Sudah seminggu Edgar terlihat sibuk, dia sering kali pulang terlalu malam karena banyak yang harus di urus untuk persiapan perayaan ulang tahun perusahaan yang tinggal beberapa hari.
Sejak kejadian di mana data perusahaan bocor, Edgar tidak lagi mengizinkan Agatha bekerja ke kantor.
Edgar juga sudah membeli ponsel baru untuknya, namun tentu saja sekarang Agatha tahu jika Edgar bisa mengetahui apa saja yang ia lakukan dengan barang canggih itu.
Jadi bisa di bayangkan bagaimana suntuknya Agatha berada di rumah selama beberapa bulan tanpa melakukan apapun.
Hanya menonton, membaca; sesekali akan pergi ke taman, berenang dan terkadang Edgar membawanya pergi entah itu hanya untuk makan malam, acara, atau pesta dari rekan bisnis pria itu.
Walau Edgar memperlakukannya bak putri dalam dongeng namun jika Agatha di beri pilihan berada di mansion atau meninggalkan tempat ini, maka Agatha dengan senang hati akan memilih meninggalkan mansion beserta Edgar.
Dia tidak bisa hidup seperti ini, sehari-hari merasa kesepian dan tidak ada tujuan akan ke mana hidupnya nanti.
Agatha akan memilih untuk terus berkarir ketimbang terjebak di dalam rumah besar ini—rumah yang indah tapi rasa neraka.
Hari ini Edgar pulang sudah hampir tengah malam. Setelah memastikan jika Agatha telah tidur, dia membersihkan diri. Banyaknya pekerjaan akhir-akhir ini membuatnya hampir jarang bertemu Agatha.
Biasa Edgar akan berangkat pagi sekali dan pulang hampir tengah malam, dia berusaha untuk memejamkan mata tapi meski tubuhnya terasa sangat lelah setelah seharian berkunjung di beberapa cabang dan juga gudang-gudang besar untuk memastikan semua pekerjaan terkontrol dengan baik, entah bagaimana matanya seakan enggan untuk tidur.
Edgar menyingkirkan selimut tebal di atas tubuhnya lalu masuk ke kamar Agatha diam-diam.
Jika susah tidur maka solusinya adalah tidur sambil memeluk Agatha dan itu memang ampuh, karena beberapa menit kemudian Edgar hanyut dalam dunia mimpi.
...
Pagi-pagi sekali Agatha sudah bangun dan sibuk membuat sarapan untuknya. Dia duduk di pantry menghadap jendela terbuka yang langsung mengarah ke taman.
Salah seorang pria tua terlihat sedang membersihkan taman, Agatha melambai ke arahnya yang di balas dengan senyum tulus dari tuan Edison.
Mereka pernah mengobrol beberapa kali, walau tuan Edison sudah melarang Agatha karena hal itu dapat menyebabkan tuan Edgar marah.
Agatha tetaplah Agatha, dia kerap tidak peduli dengan larangan Edgar.
Terdengar suara gelas yang di banting dari arah belakang, ketika Agatha menoleh ada Edgar di sana yang tengah menuang jus ke dalam gelas.
Hanya sekian detik ketika Agatha kembali menatap lurus ke depan, tuan Edison sudah tidak berada di sana. Agatha kembali mengunyah sandwich miliknya.
“Apa pria tua itu lebih menarik?” tanya Edgar dingin.
Dia duduk tepat di samping Agatha, namun wanita itu justru membelakanginya.
“Jika ingin di pandang, pindahkan saja tempat dudukmu ke depan sana.” Agatha menunjuk taman dengan mulutnya yang penuh makanan.
Agatha sepertinya salah memberi tantangan kepada Edgar, karena benar saja Edgar kini memindahkan kursi itu tepat di hadapan Agatha—kini mereka saling menatap.
“Seperti ini?” tanya Edgar menyipitkan mata.
“Kau mengganggu pemandangan!” ujar Agatha dengan tatapan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bastard's Secret
Romance21++ ***Cerita ini mengandung unsur dewasa*** Kematian Ludovic cukup mengagetkan orang-orang sekitarnya. Seorang pengusaha kaya yang di kenal tegas dan berwibawa. Penyebab kematiannya masih menjadi misteri. Pria yang sudah berumur setengah abad itu...