RoyalDuty : "Rasa Yang Tersisa."

431 73 9
                                    

"Aww~~ sayang sekali, padahal tinggal sedikit lagi dan dia akan rusak." Ucapnya dengan nada sedih yang dibuat-buat, menatap dua—tiga orang didepannya dengan seringai licik.

Belum sempat dia berbicara lagi, lehernya sudah dicekik duluan oleh kabut hitam yang sedari tadi mengikat tubuhnya,"Akh—!"

"Sewaktu Odette bilang ada tikus di dunianya, aku tidak tahu itu adalah kamu." Suara nada rendah itu adalah milik satu-satunya perempuan disana, menggerakkan tusuk konde nya seolah adalah tongkat sihir dengan sergap, "Tak kusangka salah satu pecahannya berani kemari."

"Ugh..ha...haha...tentu saja bukan?" Dengan tubuh yang masih tercekik orang bersurai coklat panjang itu mencoba berbicara, masih berani tersenyum bahkan saat tekanannya ditambah, "Aku tidak mungkin membiarkan nya menjadi Odette kedua, seperti mu, seorang Mysteriach."

"Terlebih karena kami telah gagal sekali." Manik keemasan nya menatap orang di belakang perempuan itu.

"Nona Adiarsa, kita tidak bisa disini lebih lama." Walau tahu dirinya disebut, Orang yang setia memegang payung merahnya sendiri itu tidak terlalu peduli dengan tatapan penuh kebencian yang diberikan, "Lenyapkan saja dia, Air juga pasti sudah selesai di dalam."

Yang di panggil hanya melirik orang yang tengah berbaring tak sadarkan diri di belakang nya.

Wajahnya sudah lebih baik daripada sebelumnya saat mereka datang menghentikan si pelaku.

"Kau benar." Jawabnya sambil menghela nafas, lalu mengalihkan pandangan nya pada orang yang tengah dia cekik, "Pra, kamu bawa Air kembali ke tempatnya. Aku akan mengurus orang ini."

Setelah berkata begitu, Sang perempuan dan tahanannya lenyap seketika dari ruang hampa itu.

"Sudah berapa kali kubilang, namaku bukan Pra... " orang yang ditinggal mendumel kesal, memperbaiki posisi payung kesayangannya lalu menatap orang yang tengah tertidur tadi dengan tatapan teduh, "Maaf tak bisa membantu lebih banyak kak. Semoga dunia ini bisa lebih baik untukmu."

Merasakan kehadiran orang yang dia kenali, pemilik payung segera merubah ekspresinya menjadi datar, "Kau lama sekali... Air."

Yang di sebut tersenyum simpul, Manik Aqua nya berkilat sedikit dibawah bayang hoodie berbulu yang dia pakai, "Maaf maaf, aku bukan kamu yang sejenius itu sampai bisa pakai sihir sekali lihat, apalagi tiba-tiba gini."

"Terserahlah, Ayo kembali."

"Tentu."





















– Hampa jelek! Hampa bego! Hampa you mother####! Stupid! BAKA!

– Bang udah bang.... Hati dede mu sakit ini...

– Bukan urusan gue ya jancok! Master jadi koma gara-gara elu tololnya malah kecolongan! Mo, shinitaidesu ka?!

– Bang... Aku gak ngerti bahasa abang...

Ais mengerutkan keningnya, merasa terganggu dengan suara-suara yang perlahan-lahan mulai memenuhi kepalanya lagi.

Walau yang kali ini, tidak seburuk yang sebelumnya. Hanya saja, mereka masih terlalu berisik.

Sangat berisik.

Dengan enggan Ais memilih untuk membuka matanya perlahan, hanya untuk semakin mengerutkan matanya melihat pemandangan asing di atas tempat dia berbaring.

*Perasaan aku tidur di tenda bukan...? *Batin Ais sambil perlahan bangun dari posisi tidurnya, sesekali memegangi kepalanya yang terasa ngilu sedikit, "Ugh..."

– Hampa gak guna! Kenapa bikin tes susah amat sih? Padahal kamu dikasih soal hitungan aja udah kejer duluan.

– Jangan umbar aib ku juga kali! Lagian aku yakin tes kakak lebih susah kan?!

The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang