Bab 6: Kesepian

57 3 0
                                    

Seminggu berlalu,

Siapa sangka jika akhirnya Agatha menerima kegilaan Edgar? Tidak ada pernyataan secara langsung dari mulutnya untuk menjadi kekasih pria itu akan tetapi dia juga tidak lagi harus menolak pernyataan Edgar. Setiap tindakan tentu ada tujuan dan resiko.

Agatha memutuskan untuk memiliki tujuan sendiri agar terbebas dari pria itu setelah sudah melebihi tiga hari namun baik daddynya maupun manajernya sama sekali tidak terlihat mencari keberadaannya.

Agatha tidak lagi memikirkan bagaimana dengan pekerjaannya atau lain hal yang sempat ia khawatirkan. Saat ini yang paling utama dalam otak cantiknya adalah mendapat kepercayaan Edgar sembari memikirkan cara untuk kabur.

Sehari-hari yang dilakukan oleh Agatha hanya duduk, tidur dan membaca buku di perpustakaan Edgar.

Pria itu bahkan tidak memberinya akses keluar rumah dengan bebas. Hampir di setiap sudut terdapat penjagaan yang ketat. Agatha juga tidak diberikan telepon genggam, jadi jika ada yang diperlukan oleh Agatha harus melalui Edgar langsung.

Waktu seminggu terasa seperti seabad lamanya bagi Agatha, ajudan bahkan dilarang bicara dengannya dan mereka tidak boleh berkeliaran di dalam rumah.

Tanpa teman bicara sepanjang hari hingga Edgar pulang ke rumahpun mereka jarang mengobrol, tak ada sesuatu yang bisa ia kerjakan karena semua sudah tersedia di rumah itu.

Dia duduk meringkuk di balkon menatap hamparan hutan yang terbentang luas mengelilingi tempat itu, ada perasaan kosong, kesedihan serta rasa kehilangan dalam dirinya. Benarkah seperti yang dikatakan oleh Edgar bahwa tidak akan ada orang yang peduli untuk membebaskannya?

Matanya berkaca-kaca membayangkan jika harus menghabiskan hidupnya berada di tempat sepi seperti ini. Tidak pernah sekalipun terbayang di benak Agatha sebelumnya akan mengalami hal semacam ini.

Dia hanya punya keinginan untuk tetap menjadi penyiar yang dikenal banyak orang lalu menikah dengan pria yang ia cintai dan memiliki anak-anak yang lucu nantinya.

Agatha menghembuskan nafas gusar, pikirannya buntu tanpa solusi yang bisa membantunya memecahkan masalah ini. Selain tidak ingin tinggal di istana terkutuk ini, dia juga sedikit tidak nyaman dengan hal-hal baru yang sebelumnya tidak pernah dilakukan olehnya.

Seperti tiga hari belakangan ini setiap malam, Edgar—entah bagaimana cara pria itu hingga tetap bisa masuk ke dalam kamar meski pintu sudah di kunci rapat oleh Agatha.

Pada pagi hari Agatha akan mendapati pria itu berada di balik selimut memeluk tubuhnya dengan posesif.

Di hari pertama Agatha sempat merasa syok dan marah kepada Edgar namun ucapannya tidak ada yang mempan bagi Edgar, di malam berikutnya justru pria itu kembali masuk dan melakukan hal yang sama.

Akhirnya di hari ketiga Agatha menyerah dan membiarkan pria itu melakukan sesukanya selama tindakannya tidak terlalu jauh. Jika di pikir lagi, pria itu mungkin tidak sekeji itu tapi—nyatanya dia memang pria keji.

Apa lagi jika mengingat ucapan Edgar sebelumnya 'Aku akan bersikap baik jika kau menjadi kekasih yang baik dan menurut' karena itulah Agatha berusaha bersikap baik saat ini.

...

Hingga sejauh ini, belum juga ada perkembangan atas pencarian Mario.

Bajingan itu memang menghilang bagai ditelan bumi, Mario yang seorang pembunuh bayaran adalah kunci serta saksi utama untuk menemukan pelaku utama di balik kematian Norah.

Teringat dengan menghilangnya Mario membuat Edgar berpikir bagaimana jika saat itu bukan dirinya yang menemukan Agatha?

Dapat dipastikan jika bukan dia yang menemukan Agatha atau jika saja Edgar tidak mencari tahu lebih dulu siapa Agatha, kepala wanita itu mungkin saja sekarang sudah di pajang di etalase sebagai hadiah untuk Mario.

Andai bisa jujur, banyak hal yang ingin ditanyakan oleh Edgar. Tapi dia sudah berjanji akan melupakan masa lalu, lagian dia tidak berniat memberi tahu Agatha siapa dirinya yang sebenarnya dan mungkin saja wanita itu juga tidak lagi mengingat Edgar kecil.

Hal yang wajar karena saat itu Agatha dan adik Edgar yang bernama Alexa masih berusia lima tahun, sementara Edgar kecil berusia delapan tahun.

Seminggu yang lalu ketika Edgar menyebutnya sebagai Agatha Carter, wanita itu seperti tidak tahu bahwa itu memang nama aslinya.

Sementara lamunannya melayang ke masa lalu, Edgar mendapat panggilan masuk dari Diego Mateo—daddynya.

Diego Mateo, pria yang telah menjadikan Edgar mencapai puncak kejayaan hingga sesukses sekarang. Diego telah menjadi sosok ayah sekaligus panutan bagi Edgar, jika bukan karena uluran tangan dari pria itu mungkin saat ini Edgar sudah menjadi seorang gelandangan miskin? Atau akan menjadi buronan polisi sepanjang waktu? Atau juga mungkin Edgar sudah tidak ada lagi di alam ini karena memutuskan untuk mengakhiri hidup.

Hanya itu pilihan bagi Edgar saat itu.

Hingga saat dia hidup aman dan nyaman di tengah keluarga Mateo yang memperlakukannya bagai anak kandung, hidup Edgar pun berubah total.

Ketika Edgar muncul di tengah keluarga Mateo, pada saat itu Diego dan Marie merupakan pasangan yang tidak lagi muda, tepatnya Marie berumur 34 tahun dan Diego berumur 37 tahun, pasangan itu akhirnya dikaruniai anak perempuan yang diberi nama Norah Mateo bisa dikatakan mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan buah hati.

Sejak saat itu mereka menjadi satu keluarga, Edgar masih ingat dengan jelas dia berumur delapan tahun dan Norah masih berumur satu tahun.

Kejadian beberapa bulan lalu yang menghilangkan nyawa Norah merupakan duka paling menyayat hati di keluarga mereka. Bahkan hingga detik ini Marie—mommynya masih mengalami guncangan dan terpaksa harus menghabiskan banyak waktu masa tuanya dengan menangis larena itulah Edgar bertekad untuk mendapatkan Mario, juga dalang dari kematian Norah.

Dia akan membalas rasa sakit kedua orang tuanya.

Si papà,” sahut Edgar di panggilan kedua.

“Nak, sepertinya kau begitu sibuk. Apa papa mengganggu waktumu?” terdengar suara Diego yang penuh kharisma dari seberang telepon.

“Tentu saja tidak Pa, maaf karena belum sempat menghubungi papa dan mama.” Edgar sebenarnya sangat ingin menghubungi kedua orang tuanya.

Namun kembali pada ingatan sebelumnya, dia belum bisa memberi kabar terbaru tentang kematian Norah.

“Kami hanya ingin mendengar kabarmu, Nak.” ujar Diego terdengar begitu tenang, sesungguhnya dia juga merasa khawatir dengan keselamatan Edgar.

Mereka tidak ingin terjadi sesuatu kepada Edgar setelah apa yang telah menimpa anak gadis mereka

“Aku baik, papa. Bagaimana dengan mama? Apa dia sudah mulai sehat?” tanya Edgar dengan raut wajah sedih yang tentu saja tidak terlihat oleh Diego.

“Kami sangat baik—kami merindukanmu, cepatlah pulang.” ucap pria yang kini sudah berusia 77 tahun tersebut. Selain memikirkan keselamatan Edgar, Diego dan Marie tak mungkin bisa lupa bahwa Edgar berasal dari Los Angeles.

Bagaimanapun sedikit ada rasa khawatir jika Edgar menemukan kembali keluarganya. Diego dan Marie hanya ingin menghabiskan sisa hidup mereka bersama dengan Edgar.

“Ya papa, aku akan segera pulang dan kalian harus berkenalan dengan seseorang,” ujar Edgar dengan maksud ingin menenangkan hati papanya.

“kami tidak sabar menunggu.” sahut Diego dari seberang telepon.

The Bastard's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang