bab 2: 'Siapa Kau Sebenarnya?'

126 3 1
                                    

Agatha McLean—wanita berumur 25 tahun yang dikenal sebagai penyiar berita di salah satu saluran televisi nasional. Dia anak dari Mario McLean, seorang pria yang selama ini diketahui oleh Agatha sebagai agen rahasia.

Walau tidak tahu pasti, tapi Mario pernah mengatakan bahwa pekerjaan yang ia lakukan bertujuan untuk membantu kepolisian menangkap penjahat.

Tidak hanya cantik namun Agatha juga dikenal sebagai wanita yang pintar dan berani, sebelum terjun sebagai penyiar dulunya Agatha bercita-cita ingin menjadi model, namun sayangnya Mario tidak setuju akan hal itu.

Banyak hal yang dikhawatirkan daddynya jika Agatha terjun ke dunia model, meski sempat merasa kecewa tapi Agatha yakin daddynya sangat menyayanginya hingga berusaha menjaganya.

Mungkin tidak banyak yang tahu namun kenyataannya untuk menjadi seorang model bukanlah sesuatu yang mulus dan Agatha tahu akan hal itu.

---

Edgar tidak sebodoh itu, seseorang telah mengacaukan rencananya. Sebelum aksinya malam ini, dia telah menetapkan satu bodyguard untuk memantau pergerakan Mario. Tapi pria itu berhasil lolos?

“Berapa kau mendapat bayaran?” Edgar berjalan memutari pria malang yang tengah sujud ampun kepada tuannya.

Bodyguard itu masih tetap menyangkal. Dia beralasan bahwa sempat tertidur selama hampir satu jam. Edgar tidak akan mempercayai alasan klasik seperti itu.

Edgar mulai memainkan tongkat besi di dalam genggamannya.

Sebenarnya tidak peduli berapa banyak bodyguard itu dibayar. Dia akan tetap mati mengenaskan karena pengkhianatan.

“Simpan saja itu untuk dirimu sendiri. Tidak ada pengampunan bagi pengkhianat.” detik berikutnya, Edgar mencambuknya dengan tongkat besi. Jeritan kesakitan memenuhi ruang lembab itu

“Ampuni saya, tuan.” sang bodyguard menyatukan kedua tangan memohon dengan suara kesakitan.

Tapi semakin ia memohon semakin membuat jiwa Edgar yang sakit membara akan kemarahan.

Pria itu seperti kerasukan, memukuli dengan membabi buta.

Sang bodyguard hampir merenggang nyawa. Dia kehilangan suara dan tubuhnya hanya bisa meringkuk di lantai yang dingin.

Tubuhnya penuh lebam; sementara mulutnya mengeluarkan darah segar.

“Bakar dia!” perintahnya kepada dua orang penjaga di depan pintu.

Edgar melempar tongkat besi yang menggelinding di lantai dan menimbulkan bunyi nyaring.

sekarang harus ia apakan gadis itu? batinnya. Dia tidak akan mendapat apapun jika harus memaksanya untuk memberi tahu keberadaan Mario.

Dia meraih ponsel milik Agatha dan menimangnya dengan berusaha untuk memikirkan cara menemukan Mario.

Dan di sela-sela itu pikirannya berkelana tentang siapa gadis itu sebenarnya. Edgar meraih ponsel miliknya dan mulai mengirim pesan kepada Dores—salah seorang kepercayaannya. Edgar memintanya untuk mencari tahu tentang Agatha.

Lalu dia berdiri menuju kamar di bagian sayap ujung sebelah kiri rumah besar itu.

Meski sudah larut malam, Agatha tidak lagi merasa mengantuk dan matanya nyalang dalam keremangan kamar.

Pintu yang terdengar terbuka membuat gadis itu menatap tajam ke arah pria yang baru saja masuk. Dia pria yang sama, yang beberapa jam lalu berada tepat di hadapannya.

“Kau siapa?” tanya Agatha dengan nafas tercekat.

Tubuhnya merinding dengan tatapan mata pria itu namun di waktu bersamaan jiwanya meronta untuk mengeluarkan segala sumpah serapah kepadanya.

“Edgar. Aku Edgar.” pria itu menarik salah satu sudut bibirnya dengan tatapan yang tidak sedikitpun lepas dari manik biru kehijauan milik Agatha.

“Mengapa kau lakukan ini padaku?” tanya Agatha ingin tahu tujuan pria dengan nama Edgar itu.

“Hubungi Mario.” Edgar melonggarkan sedikit ikatan tangan Agatha sebelum menyodorkan ponsel milik wanita itu.

Edgar yakin Mario tidak benar-benar terbang ke Miami, dia tidak sebodoh itu.

“Kau ada urusan apa dengan daddyku?” tanya Agatha menelisik.

Edgar menipiskan bibir karena tidak menyukai wanita yang selalu ingin tahu urusan orang lain.

“Hubungi bajingan itu dan cari tahu keberadaannya atau kau yang akan menanggung hukuman yang seharusnya diterima olehnya,” desis Edgar.

“Mengapa tidak kau saja yang menghubunginya?” sekarang Agatha tahu bahwa dia di jadikan umpan untuk menemukan daddynya.

Dia tidak tahu apa yang terjadi namun dia tidak akan membiarkan daddynya dalam bahaya.

“Kau punya nyali juga untuk menguji kesabaranku,”

“Tidak perlu menghubunginya, aku akan menemukan bajingan itu dan akan kupotong semua bagian tubuhnya di depan matamu.” Edgar menarik kembali ponsel itu dari genggaman Agatha.

Dia melihat kepergian Edgar dengan tatapan jijik, wajah pria itu saja yang terlihat sempurna tapi kelakuannya tak jauh beda dengan iblis dari neraka.

Apa yang terjadi dengan daddynya?; Dan ke mana perginya pria itu?

Agatha sama sekali tidak curiga ketika tadi sore daddynya mengatakan akan keluar kota selama tiga hari karena urusan pekerjaan.

Selama ini mereka hidup dalam damai tanpa sesuatu yang mencurigakan atau masalah besar yang harus melibatkan mereka dengan iblis seperti pria bernama Edgar, tidak pernah sekalipun Agatha melihat daddynya memiliki kasus karena yang ia tahu pria itu justru menyelidiki sejumlah kasus yang sulit terpecahkan, lantas apa yang terjadi dengan pria kejam ini hingga terlihat begitu marah ketika menyebut nama Mario?

Edgar melempar ponsel itu di dalam perapian sembari menyesap segelas cocktail miliknya. Dia ataupun wanita itu tidak lagi memerlukan benda sialan itu.

Agatha tidak lagi bisa menahan rasa lelah dan matanya mulai perih karena berusaha untuk tetap terjaga. Tubuh kecil itu tertidur meringkuk di lantai yang dingin.

Hanya beberapa menit setelah wanita itu jatuh ke alam mimpi Edgar kembali masuk ke ruangan tersebut. Dia berdiri dalam diam selama beberapa menit tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari tubuh Agatha.

Perlahan kakinya melangkah ke arah wanita itu lalu melepas satu persatu ikatan tangan dan juga pada kakinya. Edgar membawa tubuh Agatha untuk di baringkan ke atas tempat tidur yang berukuran besar—Wanita itu menggeliat mencari posisi yang nyaman.

Tangan Edgar perlahan bergerak mengelus pipi, alis, hidung dan terakhir garis bibir Agatha yang begitu indah.

Siapa kau sebenarnya?’ bisiknya di keheningan malam.

Wajah itu seperti tidak asing baginya atau hanya halusinasinya saja?

Edgar tak bisa berhenti untuk menatap wajah Agatha, ada sesuatu dalam dirinya yang tidak bisa dijelaskan. Tanpa ia sadari telah duduk diam selama dua jam tanpa melakukan apapun selain diam menatap wajah Agatha dan mendengar dengkuran halus dari bibir wanita itu.

Tak ingin kedapatan oleh wanita itu jika dirinya berada di sana, Edgar menunduk, merasa dirinya seperti ditarik ke arah wajah Agatha lalu memberi wanita itu kecupan seringai bulu sebelum meninggalkan kamar, tak lupa pria itu menguncinya dari luar.

Edgar menerima pesan berupa file dari Dores. Mata tajamnya membaca informasi itu tanpa satupun yang terlewatkan, seketika dia menggelap dengan nafas tercekat.

“Aku akan menyeretmu ke neraka Mario!” desis Edgar bersama hembusan angin malam.

The Bastard's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang