Gempa belum terlihat lagi sejak saat itu, dan festival sudah memasuki hari ke kelima, masih dengan antusias yang entah kenapa belum pudar dari sorakan penonton. Hal yang entah harus Ais syukuri atau takuti mengingat fakta bahwa dibalik meriahnya warna-warni festival yang sebenarnya didominasi merah biru ini, sebuah perintah untuk meningkatkan jumlah penjaga kota di turunkan oleh Putra mahkota untuk menambah keamanan.
Orang mana saja pasti akan paham kalau ada sesuatu yang tidak beres kalau mereka tahu ini, maka demi mencegah terjadinya kecemasan yang tak perlu dari masyarakat, semua penjaga itu di kerahkan diam-diam tersamarkan diantara keramaian festival.
Jangan tanya bagaimana persisnya pada Ais karena semenjak malam itu dirinya secara tidak langsung 'terjebak' di kolosseum kerajaan dengan tugasnya sebagai 'penyelenggara' festival ini selama seharian penuh.
Setelah hari pertama, memang tidak semua anggota keluarga kerajaan harus hadir namun sebagai orang yang membuat ide dan bertanggung jawab atas festival ini, salah satu dari Ais atau Api harus tetap hadir disana, menghadiri acara sebagai formalitas tanda mereka benar-benar bertanggungjawab.
Dan tampaknya pilihannya terlalu mudah, Ais yang harus menghadiri acara ini karena Api di minta untuk ikut mengawasi situasi ibukota bersamaan dengan perintah itu diberikan.
*Agak kejam sih... Seolah bilang Air itu gak berguna... * Batin Ais yang menggerutu jengkel, sudah bosan menatap area tanding yang memang kurang menarik bagi nya. Dia hanya tahu perkembangan di kota lewat Api, itupun kalau dia memang mau ngasih tau mengingat tampaknya informasi ini dijaga ketat.
Sialnya, Api mungkin sudah memprediksi kemungkinan bahwa ia akan memiliki ide untuk mencoba kabur dari kolosseum, maka dari itu dia telah menyiapkan 'penjaga' untuk mengawasi gerak-geriknya.
'Manusia, landak ungu itu masih menatap mu'
*Aku tahu itu... *Batin Ais dengan wajah malas. Mengelus pelan benda tak kasat mata yang berada di pangkuannya ini, sambil diam-diam melirik orang yang sedari tadi diam di belakang kursinya.
Fang ada di sana, masih berdiri dengan tegap tanpa tanda-tanda kelelahan sekalipun, membuat Ais bertanya-tanya apa mereka memang bisa memperlakukan putra kedua dari seorang duke seperti penjaga begini.
Matanya tajam layaknya elang yang sedang mengawasi mangsa agar tidak kabur, dan jika saja Ais tidak ingat dimana dia berada, dia mungkin sudah tertawa terpingkal-pingkal mengejek pemilik Manik delima yang kini sangat mirip dengan wajah datar Halilintar.
Gak mungkin dia bakal bilang seorang anak duke mirip putra mahkota kan? Bisa-bisa perang mungkin terjadi di kerajaan ini.
Hell, untuk pertama kalinya, Seorang Boboiboy Ais merasa capek tapi nggak mau tidur.
Yang Ais butuhkan sekarang adalah keluar dari tempat ini dan segera mengumpulkan informasi tentang Gempa, dirinya sedari kemarin tidak bisa tenang kalau tidak memastikan keberadaan orang itu.
Kehadiran Gempa hari itu tidak mungkin hanya untuk sekedar melihat-lihat saja. Orang yang selama ini tidak pernah terlihat namun tiba-tiba muncul di moment penting pastilah bertanda sesuatu.
Dan bagi Ais, itu tanda bencana akan terjadi.
"Anda terlihat sangat pucat Pangeran. Apa anda baik-baik saja?"
Ais tersentak, menengok ke Fang yang kini menatapnya dengan dalam, seolah sedang menilai sikapnya.
"Aku tidak apa-apa," Jawab Ais berusaha untuk tetap tenang, "Bukankah aku yang seharusnya bertanya? Kamu baik-baik saja terus berdiri seperti itu?"
Fang terlihat terkejut, namun dengan satu deheman kembali berkata, "Saya tidak apa-apa, terimakasih atas perhatiannya Pangeran. Tapi ini memang tugas yang diberikan pada saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull Life
Fantasy[On Going] Mantan pahlawan galaksi yang pemalas menjadi seorang pangeran? Apa gak apa-apa tuh? Seseorang yang terdidik untuk berdikari sejak dini, sekarang harus tahu caranya memakai kekuasaan nya dalam memerintah orang. Boboiboy Ais bin Amato kir...