"Kau mengecewakan ku, Tuan Visen," Suara yang lebih muda terdengar dari alat komunikasi sihir di ruang kerja serba emas nya ini, "Bisa-bisanya benda itu di curi dari mu dengan semua dukungan yang ku berikan... Kau anggap aku apa?"
Visen berkeringat deras, tak berani menatap alat itu, seluruhnya tubuhnya tegang antara lelah berlutut atau takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dibalik suara dari alat komunikasi sihir yang terdengar sangat tenang seolah tidak terjadi apa-apa itu, ada nada kekecewaan dan kemarahan yang tersembunyi. Hawa otoritas kekuasaan yang terasa dari pembicara tidaklah main-main, salah menjawab maka dirinya akan tamat.
"Tempat mu dibobol orang asing, terlebih bukan pasukan tapi hanya tiga orang yang berhasil mencuri itu... Bukankah itu sangat menggelikan Tuan Visen?"
*Arggggh!! Pencuri sialan!!! Apa yang harus ku katakan kalau begini? * Batin Visen menggigit bibirnya dengan kuat, tak peduli meski nantinya akan berdarah, memikirkan alasan yang bagus untuk mempertahankan kepercayaan orang ini padanya adalah prioritas utama nya sekarang.
"Tapi Tuan Visen Bristha, memang nya benar tidak ada petunjuk tentang orang-orang itu?"
Mendongak ke layar, mata Visen terpaku dengan senyum hangat dari orang didepannya ini, terlihat sangat dewasa dan bijaksana, membuat Visen lupa siapa orang ini untuk sekejap.
"Apa kau sungguh-sungguh tidak menemukan apapun?"
Seolah mendapat kepercayaan diri nya kembali, Visen terdiam, memutar kembali memori kejadian malam itu dibenaknya.
Saat ia menerima alarm, kumpulan mayat-mayat bawahan nya yang berserakan di jalan, pintu ruang bawah tanah yang hancur lebur, dan,
Tiga orang berjubah yang salah satunya menggendong barang itu dengan jeruji penjara yang hancur dibelakang mereka ditambah sebuah lingkaran sihir di bawah mereka, lalu mereka menghilang.
Menurut pengamatan bawahannya, Setidak nya satu orang itu adalah pengguna pedang yang sangat kuat, ini masih masuk akal, lalu ada orang yang memiliki hawa keberadaan sangat tipis yang kemungkinan seseorang yang ahli dalam hal mata-mata, dan yang terakhir, seseorang bertubuh pendek yang tampaknya tidak memiliki hal khusus.
Aneh, orang yang terakhir sangat pendek hingga tampak seperti anak-anak... Tapi itu tidak mungkin, kenapa mereka membawa anak-anak untuk hal berisiko tinggi seperti itu? Bukannya Visen peduli, tapi normalnya orang tidak akan membawa beban seperti anak kecil untuk hal seperti ini. Kecuali, kalau anak itu semacam...
Dan lagi sisa mana sihir itu...
"Tuanku, saya telah ingat," kata Visen dengan percaya diri, menatap lurus ke arah layar yang mengundang tatapan tertarik dari lawan bicara nya "Pertama, salah satu dari mereka, ada anak yang mungkin sudah mendapat didikan khusus,"
"Hoo, buruh anak atau mungkin mata-mata maksud mu?"
Visen mengangguk, "Masih perkiraan saya, namun itu satu-satunya cara untuk menjelaskan kenapa ada anak di kelompok orang itu, terlebih ada orang dewasa yang memiliki kemampuan menyamarkan hawa keberadaan, mungkin mereka masih terhubung."
"Lanjutkan,"
"Kedua, Menurut penyihir bawahan saya, sisa mana yang terasa setelah mereka berteleportasi.... Mirip dengan Mana Putra mahkota..."
TRANGG!
Suara cangkir jatuh terdengar dari balik layar, Visen secara refleks meneguk ludahnya sendiri, menjadi lebih gugup dari sebelumnya.
"...begitu.... Itu masuk akal kalau itu dia..." Suaranya sangat pelan, namun aura permusuhan yang dalam sangat terasa, Manik coklat nya tanpa sengaja berubah menjadi emas untuk sesaat, sebelum ia menarik nafas dan menenangkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull Life
Fantasy[On Going] Mantan pahlawan galaksi yang pemalas menjadi seorang pangeran? Apa gak apa-apa tuh? Seseorang yang terdidik untuk berdikari sejak dini, sekarang harus tahu caranya memakai kekuasaan nya dalam memerintah orang. Boboiboy Ais bin Amato kir...