RoyalDuty : "Menuju Kesepakatan"

398 74 13
                                    

Jika ada hal yang paling Ais benci saat ini, maka tahu akan identitas aslinya adalah hal pertama yang dia akan jawab.

Ying. Perempuan itu mengenakan jam kuasa di pergelangan tangannya sedari awal mereka bertemu. Jam kuasa yang sama dengan apa yang 'Ying' kenakan di dunia lamanya dulu.

Tanpa Ais perlu konfirmasi lebih lanjut pun, kemungkinan nya selalu ada. Sayangnya, perempuan itu bergerak lebih cepat daripada Ais yang belum bisa bergerak bebas waktu itu. Membuat Ais terus resah karena ketidakpastian tentang apa yang dia akan lakukan dengan informasi itu.

Rasa ketidaksukaan ini semakin membesar saat Ais mempelajari lebih tentang kuil kematian, dewi dunia bawah terlalu identik dengan perubahan dan kemustahilan. Jika ada yang bisa membawanya kemari, Ais hanya bisa memikirkan entitas ini. Itupun baru yang bisa, bukan siapa yang mau melakukannya.

Segudang rasa benci kian menumpuk pada hati Ais begitu perkelahian dengan Api terjadi. Saat itu Ais paham akan satu hal, kemungkinan untuk ditolak akan selalu ada, lebih menyakitkan karena yang paling mungkin menolak kehadirannya adalah orang yang dekat dengan tubuhnya ini.

Dan lihatlah siapa yang datang sekarang.

"Aku berprinsip bahwa kekerasan itu adalah cara yang kanak-kanakan. Jadi kuharap kau tidak membuatku melakukan nya." Ais mengasah pisau kecil yang kebetulan ia beli kemarin dengan mata tertutup, menunggu jawaban dari orang yang kini menggantung terbalik di kamarnya.

Caranya? Mudah saja selama ada naga yang membantu. Tapi tentu saja, Ais tidak sekejam itu membiarkan anak-anak melihat apa yang akan dilakukan nya pada orang ini. Jadi dia menyuruh nya makan semua cemilan sambil membaca beberapa buku anak di balkon agar dia tidak melihat apa yang Ais lakukan.

Ais tersenyum saat lawannya mengerang tidak nyaman, "Kutanya sekali lagi, Apa Ying, si utusan kuil yang memberitahumu? Atau kau sendiri yang tahu dari atribut sihir mu?"

Manik delima itu mendelik tajam menatapnya, mungkin kalau dia bisa bicara, Fang sudah akan memaki nya sedari tadi.

Apa Ais harus melepas tali yang menyumpal mulutnya ya?

Oh, jangan heran. Ini belum seberapa dengan apa yang dia biasa lakukan di tapops karena keterbatasan alat untuk menginterogasi orang di sini. Ais hanya bisa mengaplikasikan pengetahuan sederhana, yang untungnya cukup berguna karena walau beda dunia pun, anatomi tubuh manusia masih sama.

"Yah, biar kuberi tahu satu hal. Dengan kekuatan sihir yang Ashley segel, ditambah kekuatan fisik mu, kemungkinan aku butuh 24 jam untuk membuatmu mengalami pendarahan parah karena digantung seperti itu. Melegakan bukan? kamu masih punya banyak waktu."

Ais hanya terkekeh kecil saat Manik delima itu mengecil dan mukanya memucat pasi, memainkan pisau di tangannya dengan mudah,"Dan mungkin bisa lebih cepat kalau aku membekukanmu disini. Jadi Tuan muda kedua... Jawab saja pertanyaan ku dengan jujur ya?"

Keringat dingin mengalir begitu suara tali terputus terdengar, si Fang memejamkan matanya dengan takut.

"Ruangan ini sudah kedap udara. Percuma saja kalau kau mau teriak pun. Aku sudah bilang kau pergi duluan, tak akan ada yang dengar." jelas Ais lagi sambil duduk lagi di kursi, masih menatap Fang yang bernafas lelah di udara dengan mata dingin.

"Dasar biadab...Menyuruh mahluk legenda seperti naga untuk hal ini... "

Ais tidak bergeming, meminum air putih dari gelas miliknya (karena malam hari tidak boleh minum teh kata Nek Marwah) dengan tenang. Desisan Fang hanya dianggap angin belaka, hal terklise untuk mengalihkan perhatian.

Sekali lagi, Ais adalah agen berpengalaman. Bukan sekali dua kali ia menemukan orang yang mencoba mengulur waktu dengan hal macam ini.

Fang berdecih dari udara, "Dasar tak tahu diri—Erk! Apa yang kau lakukan?!"

The Lazy Prince's Thorny Road To Peacefull LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang