Bab 30: Surat dari Delila

43 1 0
                                    

“Apa kau masih memerlukan jasa pelukan hangat?” tanya Edgar dengan tatapan jahil, hal itu membuat darah Agatha terasa hangat hingga naik menjalar ke pipinya.

“Tidak. Aku takut dengan pria mesum,” jawab Agatha, namun terlihat sudut matanya yang menahan tawa.

“Kalau begitu, aku yang memerlukannya,”

“Ya?” Agatha terlihat bingung sekarang.

Edgar mendekat ke arah pintu besi, tubuhnya yang sempurna berdiri di sana bak dewa yunani.

“kemarilah dan tolong temani aku tidur,” ucapnya dengan nada rendah.

Meski nada suaranya penuh dengan godaan namun nyatanya mata pria itu terlihat sedikit lelah.

Agatha terdiam sesaat, entah bagaimana akal sehatnya bekerja tapi yang jelas Agatha menyadari bahwa keputusannya untuk berdiri dan mendekat ke arah Edgar adalah salah.

Tapi tubuhnya begitu saja datang pada pria itu bagai terhipnotis.

Edgar membuka jeruji besi lalu meraih Agatha untuk masuk ke dalam kamarnya.

Soal dia ingin di temani tidur, Edgar bersungguh-sungguh hanya ingin di temani tidur oleh Agatha.

Kecuali jika wanita itu sendiri yang menginginkan lebih, batinnya.

Keduanya tidur berpelukan, Edgar tidak ingat dengan jelas kapan terakhir dia tidur dengan rasa nyaman yang menenangkan seperti ini.

Agatha bagai malaikat pelindung dan kekuatan dalam dekapannya.

Dan begitulah seterusnya mereka melewati malam-malam mereka.

***

Hanyut dalam keseharian mereka yang terlihat semakin lebih baik, sehingga tanpa di sadari bahwa ada musuh yang mulai bereaksi.

Delila memang di tugaskan di bagian lantai dasar untuk bersih-bersih sehingga sedikit sulit baginya bertemu dengan Agatha.

Selama beberapa hari ini Agatha selalu turun ke cafe depan kantor berdua dengan Edgar.

Jelas Delila tidak mungkin berani mendekati Agatha.

Sementara Alan memberinya tenggak waktu untuk menyerahkan kertas tersebut kepada Agatha. Ternyata tidak semudah yang ia pikirkan.

Namun siang itu sepertinya dewi keberuntungan sedang di pihak Delila, karena Agatha tiba-tiba saja keluar dari lift seorang diri dan hal lain yang mengejutkan, Agatha tidak langsung berjalan keluar melainkan berbelok menuju kamar mandi.

Kesempatan ini di gunakan oleh Delila untuk berjalan mengikuti Agatha.

Ketika sampai di lorong Delila kaget karena Agatha berdiri di sana seorang diri.

“Aku sudah menduga,” ... “Ada yang ingin kau katakan?” Agatha langsung pada inti pertanyaan.

Dia sudah sangat curiga selama beberapa hari terakhir, wanita muda itu selalu memperhatikannya dengan seksama dan itu sungguh mengganggu Agatha.

Delila melihat sekitarnya, dia tidak tahu bagaimana Agatha mengetahui jika dia ingin bertemu berdua dengan wanita itu, namun yang jelas dia dengan cepat langsung menyodorkan kertas kecil kepada Agatha.

Tercatat nomor ponsel di sana.

‘Saya asisten tuan Mario McLean. Jika berkenan hubungi saya secara pribadi’

“Kau mendapat ini dari siapa?” tanya Agatha berbisik.

“Ceritanya panjang, nona. Segera menghubunginya agar anda cepat terbebas.” ujar Delila lalu berlari kecil dari sana karena takut jika ketahuan dengan Edgar.

The Bastard's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang