Bab 42: Cemburu?

26 1 0
                                    

“Kau memiliki tujuan lain?” tanya Edgar.

Agatha sontak meraih ponselnya dari dalam tas dan menunjukkan sebuah klinik kecantikan.

Edgar kemudian melaju, namun dia tidak membawa Agatha ke klinik kecantikan seperti yang di tunjukkan Agatha sebelumnya.

“Kau cukup mengenal tempat favorite para wanita.” sindir Agatha kala mereka sudah berada di depan klinik yang lagi-lagi menurut pengamatan Agatha sangat mahal dan khusus kalangan atas.

Edgar hanya diam, sementara Agatha memasang wajah kesal membayangkan mungkin dia wanita yang sudah kesekian di ajak oleh Edgar di tempat-tempat seperti ini.

Langkahnya melambat ketika Edgar dengan acuh masuk ke dalam tanpa mempedulikannya.

Begitu pintu kaca terbuka,ternyata Edgar berada di sana menunggu Agatha.

“Kau lambat sekali.” bisiknya datar.

“Jalan saja lebih dulu,” jawab Agatha tanpa menatap wajahnya.

“Ada apa?” Edgar yang tidak peka merasa bingung dengan perubahan wajah Agatha.

“Bukankah ini juga klinik kecantikan?” Edgar berpikir jika Agatha kesal karena dia membawa wanita itu di tempat yang berbeda.

Tidak ada sahutan, seorang wanita seksi dan juga  cantik datang menghampiri mereka. Wanita itu tersenyum kepada Edgar, tentu tidak untuk Agatha.

Beberapa wanita di sana menyambutnya dengan senyum penuh arti.

“Kau cukup terkenal rupanya di kalangan para wanita.” sindir Agatha lagi.

Edgar menarik salah satu bibirnya dengan senyum iblis, sementara tangannya meraih pinggang Agatha lalu berbisik,

“Jadi sejak tadi kau cemburu?” tanya Edgar menyipitkan mata.

“Kau terlalu percaya diri. Aku hanya tidak ingin di anggap salah satu dari pelacurmu.” jawab Agatha tak kalah dingin.

Saat ini mereka tengah berjalan memasuki lorong dengan seorang pelayan wanita di depan mereka.

“Kau berlebihan,” ujar Edgar mengelus punggungnya.

Perlakuan Edgar selalu berhasil membuatnya salah tingkah, bahkan di setiap tempat yang mereka kunjungi Edgar selalu memperkenalkannya sebagai kekasih.

Tapi tetap saja Agatha merasa tidak percaya diri, dia yakin semua jenis wanita yang pernah bersama Edgar tidak akan jauh-jauh dari wanita yang kelihatan bak model; atau wanita seksi dengan wajah seperti boneka; tubuh ramping dan dada menyembul keluar.

Sementara dia? Agatha tidak merasa dirinya cantik seperti yang sering di katakan oleh para kru televisi tempatnya dulu bekerja. Dia juga tidak memiliki tubuh yang montok aduhai layaknya wanita idaman para pria.

Edgar melirik wajah Agatha yang masih terlihat suntuk, rasanya dia sangat ingin menembak para wanita di sana karena telah membuat suasana hati kekasihnya memburuk.

Dengan sabar Edgar menunggu selama berjam-jam, sementara Agatha melakukan perawatan ke seluruh tubuhnya.

Dia sesekali mencuri pandang kepada Edgar yang duduk di sofa dengan pembatas kaca yang masih berada di dalam ruangan itu.

Kelihatan pria itu biasa saja, tidak ada rasa bosan seperti sudah terbiasa melakukan hal itu—rasa kesal Agatha semakin bertambah.

Sementara Edgar sibuk dengan ponselnya.

Akhirnya selesai juga, Agatha terlihat lebih segar. Tapi raut wajahnya tidak begitu bersahabat, tidak hanya itu sikapnya juga acuh kepada Edgar.

The Bastard's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang