Mario kini di situasi yang sulit, dia tidak mungkin memberi tahu Edgar apa yang telah ia rencanakan untuk Agatha, jika sampai hal itu terjadi dia yakin akan mati di tempat ini karena Agatha tidak akan lagi memiliki nilai di mata Edgar.
Dia harus keluar dari tempat ini terlebih dahulu, soal Agatha itu nomor sekian.
“Mr.Pumpkin!” Edgar kembali menyebut nama itu lamat-lamat.
Terdengar agak aneh namun sejujurnya Edgar tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.
Edgar mengirimkan pesan kepada Dores untuk mencari tahu akan Mr. Pumpkin.
...Sementara di benua lain, pria yang mereka sebut sebagai Mr. Pumpkin, kini berada di sebuah club elit di pusat kota Los Angeles.
Pria itu memiliki ruang khusus yang ketat dengan penjagaan, club ini salah satu dari club lain miliknya namun hanya tempat ini yang paling memberi banyak keuntungan dan memiliki banyak pelanggan yang membawa keuntungan besar karena itulah para wanita penghibur di sini sungguh telah di seleksi hingga tahap maksimal untuk memberi layanan terbaik mereka kepada langganan.
Mr. Pumpkin orang yang perfeksionis, tempramental, dan manusia keji yang hampir tidak pernah memiliki belas kasih dalam hatinya.
Bahkan semua wanita pekerja yang lolos di sini tak jarang harus melalui uji coba terlebih dahulu langsung dengan Mr. Pumpkin.
Sejumlah wanita seksi berdiri mengelilingi Mr. Pumpkin, mereka wanita-wanita muda yang baru saja di terima bekerja di club ini.
Mr. Pumpkin menyukai daun muda yang masih terlihat segar, setiap kali ada wanita baru dia akan mencicipinya terlebih dahulu sebelum akhirnya di lempar kepada pelanggan untuk menjadi pemuas nafsu.
Aturan di tempat itu tidaklah main-main, bahkan salah satunya jika berani membocorkan satupun rahasia dari tempat ini maka siapapun harus siap memberikan nyawanya untuk di cabut, meski begitu masih banyak yang menyetujui aturan di club ini atau mungkin sebagian dari mereka melakukanya dengan terpaksa?
Sudah tidak dapat terhitung bahwa banyak wanita yang dinyatakan menghilang secara misterius di club dengan nama Night Heaven itu.
Bukan tidak mungkin jika Mr. Pumpkin bisa mengatasi masalah itu dalam sekejap, dia memiliki uang dan kuasa, terlepas dari itu sebenarnya hingga saat ini tidak ada yang mengetahui apakah Mr. Pumpkin ini sang pemilik atau dia masih memiliki tuan.
Yang jelas apapun itu semua harus melalui persetujuannya namun sewaktu-waktu aturan pria itu bisa berubah—walaupun sangat jarang terjadi.
Jadi karena hal itulah di duga mungkinkah Mr. Pumpkin memiliki tuan?
Suara musik, Whisky dengan harga fantastis, wanita seksi. Kenikmatan itu selalu berhasil membuat Mr. Pumpkin melupakan kodratnya sebagai manusia.
Seorang pria yang merupakan orang kepercayaannya akan memberi tahu setiap informasi kepada Mr. Pumpkin.
Pria itu datang lalu membisikkan sesuatu yang tidak di ketahui oleh siapapun namun tak berselang lama Mr. Pumpkin segera mengusir semua wanita dari ruangan hingga tinggal dia dan Alan—orang kepercayaannya.
“Jadi si bodoh itu tertangkap?” tanya Mr. Pumpkin kepada Alan.
“Ya tuan, Mario berhasil di cegat di pelabuhan kota Turin.” jawab Alan.
Mr. Pumpkin seketika mengepalkan kedua tangannya,
“Manusia idiot! Aku menyuruhnya pergi ke Miami tapi justru menyerahkan diri ke kandang musuh!” teriak Mr. Pumpkin dengan wajah merah padam.
Sebelumnya, pria itu menyuruh Mario untuk melarikan diri ke Miami tapi Mario beralasan jika Edgar akan sangat mudah menemukannya sementara Italia sangat kecil kemungkinan Edgar mencarinya di sana tapi nyatanya sekarang Edgar menangkapnya.
“bagaimana dengan wanita itu?” Mr. Pumpkin menyesap Whisky miliknya.
“Nona Agatha, kini berada di Milan—di kediaman Edgar,” jawab Alan.
“Bajingan itu, mengapa selalu menjadi penghalang?” desis Mr. Pumpkin dengan rasa kesal.
“Jalankan rencana selanjutnya,” ujar Mr. Pumpkin membuat Alan menunduk paham.
***
Pagi-pagi sekali, Agatha terbangun karena suara keroncongan dari dalam perutnya. Butuh waktu hingga beberapa detik untuk mengumpulkan kembali nyawanya.Setelah membersihkan diri, kaki kecilnya melangkah menuruni anak tangga.
Mansion terlihat sepi.
Dia langsung menuju dapur, mengingat tidak ada pelayan maka semua harus di lakukan sendiri, hal itu tidak terlalu buruk bagi Agatha.
Lemari di atas pantry serta kulkas di penuhi dengan bahan makanan.
Agatha memutuskan untuk memasak yang lebih mudah dan cepat, sandwich dengan sop krim sebagai pelengkap sepertinya tidak terlalu buruk untuk sarapan di pagi yang dingin.
Agatha membuat untuk dua porsi meski dia tidak tahu Edgar akan ikut menyarap atau tidak.
Namun di saat dia hampir selesai menghabiskan sarapannya, Edgar muncul dan ikut mengambil tempat duduk di meja makan.
“Selamat pagi, sayang.” ucap Edgar.
“Selamat pagi,” sahut Agatha sembari mengunyah sandwich miliknya.
“Kau akan pergi kerja?” tanya Agatha menatap Edgar yang akan memulai menyicipi sarapannya.
“Ya! aku akan pulang lebih cepat,” sahut Edgar memicingkan mata.
“Ed …” panggil Agatha lalu terdiam sesaat,
“Ada apa?” tanya Edgar yang memperhatikan wajah Agatha yang terlihat sedang berpikir,
“ ... kau takut aku meninggalkanmu?” goda Edgar karena Agatha tak kunjung bicara.“Aku ingin kembali bekerja,” ujarnya yang berhasil membuat Edgar berhenti mengunyah.
“Aku bisa memberimu segalanya, kau tidak perlu bekerja. Hartaku tidak akan habis hingga tujuh turunan bahkan meski kau bermandikan berlian setiap hari.” jelas Edgar dengan sombong.
Wanita itu tidak akan memungkiri bahwa semasa di Los Angeles, Edgar telah memberinya masing-masing tiga kartu berbeda yang tidak semua orang di belahan bumi ini bisa memilikinya.
Benar, pria itu menghujaninya dengan kekayaan.
Agatha memiliki desainer khusus untuk merancang jenis dan model pakaian yang dia inginkan, meski hingga saat ini Agatha belum pernah menggunakan jasa sang desainer.
Pakaian yang di belikan oleh Edgar hingga sejauh ini sudah jauh lebih dari cukup.
Barang ternama dan terbaru yang banyak di gandrungi oleh para wanita masa kini sangat dengan mudah di peroleh oleh Agatha.
Terlepas dari itu semua, yang di inginkan Agatha adalah kebebasan dan udara baru.
Dia terbiasa bekerja dan hidup sesuai kemauannya. Sehingga ketika Edgar tiba-tiba muncul dalam hidupnya dan berlaku dengan seenaknya itu membuat Agatha merasa stres dan tertekan hari demi hari.
“Ed, aku terlalu bosan jika hanya berada di rumah,”
“Aku ingin kembali bekerja … Aku—kau tahu aku tidak mungkin melarikan diri di negara ini bukan?” Agatha sepertinya dapat menebak apa yang di khawatirkan oleh Edgar.
“Kau tidak memerlukan pekerjaan Agatha. Kau kekasihku dan itu akan melukai harga diriku,” ujar Edgar terang-terangan.
“Kau bisa pergi berbelanja, ke salon atau hal lain yang menyenangkan …?”
“tapi tetap dalam pengawasan seseorang.” lanjut Edgar.
“Aku tidak membutuhkan itu semua. Itu bukan gaya hidupku, Ed!” suara Agatha sedikit meninggi.
“Kumohon mengertilah, aku terlalu bosan sendiri di rumah. Aku hanya ingin tetap bekerja,” suara Agatha sedikit memelas pagi itu karena merasa sangat frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bastard's Secret
Romance21++ ***Cerita ini mengandung unsur dewasa*** Kematian Ludovic cukup mengagetkan orang-orang sekitarnya. Seorang pengusaha kaya yang di kenal tegas dan berwibawa. Penyebab kematiannya masih menjadi misteri. Pria yang sudah berumur setengah abad itu...