Besok dia akan berangkat, segala persiapannya sudah di siapkan dan mulai di angkut ke dalam kereta kuda oleh para pelayan. Mana mungkin seorang pangeran menyiapkan semuanya sendiri bukan?
Walau barang yang ia punya dan perlu di bawa sebenarnya tidak terlalu banyak, dua kereta saja cukup untuk dirinya dan beberapa pelayan dan kesatria yang akan menemani nya selama perjalanan beserta kebutuhan mereka.
Raja tampaknya agak ragu ketika dia bilang tidak mau mengikuti protokol standar perjalanan keluarga kerajaan, Ais tidak ingin perjalanan ini banyak menarik perhatian, karenanya dia tidak membawa banyak orang. Namun Raja akhirnya mengizinkan, dengan catatan, kesatria yang menemaninya adalah pilihan Raja.
Selagi kebutuhan nya di urus, Ais sendiri hanya perlu menunggu itu semua selesai sembari membaca buku dikamar, menikmati harinya yang menjadi lebih sunyi karena seseorang telah menyerah untuk menemui nya sekarang.
"Pangeran ketiga, mengundang ku minum teh?" Ais menutup bukunya, menatap Roen dengan keheranan. Roen hanya mengangguk, sampai sekarang pun Ais masih belum bisa membaca mimik wajah orang ini.
Ais terdiam sebentar, mengetuk cover buku miliknya sambil berpikir tentang apa yang harus dia lakukan. Rasanya agak mengejutkan ketika Gempa tiba-tiba ingin menemuinya.
Buat apa juga? Mereka kan baru saja ketemu waktu debut, dan belum saling kenal secara dalam untuk membuat semacam salam perpisahan.
"Baiklah, aku akan menemuinya." Ucapnya sambil berdiri. Jam minum teh biasanya dilakukan saat sore, berarti sebentar lagi.
"Saya kira, Anda akan menolaknya yang mulia." Ujar Roen sambil menyiapkan baju luar untuk Ais pergi.
Ais hanya tersenyum kecil, merapikan bagian kerah bajunya lalu mengambil bros permata biru yang disiapkan Roen dengan santai, "Anggap saja sebagai pendekatan antar saudara."
"Walau Yang mulia tahu persis bahwa mungkin ada niat terselubung dari pertemuan ini? Pangeran keempat tidak akan suka jika tahu anda bertemu dengan nya."
"Roen." nada bicara Ais merendah sebagai peringatan, "Aku tidak perlu ijinnya."
Daripada takut akan nada yang terdengar mengancam itu, Roen lebih merasa puas, dengan senyum kecil ia menunduk hormat, "Maaf atas kelancangan saya, Yang mulia."
Ais menghela nafas, percuma juga bermain pikiran melawan Roen yang sudah ahli dalam bidang ini, "Lagipula, cepat atau lambat aku juga akan berinteraksi dengan pangeran ketiga juga. Aku perlu mengenalnya sendiri."
Gempa... Adalah tokoh novel yang menurut Ais cukup misterius.
Dalam novel, keluarga kerajaan hampir jarang disebutkan dengan nama mereka secara langsung, biasa menggunakan sebutan Raja, Pangeran ke, atau Putra mahkota atau si siapa, bahkan oleh Chiba sendiri.
Terlebih, kerajaan Zethis hanya bertahan di volume pertama, membuat nama anggota keluarga nya semakin jarang di sebut. Wajar saja jika Ais terkejut mengetahui nama-nama asli mereka saat awal mengenal dunia ini, siapa sangka mereka memiliki nama yang mirip dengan orang-orang di dunianya?
*Tapi mereka tidaklah sama... *Batin Ais menarik nafas, melihat pantulan dirinya di cermin.
Orang di dunia ini, bukan orang yang dia kenal di dunia lamanya. Ais telah memantapkan hal ini begitu ia berencana pergi ke Istana Aquamarine.
Maka dari itu, Gempa ini bukanlah Gempa yang ia kenal, bukan kakaknya. Rumor adalah omong kosong, Ais memilih untuk menilai Gempa terlepas dari pandangan orang-orang dengan mata kepalanya sendiri.
Novel mungkin menggambarkan bagaimana Gempa menjadi antagonis utama di volume pertama. Dia datang membawa harapan namun malah menjadi kehancuran bagi orang yang mempercayainya, rakyat kerajaan Zethis itu sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/207353800-288-k336433.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull Life
Fantasía[On Going] Mantan pahlawan galaksi yang pemalas menjadi seorang pangeran? Apa gak apa-apa tuh? Seseorang yang terdidik untuk berdikari sejak dini, sekarang harus tahu caranya memakai kekuasaan nya dalam memerintah orang. Boboiboy Ais bin Amato kir...