Bab 11: Awal Kehancuran

63 2 0
                                    

Flashback

Los Angeles, 20 tahun lalu.
Edgar sesekali meneteskan air mata melihat tubuh Ludovic—daddynya yang sudah terbaring di dalam peti mati, tidak jauh beda dengan adiknya—Fransisca Alexandra.

Gadis kecil berumur lima tahun itu tentu saja cukup mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.

Dia berdiri di samping peti mati daddynya untuk terakhir kali dan menangis tersedu.

Sedangkan Amelia—mommynya saat itu hanya terdiam seperti mayat hidup dari sejak daddynya di temukan tak bernyawa di dalam mobil sedan berwarna hitam yang biasa di gunakan pria itu untuk pergi ke kantor hingga proses pemakaman tidak ada satu patah katapun keluar dari bibir mommynya.

Wanita itu tidak juga menangis, dia hanya diam seperti tidak lagi memiliki gairah hidup.

Tak lama setelah kematian daddynya, tiba waktu pembacaan surat wasiat.

Dan nyatanya hampir seluruh harta peninggalan daddynya jatuh ke tangan anak dari istri pertama Ludovic.

Edgar memiliki dua saudara tiri dari pernikahan pertama daddynya.

Sementara mommynya, dia dan adik perempuannya hanya mendapat secuil dari harta itu.

Ketika itu Edgar memasuki umur 8 tahun.
...

Sebulan setelah pemakaman Ludovic, Amelia beserta kedua anaknya pindah dari rumah mewah yang selama hampir sembilan tahun ini ia tempati dengan suaminya.

Dia membawa Edgar dan Alexa ke rumah mereka yang berada di pinggiran kota Los Angeles.

Rumah itu tidak terlalu buruk, masih tergolong rumah besar walau cuma dua lantai dan tidak semegah rumah sebelumnya.

Tidak hanya pindah rumah tapi semua fasilitas yang mereka peroleh selama ini berubah total, tidak ada lagi supir pribadi yang akan mengantar mereka ke mana-mana, tidak ada lagi pelayan atau koki yang akan menyajikan makanan enak, semua terasa bagai mimpi.

Dari hari ke hari Amelia semakin hilang arah, dia menghabiskan banyak waktu untuk menyendiri dan menangis diam-diam.

Dia mengabaikan kedua anaknya hingga terlihat sangat tidak terurus.

Edgar dan Alexa sebelumnya di kenal sebagai anak yang ceria namun semenjak pindah ke sekolah yang lebih dekat dengan tempat tinggal mereka saat ini—alasan lain sebenarnya adalah karena sekolah mereka sebelumnya merupakan sekolah elite yang membutuhkan biaya fantastis—Amelia tidak akan sanggup membayar biaya itu tanpa harta Ludovic.

Kini dua anak itu telah berubah menjadi anak yang pemurung dan tak jarang mendapat perundungan di sekolah.

Mendengar betapa hancurnya keluarga mereka saat itu, nenek Edgar—ibu Amelia yang bernama Tracy dan pamannya bernama Fazio memutuskan untuk pindah ke rumah Edgar.

Keputusan Tracy dan Fazio untuk tinggal menetap bersama Amelia dan anak-anaknya sedikit membuahkan hasil, terbukti setelah beberapa bulan Amelia kembali aktif, wanita itu juga kerap pergi dengan alasan untuk mencari pekerjaan tapi sepertinya itu tidaklah benar.

Amelia bertemu kembali dengan mantan kekasihnya dan dia dengan terang-terangan mengakui menjalin hubungan dengan pria itu.

Ben—mantan kekasih Amelia nampaknya bukan pria biasa, jika melihat dari tampilannya ketika berkunjung ke kediaman Amelia pria itu terlihat mengenakan pakaian mewah dengan mobil sport keluaran tahun ini.

“Lia, kau sudah memikirkan hal itu dengan baik?” tanya Tracy kepada Amelia.

“Mam, aku tidak bisa hidup seperti ini. Mama tega melihatku harus terpuruk terus-menerus?” tanya Amelia dengan wajah frustasi.

“Lalu bagaimana dengan anak-anakmu?” tanya Tracy lebih lanjut.

“Aku hanya bisa membawa salah satu di antara mereka,” terdengar Amelia berusaha menahan rasa sedih.

“Mam, Edgar sudah mulai besar sementara Alexa masih kecil, dia membutuhkanku.” ujarnya dengan nada rendah.

Tanpa di sadari oleh dua wanita dewasa itu, Edgar berada di balik pintu kamar mommynya dan mendengar percakapan wanita itu bersama neneknya.

Tadinya Edgar berniat untuk memberi tahu mommynya perihal uang sekolah yang sudah terlambat pembayaran tapi justru dia mendengar sesuatu yang seharusnya tidak di dengar anak lelaki itu.

Keesokan harinya Edgar berlaku seperti biasa, dia sarapan roti seadanya lalu berangkat sekolah.

Perihal uang sekolah tentu belum di sampaikan kepada mommynya.

Hari itu, Edgar memilih untuk bolos setelah melihat tempat peternakan kuda milik warga di sana. Dengan nekat anak itu memanjat pagar bambu yang lebih tinggi dari badannya untuk masuk dan melihat kuda.

Dia menjadi teringat tahun lalu daddynya sempat membawanya untuk berlatih kuda.

Karena terlalu asyik melihat sejumlah kuda, Edgar tidak menyadari kehadiran seorang wanita yang mungkin seumuran dengan mommynya bersama dengan gadis kecil.

“Hai, apa yang kau lakukan di sana?” tanya wanita itu yang membuat Edgar kaget dan menoleh.

“E—em, aku hanya melihat-lihat, aunty.” jawab Edgar gelagapan.

Kedua wanita itu mendekat. “Siapa namamu, nak?” tanya wanita dewasa.

“Edgar, aunty.” sahut Edgar.

Sonya Carter menatap tampilan Edgar yang masih mengenakan pakaian sekolah,

“Apa kau tersesat?” Sonya mengelus kepala Edgar penuh perhatian.

“Tidak, aunty.” lalu Edgar menceritakan apa yang terjadi. Sonya akhirnya bisa memaklumi hal itu.

“Mom, dia abang Alexa.” bisik gadis kecil dengan iris biru kehijauan.

Dia sangat hafal dengan wajah Edgar karena teman-temannya yang selalu menceritakan jika Alexa memiliki abang yang tampan.

“Oh benarkah?” tanya Sonya merasa tertarik.

“Ya, aku pernah melihatnya.” ujar Agatha—Ya Agatha merupakan teman Alexa di taman kanak-kanak.

Ternyata Agatha anak yang ceria dan cerewet, gadis kecil itu yang terlebih dulu mengajak Edgar untuk mengumpulkan rumput lalu  memberi makan kuda.

Edgar menemani Agatha bermain dan mendengar semua celotehan anak itu, Edgar tentu saja sudah terbiasa menghadapi Alexa di rumah sehingga tidak terlalu kaku saat bermain dengan Agatha.

Sonya bahkan memberi anak lelaki itu makan dan memperlakukannya dengan baik.

Wajah tampan Edgar kecil sepertinya selalu berhasil menarik perhatian orang lain.

Hampir sore, Edgar pamit kepada Sonya, wanita itu mengelusnya dan juga memberi Edgar uang jajan.

Walau sempat di tolak tapi Sonya mengatakan bahwa dia menyukai jika Edgar sering datang untuk bermain dengan Agatha.

“Lain kali jika kau datang tolong bawa Alexa juga.” ujar Agatha pada Edgar.

Semenjak hari itu, Agatha menyukai Edgar. Dia selalu mengatakan bahwa kelak dia akan menjadi kekasih Edgar.

Agatha sering datang ke kediaman Edgar dengan alasan bermain bersama Alexa—tentu dengan Edgar juga.

Di usia seperti itu, biasanya mereka hanya asal berucap dan kendati tidak menyadari apa itu menyukai seseorang, mencintai atau hubungan asmara.

Mereka hanya anak kecil yang tidak tahu banyak hal.

Mungkin karena pada saat itu banyak anak-anak gadis di sekolah yang menyukai Edgar karena terlalu tampan—itu usia di mana anak-anak gadis masih lucu-lucunya.

Begitupun dengan Agatha, dia menyukai Edgar sementara di masa itu Edgar hanya anak lelaki yang sedang beranjak remaja.

Siapa yang tidak jatuh hati pada pesona Edgar? Dia dari kecil sudah di gandrungi oleh banyak wanita.

The Bastard's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang