaan untuk membantai keluarga bangsawan yang menentang pengangkatannya sebagai raja...
Mengerikan... Ais tidak mau berurusan dengan orang seperti itu, tapi apa daya yang ia miliki sebagai orang yang bertransmigrasi ke anak yang lahir dari wanita yang menjadi isteri orang itu? Mau tidak mau, cepat atau lambat ia pasti akan bertemu dengan Raja..
Sunguh merepotkan...
Lamunannya buyar ketika jendela disampingnya terbuka lebar dengan kencangnya deru angin yang masuk...
"Weee!.... Ahahaha!! ... Lagi kak! Daun mau lagi kak Taufan!!"
"Ahaha....nanti ya Daun, kita kan mau bertemu Ayah.. Jadi terbang nya nanti lagi ya?"
Begitu angin mereda, Ais bisa melihat dua orang, satu remaja akhir yang sedang menggendong Anak berusia 7 tahun, Ais tahu anak itu, jadi perhatiannya tertuju pada remaja akhir yang berpakaian rapi dan lengkap dengan aksesoris bernuansa biru muda..
Orang itu menurunkan Daun dan merapikan baju mereka berdua, sebelum menengok kanan kiri hingga menyadari kehadiran Ais yang terkejut.
"Hm? Oh! hei Air! Lama tak bertemu.." Katanya sambil mendekati Ais "Kau dari sebulan yang lalu pingsan terus, untunglah belum mokad.. Kakak merindukanmu kau tahu?"
Orang itu mengacak-ngacak rambut Ais yang rapih, kalau pelayan yang tadi merias rambutnya ada disini, mungkin sudah menangis melihatnya kerja kerasnya dihancurkan oleh pangeran kedua.
Meski diperlakukan dengan hangat, Ais masih terdiam, dirinya diam terpaku bukan karena perlakuan Sang 'kakak', tapi karena warna Manik kakaknya itu... Itu berwarna biru muda seperti Sapphire....
Persis... Itu persis seperti punya Kak Taufan dari dunia ku Batinnya selama matanya masih tertuju pada mata kakak keduanya itu... Perasaan rindu mulai menyelimuti tubuhnya.... rasanya seperti sudah lama tidak melihat mata biru itu...
{aku merindukanmu Kakak/ Kak Upan...... }
DEG!!!
Dada Ais terasa sakit, memang ia rindu dengan saudara-saudara nya di dunia lamanya tapi entah kenapa saat ia memikirkannya, dirinya merasa seperti sudah lama merindukan itu... Seolah Manik biru itu telah lama hilang dari hidupnya....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull Life
Fantasy[On Going] Mantan pahlawan galaksi yang pemalas menjadi seorang pangeran? Apa gak apa-apa tuh? Seseorang yang terdidik untuk berdikari sejak dini, sekarang harus tahu caranya memakai kekuasaan nya dalam memerintah orang. Boboiboy Ais bin Amato kir...