Bab 24: 'Apa yang Terjadi?'

31 1 0
                                    

Mario keluar dari apartemen sesuai dengan yang sudah di rencanakan. Dia sudah berjalan beberapa meter dari apartemen, langkahnya terlihat terburu-buru hingga menabrak seseorang di trotoar.

Kotak berisi buku-buku dalam genggaman pria itu jatuh berhamburan di pinggir trotoar, Mario menunduk untuk membantu.

Di sinilah Mario meletakkan ponselnya yang lama di dalam kotak tersebut, hal itu untuk menghilangkan jejaknya dari pantauan Edgar.

Setelah meminta maaf pada pria itu, Mario menerobos keramaian dengan langkah lebar. Dia harus menaiki taksi menuju stasiun kereta bawah tanah.

Namun tanpa sepengetahuan Mario, pria pemilik kotak tadi merupakan salah satu ajudan Edgar yang memang sengaja berpencar di sekitarnya.

Setelah Mario berhasil masuk ke dalam salah satu taksi, dua orang ajudan Edgar mulai mengikuti taksi tersebut secara diam-diam.

Rencana awal, Edgar berniat menangkap Mario tapi setelah mengetahui jika Mario hendak bertemu dengan anggota Mr Pumpkin, Edgar mengubah kembali rencana awalnya.

Seperti yang terjadi saat ini, ajudannya mengikuti Mario.

Dengan demikian Edgar dapat menangkap keduanya, baik Mario maupun anggota dari Mr Pumpkin.

Taksi yang di tumpangi oleh Mario mulai memasuki jalur sepi dan di sini ajudan Edgar merasa ada mobil lain yang mengikuti mereka, meski belum terlalu yakin.

Semakin jauh jalur ini semakin sepi dari rumah penduduk, dugaan mereka ternyata benar. Tiba-tiba dari arah berlawanan, taksi di depan mereka mendapat serangan dari orang yang tidak di kenal.

Bukan hanya sekali namun itu merupakan penembakkan brutal.

Sementara dari arah belakang para ajudan Edgar juga mendapat serangan yang sama. Mereka tidak tinggal diam, pada akhirnya kedua pihak terlibat baku tembak.

Tak ada tembakan yang mengenai ajudan Edgar mengingat mobil yang mereka kendarai merupakan anti peluru.

Tapi sayangnya beberapa peluru mengenai ban mobil sehingga menyebabkan kendaraan itu melaju tak seimbang melewati jalur, lalu menabrak pohon besar sebelum akhirnya berhenti.

Hal yang sama terjadi pada mobil yang berada di belakang mereka.

Ajudan Edgar telah menembak ban mobil tersebut.

Lain hal dengan taksi yang di tumpangi oleh Mario, kini telah di ambil alih oleh seseorang, ajudan Edgar tidak sempat menghentikannya.

Ini di luar dugaan, ada pihak lain yang menginginkan Mario.

---

Siang itu Edgar di temani oleh Agatha mengikuti presentase untuk program pemasaran yang baru.

Dia duduk diam berusaha untuk tetap fokus pada layar monitor di depan,  tak dapat di pungkiri kehadiran Agatha di sisinya membuat Edgar sesekali melirik wanita itu.

Hati Edgar sedikit menghangat mengingat tadi malam dia berhasil masuk ke kamar Agatha. Tidak seperti malam sebelumnya yang terasa menyiksa karena naluri gairah yang tidak terpuaskan, tadi malam Edgar sungguh hanya ingin tidur sambil memeluk Agatha.

Dan itu berhasil, meski tadi pagi dia harus mendapat amukan dari wanita itu,

“Pria gila, keluar‼!”

Begitulah Edgar mengingat paginya ketika Agatha berteriak sambil melempar bantal kepada Edgar yang tersenyum jahil.

Sir?”

Lisbet, wanita yang sedang memaparkan presentase di depan menanyakan kembali bagaimana pendapat Edgar.

Namun terlihat Edgar yang menatap ke arah lain dengan salah satu sudut bibirnya tertarik.

Agatha segera menyadari jika Edgar tengah melamun, dia menyentuh paha Edgar dari bawah meja untuk menyadarkan pria itu.

Tapi Edgar sepertinya salah mengartikan sentuhan Agatha.

Edgar menyipitkan mata dengan tatapan menggoda ke arahnya.

Agatha mencoba memberi kode dengan sudut mata kepada Edgar dan sialnya, Edgar bukannya sadar justru dia mendekat ke arah Agatha lalu berbisik,

“Apa sebaiknya kita cabut dari sini?”

Agatha tidak menanggapi, dia tersenyum ke arah para direktur yang menunggu tanggapan Edgar akan presentase dari Lisbet.

“dia menunggu tanggapan darimu,” bisik Agatha padanya, seketika Edgar tersadar lalu menegakkan kembali tubuhnya menatap ke depan.

“Aku akan memeriksa ulang, kau bisa mengirim filenya padaku,” ucap Edgar kepada Lisbet.

Kemudian di susul oleh presentase dari bagian produksi sementara kali ini Agatha yang terlihat hanyut dalam lamunan.

Tidak jauh dari apa yang di pikirkan oleh Edgar sebelumnya.

Agatha tersipu malu, membayangkan ketika tadi pagi dia bangun, tubuhnya berada dalam dekapan Edgar, dengan tanpa rasa malu dia memeluk tubuh pria itu seakan memberi kenyamanan.

Dia juga tidak dapat memungkiri jika menyukai pelukan Edgar, terasa hangat dan wangi tubuhnya menenangkan.

Agatha tidak tahu ada apa dengan dirinya tapi sekarang dia seperti merindukan wangi tubuh Edgar.

Lamunannya buyar ketika terdengar suara tepuk tangan dalam ruangan itu, rupanya presentase sudah selesai dan satu persatu dari mereka mulai meninggalkan ruangan. Hingga tersisa Agatha dan Edgar.

Baru beberapa menit yang lalu wajah Edgar terlihat jenaka tapi sekarang entah apa yang terjadi sehingga pria itu terlihat dingin dan wajahnya mengetat.

“kita pulang.” ucapnya yang membuat Agatha mengernyit.

“Ada apa?” tanyanya penuh selidik.

Edgar tidak menjawab, setelah menutup layar laptop, pria itu bergegas meninggalkan ruangan yang di susul oleh Agatha.

Seperti perintah pria itu, mereka pulang ke mansion. Sepanjang perjalanan tak ada percakapan di antara mereka.

Agatha sangat ingin berteriak marah, dia tidak menyukai situasi seperti ini. Namun di sisi lain dia sadar bahwa Edgar tidak pernah bersikap baik ketika suasana hatinya buruk.

Begitu turun dari mobil Edgar langsung mengumpulkan ajudannya di ruangan lain di lantai satu. Agatha yang tidak mengetahui apapun memilih untuk naik ke kamarnya.

Dia hanya bisa bertanya-tanya hal apa yang terjadi? Dia membuka ponsel dan kembali memeriksa email cadangan, tidak ada pesan masuk.

Selang beberapa menit, Edgar masuk ke dalam kamar.

Pria itu langsung menuju ke walk in closet lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian serba hitam yang terbuat dari kulit, dia juga menyelipkan beberapa pistol jenis Desert Eagle di belakang tubuhnya kemudian satu di balik sepatu yang ia kenakan.

Tidak ada sedikitpun senyum menghiasi wajahnya.

Lain hal dengan Agatha yang mendengar suara pintu kamar Edgar, yang artinya ada seseorang masuk ke dalam sana, siapa lagi jika bukan pemiliknya.

Dari arah balkon kamarnya, dia melihat para ajudan berdatangan lebih banyak dari sebelumnya. Agatha mengernyit dan merasa ada sesuatu yang terjadi.

Apa lagi mengingat tujuan Edgar sebelumnya …

‘Tidak mungkin.’ batin Agatha.

Meski berusaha menyangkal apa yang memenuhi pikirannya tapi tetap saja di sinilah dia sekarang, menunggu di depan pintu kamar Edgar.

Jika benar Edgar melakukan apa yang keluar dari bibirnya beberapa hari lalu, Agatha tidak akan pernah bisa memaafkan pria itu.

Agatha bahkan berpikir akan melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan pria itu pada Mario.

Dia mengatur detak jantungnya menunggu detik-detik Edgar keluar, rasanya Agatha sangat ingin menangis karena antara takut namun juga ingin sekali rasanya melawan pria itu.

The Bastard's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang