Bab 4: Keputusan Sepihak

76 4 0
                                    

Seorang pria berbadan besar dan tegap muncul di ambang pintu tempat Agatha di kurung. Pria itu menunduk tanpa berani menatap wajahnya.

“Nona, mari saya antar ke kamar tuan Edgar,” ucap pria itu masih dengan kepala menunduk.

Agatha mengernyit namun dia tidak menolak, dia harus bertemu dengan pria gila itu.

“Ya, Aku memang sangat ingin bertemu dan menginjak wajah bajingan itu. Tidak hanya dia tapi kalian semua yang telah berani mengurungku akan kusiarkan di seluruh penjuru Los Angeles.”

“Bedebah sialan!” gerutu Agatha sembari keluar dari kamar di susul dengan ajudan tadi.

Sang ajudan berjalan lebih cepat untuk menuntun arah kamar tuannya kepada Agatha. Mereka menaiki satu persatu anak tangga yang megah itu.

Seperti yang dibayangkan oleh Agatha, tempat ini sangat luar biasa bak istana dalam dongeng.

“Nona, silahkan masuk.” ucap sang ajudan mempersilahkan Agatha untuk masuk ke dalam kamar yang berada di hadapan mereka.

Ck, bajingan ini.” ujar Agatha begitu berdiri sambil berkacak pinggang di tengah ruangan dan Edgar berada di sana duduk di kepala sofa dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

“Selamat datang di rumah yang baru, Agatha. Maaf karena sebelumnya kau tiba di sini tanpa sambutan hangat,” ucap Edgar dengan santai.

Namun entah mengapa Agatha melihat nada ejekan dari suara pria itu.

Agatha menghela nafas dengan wajah yang sama sekali tanpa rasa takut.

“Aku tidak tahu kau siapa, tapi aku tahu banyak kelompok manusia berandal seperti kalian di kota ini. Bebaskan aku dan aku tidak akan mengingat apa yang telah kalian lakukan,” wanita itu berhenti sejenak terlihat seperti sedang berpikir.

“atau aku tidak akan segan mengungkapkan kasus ini di depan publik.” lanjut Agatha.

“Wow, kau membuatku takut.” sahut Edgar menyipitkan mata dengan senyum meremehkan ... “bajingan itu pasti membesarkanmu dengan baik.” kali ini tatapan Edgar menjadi lebih tajam.

“Katakan apa masalahmu dan aku akan membantumu bertemu dengan daddyku.”

Agatha tidak habis akal agar bisa mendapat celah untuk kabur atau setidaknya pria itu memberinya ponsel agar bisa menghubungi seseorang.

Edgar terdiam dengan raut wajah yang semakin dingin.

“Terlambat. Aku sudah berubah pikiran, baby.” jawab Edgar tanpa sedikitpun tersirat nada bercanda.

“Apa maksudmu?” Agatha mengernyit, dia tidak tahu apa yang direncanakan pria di hadapannya

“Mulai hari ini bajingan itu tidak lagi memiliki hubungan apapun denganmu,” ucap Edgar tanpa beban yang berhasil membuat Agatha membelalak tak percaya.

Cih, pria gila ini. Kau pikir siapa dirimu hingga seenak jidatmu memutuskan hubungan keluarga orang lain?!” Agatha sungguh ingin melemparkan batu di kepala pria ini agar secepatnya tersadar.

“Oh ada lagi, mulai hari ini kau adalah kekasihku dan—namamu Agatha Carter.” lanjut Edgar.

Beberapa detik Agatha seperti merasa tidak asing dengan nama itu—Carter, namun sekarang itu tidaklah penting. Tadi apa yang di katakan pria gila ini? Dia menjadi kekasihnya?

“Wah ...” Agatha hampir saja menyemburkan makian dari mulutnya tapi dia berusaha mati-matian agar tidak ikut gila bersama pria itu.

“Tuan, sepertinya anda tidak beda jauh dengan pria lain yang terpikat dengan pesonaku. Tidak apa-apa itu sangat wajar, tapi maaf aku tidak tertarik dengan pria sepertimu.” ujar Agatha dengan wajah bangga karena apa yang dia katakan adalah kenyataan yang sesungguhnya.

Raut wajah Edgar seketika berubah menggelap.

“Mulai sekarang tidak akan ada pria yang boleh mendekatimu. Dapat dipastikan tanganku sendiri yang akan meledakkan isi kepala mereka,” desisnya bersungguh-sungguh.

Agatha merinding mendengar ucapannya.

Agatha tidak bisa lagi bersikap pura-pura baik pada pria itu, menurutnya tindakan Edgar sangat keterlaluan dan tidak masuk akal.

“Kau tidak bisa berbuat sesuka hatimu seperti ini, bajingan.” desis Agatha menahan rasa kesal.

“Aku sudah memutuskan. Semua data pribadimu sudah di ganti dengan nama Agatha Carter. Dan buang semua harapanmu bahwa Mario McLean akan datang untuk menjemputmu, aku yakin bajingan itu tidak memiliki nyali untuk itu.” ucapnya tak terbantahkan.

Muka Agatha sudah memerah dengan nafas berat karena kemarahan dan omongan Edgar yang seakan-akan lebih mengenal Mario ketimbang dirinya.

“Jangan merasa kau tahu segalanya, aku tidak akan mau menjadi kekasihmu, aku juga tidak akan mau mengganti namaku. Kau tidak memiliki hak atas hidupku.” Agatha bukan manusia bodoh yang bisa di atur oleh orang asing yang masih beberapa jam lalu mengenalnya.

Keduanya terlibat dalam aksi tatapan mematikan.

“Kau akan menjadi kekasihku suka atau tidak, kau akan mengganti namamu dan mulai hari ini kau berada di bawah kuasaku. Ini perintah!” ujar Edgar dingin dan tegas.

“Aku tidak mau sialan‼! Aku bukan tawanan, aku tidak memiliki urusan denganmu bajingan!” teriak Agatha disertai dengan tubuhnya yang bergetar.

“biarkan aku pulang,” ucap Agatha memelas.

Edgar berdiri lalu melangkah lebih dekat dengan Agatha.

“Ini rumahmu. Kau tidak memiliki tempat untuk pulang selain di tempat yang sudah aku tentukan,” bisiknya dalam jarak dekat.

“Cuihhh ...” tanpa disangka Agatha meludahi wajah pria itu.

“Aku sudah memintamu dengan baik,” ujarnya dengan nafas tersengal. Manusia waras mana yang menerima keputusan pria itu? Dari mana datangnya tindakan tidak masuk akal itu?

Agatha yakin dalam waktu sebentar dia akan menjadi gila di tempat ini.

Edgar mengusap pipinya yang diludahi oleh Agatha, wanita itu salah besar jika berpikir bisa melawan iblis yang baru saja bangkit dari api neraka.

“Tidak pernah ada orang yang bisa membantah perintahku, jalang!” bisiknya sambil mencekik leher Agatha.

Hanya dengan satu tangan pria itu mendorong Agatha hingga ke balkon luar, tubuh bagian belakang Agatha menabrak kuat tembok pembatas balkon sampai terasa tulang-tulangnya patah dalam sekejap.

“Haruskah aku mencincang tubuh cantikmu bersama bajingan keparat itu, huh?‼” teriaknya dengan urat leher yang hampir meledak.

Edgar sudah sangat gelap mata sehingga tidak lagi peduli dengan Agatha yang mulai kehilangan kesadaran.

Tangannya semakin mendorong tubuh Agatha melewati batas balkon, jika sedikit saja pria itu melonggarkan jemarinya sudah dapat dipastikan Agatha akan jatuh ke bawah lalu tewas.

Edgar seakan tidak puas, tangannya masih berada di leher wanita itu, kemudian dalam sepersekian detik tubuh Agatha melayang di udara sebelum akhirnya jatuh ke lantai seperti buah jatuh.

Agatha kehilangan kesadarannya. Belum merasa puas, Edgar yang masih dikuasai oleh jiwa iblis mendekat dan menekan dengan kuat lengan Agatha menggunakan ujung sepatunya, tapi tidak ada respon apapun dari wanita itu.

Dia kemudian berjongkok dengan wajah dingin yang kentara dengan kemarahan.

“setelah ini kau harus berpikir seribu kali sebelum bertindak. Aku bisa membunuhmu, sayang.” bisiknya pada tubuh Agatha yang sudah terkapar di lantai.

Edgar kemudian turun ke pantry dan menuang segelas Whisky untuk menenangkan isi kepalanya yang sudah campur aduk.

Pria itu dalam kemarahan yang tidak ia mengerti, setelah sekian tahun tidak bertemu kini muncul keinginan untuk mendominasi Agatha dengan sangat kuat.

The Bastard's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang