Hari menjelang malam, dikala orang-orang di tengah jalanan ibukota mulai bubar membereskan sisa festival di hari terakhir ini dengan lenggang dan hening, penghuni istana malah semakin sibuk dan ramai.
Tamu-tamu mulai berdatangan, kereta demi kereta mulai masuk ke area istana utama, orang-orang datang dengan pakaian dan perhiasan terbaik mereka, menghadiri acara terakhir festival yang paling ditunggu, pesta debut mereka berdua.
"U-uh, skala nya benar-benar luar biasa... Utusan keagamaan pusat dari kekaisaran benua Utara, utusan penyihir menara, Profesor dan akademisi dari Sirius Academy, Alkemis dari guild, dan lain-lain... Dan Kau tidak boleh lari Air." Ujar Api menahan tubuh gemetar adiknya yang sudah hendak kabur hanya dengan melihat banyaknya orang-orang yang menghadiri pesta dari balik tirai tempat mereka menunggu.
Bagaimana tidak? Semua persiapan mentalnya hancur lebur begitu ia melihat gelombang manusia di aula pesta ini. Tubuh Ais hanya semakin bergemetar saat Api menyebut satu persatu nama orang terkenal yang hadir, membuat nyawanya melayang disetiap katanya.
*Aku tidak dibayar untuk ini...!!* Batin Ais yang meringis, mengapa pula orang-orang ini begitu antusias menghadiri pesta pangeran pembuat masalah dan pangeran pemalas macam mereka berdua?
Bukannya mereka bisa naik takhta atau bagaimana pun.
Dia grogi! Padahal Ais tahu persis bahwa dirinya tidak memiliki riwayat demam panggung selama di dunia lamanya, dan dia baik-baik saja berbicara didepan umum dulu, tapi sekarang tampaknya dia bisa pingsan kapan saja...
"Ayolah... Kau ini seorang pangeran, Air. Bersikaplah sedikit lebih percaya diri, kau tidak akan pingsan hanya karena begini astaga..." Ujar Api menghela nafasnya saat melihat kondisi Ais yang malah memojokkan diri di balik tirai jendela ruangan.
"Gak.. Gak... Terlalu banyak... Aku pasti pingsan di sana..." Gumam Ais dengan wajah membiru, menutupi setengah dirinya sendiri dengan kain tirai dengan tangan yang masih bergetar.
"Air, ini tidak seperti kau akan mati-"
"Aku akan mati kak..."
"Pilih, kau perbaiki sikapmu sekarang atau kau kabur dari sini tapi jangan menyalahkanku kalau Putra mahkota turun tangan menyeret mu kemari, nah bagaimana Air?" Api melipat tangannya di dada, menahan diri untuk tidak menimpuk adiknya yang baru selesai rehabilitasi kemarin hanya karena gemas dengan sikap adiknya yang gemetaran kayak kelinci ini.
Pengen nya dia goda lebih, membayangkan kalau adiknya gemetaran akan mengikutinya bagai anak itik imut lagi seperti waktu mereka kecil dulu tapi nggak jadi mengingat dia bakal sibuk hari ini.
Jarang loh Api bisa melihat adiknya yang sukanya mengurung diri dikamar, diam-diam mencari maut dengan tingkah nekatnya itu bisa sepenakut ini hanya gara-gara akan berdiri didepan orang banyak.
"Itu mah bukan pilihan kak... Tirani... Sama-sama bakal mati..." keluh Ais menyerah, meski Ais jujur nggak tau kenapa Api malah bawa-bawa nama putra mahkota untuk mengancamnya.
"Tahu gitu tegakkan dirimu, anggap aja mereka semua kentang atau gimana." ketus Api mendengus, kembali menatap ayah mereka yang kini sedang membuka pesta di balik ruangan tempat mereka menunggu.
Sementara Ais hanya bisa pasrah, mencoba saran Api tadi sembari menenangkan dirinya, menarik dan membuang nafasnya berulang-ulang sampai dia tenang...
"Yang mulia, Nona Hamour dan Nona Saintess telah datang."
Suara seorang pelayan laki-laki menarik perhatian Ais dan Api ke arah pintu yang terbuka untuk membiarkan dua orang diluar masuk.
"Kami menyapa Yang mulia Pangeran keempat dan Pangeran kelima." kedua gadis membungkuk hormat dengan anggun pada mereka berdua yang membalas dengan anggukan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull Life
Fantasy[On Going] Mantan pahlawan galaksi yang pemalas menjadi seorang pangeran? Apa gak apa-apa tuh? Seseorang yang terdidik untuk berdikari sejak dini, sekarang harus tahu caranya memakai kekuasaan nya dalam memerintah orang. Boboiboy Ais bin Amato kir...