Bab 16: Bertemu Mario

39 1 0
                                    

“Kau—” Agatha menggigit bibirnya menahan umpatan yang hampir saja tersembur dari mulutnya.

“Ada apa? Apa yang kau lakukan di sana?” alih-alih marah Agatha justru bertanya dengan nada rendah, dia cukup lelah saat ini dan otaknya sedang banyak yang harus di pikirkan.

“Aku tidak tahu. Sepertinya dewi keberuntungan yang membawaku kemari,” racau Edgar mengedikan bahu sedangkan tatapannya mengarah pada keseluruhan tubuh Agatha.

Sebelumnya dia sudah pernah melihat tubuh menggiurkan itu dan—Ya, Edgar menyukainya—Edgar menginginkan Agatha—miliknya.

“Aku tidak akan segan untuk mengeluarkan kedua bola matamu jika sekali lagi muncul tanpa mengetuk pintu.” ancam Agatha yang terlihat menipiskan bibir namun bukannya takut, Edgar justru terkekeh dan mendekati Agatha. Wanita itu tidak bergerak sama sekali—jelas dia sedang menantang Edgar sang arogan yang tidak memiliki otak.

“Ancamanmu membuatku ingin masuk lagi, lagi dan lagi tanpa mengetuk pintu,” ejeknya dengan tatapan jahil.

“Apa kau pikir hanya kau yang bisa mengancam orang lain sesuka hatimu? Aku bersungguh-sungguh!” lanjut Agatha, suaranya semakin mengecil kala Edgar menutup jarak di antara mereka.

Sontak Agatha semakin merapatkan kedua tangan untuk menutupi tubuhnya bagian atas yang terbuka.

“Sayang, kau bisa melakukannya sekarang. Ayo keluarkan kedua bola mataku. Aku disini, di hadapanmu.” goda Edgar sambil memicingkan mata.

Agatha menyipitkan mata melihat adanya kelicikan iblis dari bibir pria itu, jika bertindak gegabah tentu saja Edgar akan merasa senang dan dapat melihat tubuhnya yang setengah telanjang, Agatha tidak boleh terpengaruh dengan ucapan pria itu.

“Ada apa?” tanya Edgar mengelus pipi Agatha yang sehalus kulit bayi, suara pria itu sangat dalam dan berhasil membuat Agatha merinding.

Edgar menarik dagu Agatha sedikit ke atas hingga mata mereka beradu tatap.

Mata Edgar berlama-lama pada bibir ranum merah muda itu, bibir yang memiliki rasa memabukkan, bibir yang selalu menjawabnya dengan lantang.

Naluri iblisnya bahkan dalam sekejap terbakar dalam api gairah hanya dengan membayangkan kembali betapa manisnya Agatha.

Edgar memiringkan sedikit kepalanya sebelum menunduk dan menempelkan bibirnya di atas bibir Agatha.

Sontak wanita itu memejamkan matanya menunggu Edgar untuk segera menciumnya.

Lalu seperti yang sudah di bayangkan, Edgar melumat Agatha dengan sangat lembut, meresapi seluruh rasa manis dari mulut wanita itu.

Entah berapa lama, yang jelas keduanya telah saling mencicipi hingga hampir kehabisan nafas.

Wajah Agatha terlihat memerah sembari mengatur kembali deru nafasnya.

“Keluar atau akan kutendang senjata kehidupanmu hingga tidak lagi memiliki fungsi!” desis Agatha setelah pernafasan kembali normal.

Edgar terkekeh namun pria itu tetap keluar dari sana setelah memberi kecupan di sudut bibir Agatha.

Sementara itu tangan Agatha berpegangan pada dinding, tubuhnya seketika seperti kehilangan tulang.

Pria sialan itu bahkan tanpa rasa malu sengaja menggesekan bagian tubuhnya yang keras di bagian perut Agatha.

Agatha menelan ludah sambil mengusap wajahnya, dia merasa malu saat ini.

Dia dengan jelas merasakan Edgar yang mengeras dan—
Agghhh, bajingan itu!” jerit Agatha menatap pintu penghubung di mana Edgar telah menghilang dari sana.

The Bastard's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang