Bab 37: Bentakan Edgar

53 1 0
                                    

Edgar melirik ke arah Agatha yang sama sekali tidak peduli dengan peringatannya dan saat itu juga rasa panas terasa mulai naik ke seluruh bagian kepala Edgar karena kesal.

“Hentikan Agatha‼!” teriak Edgar membuat Agatha seketika diam. Edgar meraih remote dalam genggaman Agatha lalu mengecilkan volume televisi di hadapannya.

“Kau terlalu kekanakan!” lanjut Edgar masih dengan nada tinggi sambil meletakkan kembali remote di sisi Agatha.

Tapi Agatha justru mematikan saluran televisi itu ketika melihat Edgar kembali sibuk dengan notebook nya.

Dengan wajah sedih Agatha mengubah posisi tubuhnya, dia menyingkirkan sedikit tirai yang menutupi jendela dan mulai melihat kegelapan malam di luar. Tampak matanya berkaca-kaca setelah mendapat bentakan dari Edgar.

Katakan dia berlebihan, tapi Agatha sungguh merasakan sesak di dalam dada ketika mendapat bentakan kasar seperti yang barusan di lakukan oleh pria itu.

Edgar mengusap wajah gusar saat sudut matanya mendapati Agatha kini diam tanpa satu katapun, apa lagi jika melihat posisi Agatha yang membelakanginya dengan wajah menghadap ke luar, wanita itu berhasil membuat Edgar merasakan sakit.

Dia sadar perlakuannya berlebihan.

“Kau ingin menonton?” tanya Edgar memecah keheningan. Dia sering mendapati Agatha menonton melalui ponsel.

“Kau bisa menggunakan ini.” Edgar menyodorkan ponsel miliknya di sisi Agatha tapi wanita itu tidak merespon.

“Maaf, suara itu terlalu berisik dan aku sedang fokus.” ucap Edgar dengan suara rendah.

“tapi kau tidak harus membentakku.” balas Agatha masih tetap membelakangi Edgar.

Pria itu mengangguk kecil meski tidak terlihat oleh Agatha, dia mendekati Agatha dan mengelus rambutnya dengan lembut.

“Aku salah.” ucapnya membuat Agatha membatu. Benarkah Edgar mengakui dirinya salah?

“Sekarang bisakah kau melakukan sesuatu, kau membuatku sakit jika bersikap diam seperti ini.” bisiknya di tengkuk Agatha.

Dengan mata berkedip dan nafas tertahan, Agatha menoleh ke arah Edgar. Wajah keduanya terlalu dekat hingga nafas Edgar mampu menerpa kulit pipi Agatha.

Perlakuan Edgar berhasil membuat hati Agatha berdebar dengan kehangatan yang tidak ia mengerti.

“Gunakan ini,  kita akan segera tiba.” Edgar kembali mengelus kepalanya sambil menyodorkan ponselnya.

Agatha menatap benda canggih itu. Meski tangannya sangat gatal ingin melihat isinya namun pada akhirnya Agatha lebih memilih untuk menonton.

...

Waktu berjalan cepat, limousine berhenti tepat di depan rumah Diego. Keduanya di sambut oleh Diego dan Marie dengan pelukan hangat.

Tidak banyak keperluan yang mereka bawa karena Edgar berencana hanya akan berada di Venesia selama beberapa hari.

“Papa, Mama. Aku akan membawa Agatha naik, besok pagi kita bisa mengobrol lebih banyak.” ucap Edgar setelah mereka selesai melepas rindu.

Marie dan Diego mengangguk kecil lagian ini sudah tengah malam, Edgar maupun Agatha pasti sangat kelelahan.

Setelah mengantarkan Agatha hingga ke dalam kamarnya, Edgar kini tengah terbaring di tempat tidurnya sendiri.

Dia teringat kembali akan perlakuannya yang kasar pada Agatha, meski ada rasa penyesalan tapi Edgar hanya ingin wanita itu bisa memahaminya sedikit.

***

The Bastard's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang