Bab 63: Pagi yang Indah

17 0 0
                                    

Agatha sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu namun wanita itu seperti enggan bergerak dari posisi yang ia rasa begitu nyaman saat ini. Tubuhnya berada dalam pelukan Edgar yang terasa hangat dan ini hal pertama kalinya Agatha merasa tak ingin Edgar melepas pelukannya.

“apa aku membuatmu tidak nyaman?” tanya Edgar dengan suara serak yang sontak membuat tubuh Agatha semakin menegang. Agatha menengadah untuk melihat wajah Edgar yang masih tertidur, sejak kapan pria itu terbangun?

Rasa penasaran Agatha tidak berlangsung lama karena seluruh fokusnya kini tertuju pada wajah Edgar yang sempurna, dengan mata tertutup pria itu tampak seperti malaikat tanpa dosa.

“Agatha …” di detik yang sama pelupuk mata Edgar terbuka dan langsung bertemu tatap dengan manik Agatha.

“kau tidak menjawabku.” bisik Edgar sambil mengelus pipi Agatha dengan punggung tangannya.

“ini sangat nyaman.” sahut Agatha tanpa berkedip, dia bergerak untuk merapatkan tubuhnya ke pelukan Edgar.

Mata Edgar lalu turun menelisik tubuh Agatha yang polos dalam pelukannya, sepanjang malam pria itu hampir tidak bisa tertidur antara tubuhnya yang terbakar dalam api gairah dan perasaan khawatir tentang Agatha yang mungkin merasa kesakitan mengingat percintaan panas mereka merupakan hal pertama bagi Agatha, dia takut wanita itu kesakitan lalu mejadi takut padanya.

“Sungguh aku tidak apa-apa, Ed.” Agatha seakan dapat membaca raut wajah Edgar yang khawatir padanya. Agatha kemudian memberi kecupan lama di sudut bibir Edgar untuk meyakinkan pria itu tapi Edgar justru menarik kembali dagu Agatha lalu melumatnya dengan sangat lembur dan penuh cinta.

“kau sangat manis,” bisik Edgar dengan suara serak di atas bibirnya, wanita itu tersenyum kecil dengan semburat merah di kedua pipinya.

“Ed …” Agatha mengerjap sambil menelan ludah saat di detik berikutnya menyadari sesuatu yang keras menyentuh kulit pahanya bagian dalam.

“kau membuatnya terbangun.” bisik Edgar, mata pria itu sudah menggelap oleh api gairah.

“Aku—” tangan Agatha yang berada di atas dada Edgar yang telanjang tanpa sadar bergerak turun, membuat tubuh pria itu semakin menegang. Betapa polosnya Agatha yang tidak mengetahui justru gerakan tak di sengaja itu sangat berakibat fatal bagi Edgar.

“sayang, kau tidak bermaksud menggodaku bukan?” nafas Edgar terdengar berat penuh peringatan.

“Ya?” Agatha tidak mengerti dan dia hanya mampu mengerjap gugup oleh tatapan Edgar yang siap menelannya.

“kau tidak keberatan membuat pagi yang indah bukan?” tanya Edgar sambil menarik salah satu kaki Agatha di atas kakinya. Kini tubuh wanita itu sedikit terbuka walau di posisi menyamping, sehingga sesuatu yang keras menyentuh tepat di selangkangan Agatha.

Tidak ada jawaban apapun dari Agatha tapi nafasnya sendiri mulai tersengal berat.

Tanpa mengalihkan tatapannya dari Agatha, tangan Edgar bergerak turun menyentuh inti wanita itu. Dia semakin bergairah saat menemukan Agatha yang sudah basah,

“Ed …” wanita itu tersengat ketika jemari Edgar menekan daging kecil miliknya.

“apa kau keberatan?” tanya Edgar secara tak langsung meminta persetujuan Agatha.

Agatha menggigit bibirnya gugup lalu menggeleng dengan lemah, di detik itu Edgar melumat bibirnya sementara jemari pria itu membelai inti Agatha dengan perlahan dan penuh kelembutan.

Bibir Edgar turun menyusuri leher jenjang Agatha tanpa menghentikan gerakan jarinya di bawah sana.

“Ed …” wanita itu kembali menyebut namanya di sertai lenguhan, dia juga mencoba membusungkan dada ke arah mulut Edgar, sontak Edgar membuat posisi wajahnya sejajar dengan dada Agatha. Lidahnya dengan lihai membelai puting Agatha secara berganti.

Tubuh Agatha mulai terasa panas dingin seiring dengan gerakan tangan Edgar yang semakin cepat di dalam intinya.

“Ed, please.” tanpa sadar Agatha memohon di sertai desahan kecil yang keluar dari bibirnya.

Keduanya sudah di liputi oleh gairah seakan tak bisa lagi menahan lebih lama. Edgar yang lebih berpengalaman seakan tahu bagaiamana cara memuaskan wanita itu, dia mengubah posisinya menjadi berbaring lalu meminta Agatha untuk duduk di atasnya.

Agatha tampak malu-malu namun Edgar dengan senyum kecil meyakinkan bahwa ini akan membuat Agatha tidak akan pernah lupa akan percintaan mereka.

Edgar menuntun miliknya memasuki Agatha dengan perlahan, sesaat Edgar melihat wajah Agatha yang tampak kaget sebelum akhirnya wanita itu mengerjap menahan kenikmatan yang tiada tara.

“Oh sayang.” desah Edgar dengan mata terpejam, milik Agatha yang sempit membungkus miliknya dalam kenikmatan. Salah satu tangan Edgar mencengkram kuat pinggul Agatha dan tangannya yang lain dengan lembut meremas gundukan kenyal milik Agatha yang sangat pas dalam genggamannya.

Edgar mulai membimbing Agatha untuk bergerak maju mundur di atas tubuhnya, tatapan sayu Agatha semakin menambah kecantikan wanita itu.

Yang awalnya merupakan gerakan lambat kini berubah menjadi gerakan cepat, Agatha tak dapat lagi menahan diri, dia mendesah panjang setiap kali milik Edgar menyentuk titik G-spotnya.

Desahan keduanya memenuhi seluruh isi kamar pagi itu, Edgar tidak pernah mendapat kenikmatan yang luar biasa seperti ini dalam hidupnya.

Peluh yang membanjiri tubuh mereka semakin menambah gairah keduanya, Agatha tidak pernah tahu bahwa ada kenikmatan seperti ini yang mampu membuat melayang hingga tak ingin berhenti sebelum mencapai titik kepuasan itu.

Edgar merasa inti Agatha semakin kuat mencengkram miliknya, artinya wanita itu akan segera mendapat pelepasan. Edgar lalu sedikit mengangkat tubuhnya agar miliknya memenuhi Agatha dengan sempurna, tak berselang lama tubuh Agatha bergetar hebat di susul oleh Edgar yang menyemburkan cairan hangat miliknya di dalam Agatha, mereka mendapat pelepasan bersama.

Tanpa mancabut miliknya dari tubuh Agatha, Edgar membawa wanita itu dalam pelukannya.

“kau luar biasa sempurna, sayang.” bisik Edgar mengecup kepala Agatha.

Jika Agatha berpikir percintaan mereka sudah selesai sampai di sana maka dia salah besar, karena beberapa menit kemudian Edgar mengubah posisi menjadi Agatha di bawah dan dia di atas menindih tubuh wanita itu tanpa melepas miliknya dari inti Agatha.

“Sayang, aku menginginkanmu lagi.” Edgar sengaja mencabut miliknya sebentar untuk menunjukkan kepada Agatha bahwa dia kembali bergairah hebat, lalu dengan miliknya yang keras dan panjang perlahan memasuki tubuh Agatha, anehnya walau terasa lelah tapi Agatha tidak menolah, tanpa ia mau tubuhnya sama seperti Edgar yang masih menginginkan pria itu untuk berada di dalam tubuhnya.

“Ah, Ed …” Agatha melenguh saat Edgar membuat gerakan keluar masuk di dalam intinya.

Setelah wanita itu memohon Edgar akhirnya memberi kenikmatan itu, mereka bergerak dan saling menyentuh satu sama lain, mereka seakan tahu bagaimana cara memberi kepuasan satu sama dan mencapai kenikmatan.

Mereka telah melewati pagi yang indah, akhir dari percintaan mereka membawa Agatha kembali tertidur dengan pulas sementara Edgar tetap terjagadi sisinya, pria itu tersenyum bahagia melihat Agatha yang meringkuk ke arahnya seperti bayi mengharapkan kehangatan.

Dengan gerakan perlahan Edgar turun dari atas tempat tidur, dia akan menyiapkan sesuatu yang bisa di hidangkan untuk makan siang.

Sebelum keluar kamar Edgar menyempatkan diri untuk mengecup kening Agatha.

The Bastard's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang