Jika Agatha berpikir dengan sedikit mengiba akan membuat hati Rafael sedikit melunak, maka dia sangat salah karena Rafael jauh tidak memiliki hati dan tidak manusiawi.
“Apa kau pikir aku peduli, jalang?” tanya Rafael menaikkan salah satu sudut alisnya.
“Lepaskan pakaianmu dan tunjukkan padaku sehebat apa dirimu hingga pantas memiliki nilai tinggi.” perintah Rafael. Sama sekali tak ada nada bercanda dari bicaranya.
“Enyahlah ke neraka! Aku tidak akan pernah sudi menyerahkan diriku dengan manusia tak berhati sepertimu,” jawab Agatha.
“baiklah, aku sudah memintamu dengan baik maka jangan salahkan jika pada akhirnya harus memaksa.” bersamaan dengan itu Rafael melepas kemejanya dengan kasar.
Agatha begitu ketakutan dan mencoba berlari, tangannya meraih gagang pintu sebelum Rafael mendapatkannya. Tapi pintu itu terkunci, dia menoleh ke belakang dan Rafael berdiri di sana menyeringai.
“Kau pikir semudah itu? aku sudah mengatakan bahwa kau berada di istanaku sayang bukan di istana Edgar sialan.”
“Kau mungkin bisa dengan mudah membodohi bajingan itu, tapi tidak denganku.” lanjut Rafael dengan senyum penuh kelicikan.
“Kumohon jangan lakukan itu.” cicit Agatha sambil berusaha melindungi tubuhnya dengan kedua tangan, namun Rafael tetap mendapatkannya dan berhasil menghempaskan tubuhnya yang ringan di atas tempat tidur.
Tubuh Agatha bergetar, entah mengapa dalam benaknya hanya ada harapan Edgar datang dan menyelamatkannya.
Dia sama sekali tidak melihat manusia di hadapannya, sungguh Rafael adalah makhluk menjijikan. Pria itu hanya dengan celana dalam berusaha menerkam Agatha dan mencumbui bagian wajahnya.
Dengan seluruh kekuatan yang ia milik Agatha tidak akan pernah sekalipun menyerah untuk melawan pria itu.
Keduanya terlihat bergulat hingga tempat itu tidak lagi layak disebut sebagai tempat tidur. Setiap bagian dari tubuh Agatha rasanya seperti akan terputus. Rafael dengan kasar mencoba meraba setiap bagian tubuhnya, hingga karena terlalu lelah Agatha terdiam dan membiarkan dirinya mengumpulkan kembali kekuatan.
Di saat itu Rafael mengambil kesempatana dengan memberi cumbuan di leher jenjang Agatha. Pria itu terbuai, wangi strawberry dari tubuh Agatha berhasil membuatnya melemah.
Lalu Agatha juga seakan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, kakinya dengan kuat menendang tepat di tulang selangkangan Rafael.
“Aww …!” jerit pria itu.
Agatha berlari dan saat ini hanya kamar mandi yang menjadi tempatnya untuk bersembunyi.
Dia mengunci pintu dari dalam dan tubuhnya yang kacau luruh di lantai, tanpa sadar setetes air matanya jatuh—dia takut.
“Jalang sialan‼!”
“Akan kubunuh kau, bitch‼”
Samar-samar Agatha masih mendengar suara Rafael yang berteriak dari luar. Dia meringkuk memeluk lututnya, tak dapat ia bayangkan bahwa cepat atau lambat hidupnya akan jatuh dalam kehancuran yang sesungguhnya.
Hampir satu jam tertidur di dalam kamar mandi, Agatha mendekatkan telinganya dan tidak mendengar apapun lagi dari dalam kamar.
Dia perlahan membuka pintu dan sedikit menjulurkan kepala untuk melihat situasi. Kamar kini kosong dan kakinya melangkah keluar. Agatha sibuk mencari ponselnya namun tidak berada di manapun. Dia masih ingat benda itu terletak di atas sofa dalam kamar, namun kini telah menghilang—Agatha semakin frustasi.
***
“Tuan, saat ini Alan dan Adriana dalam perjalanan ke Paris.” Dores memberi tahu Edgar informasi terbaru yang ia dapatkan.
Setelah kini Edgar mengetahui wajahnya, alih-alih terbang kembali ke Los Angeles Alan justru menuju Paris dan memutuskan untuk menetap di sana lebih lama. Edgar akan sangat mudah menemukan Mr Pumpkin jika harus kembali lagi ke Los Angeles—tentu saja ide Alan di setujui oleh Mr Pumpkin.
“lalu bagaimana dengan Agatha?” tanya Edgar tanpa sedikitpun melepaskan tatapannya dari layar laptop.
“Nona Agatha masih berada di Villa,” jawab Dores.
“Kirimkan seseorang ke sana,” ujar Edgar kemudian.
“Baik, tuan.”
Namun Dores masih terlihat berdiri di tempatnya tanpa bergeming.
“Ada hal lain?”
“Silahkan di periksa, isinya sangat penting dan mungkin akan memakan waktu panjang.” Dores menyodorkan falshdisk kecil di sudut meja Edgar.
“Aku terlalu sibuk Dores, kau periksa sendiri dan beri padaku rangkumannya.” Edgar sama sekali tidak merasa tertarik dengan hal lain saat ini selain mengurus bagian penting dalam perusahaan lalu kembali turun tangan untuk mencari Mr Pumpkin.
“ini tentang Mr Pumpkin, tuan.” ucap Dores yang berhasil membuat Edgar berhenti dan menatapnya. Mata pria itu lalu beralih ke benda kecil di hadapannya.
“Kau yakin ini sangat penting?” tanya Edgar memastikan.
“Itu sejumlah kasus yang melibatkan Mr Pumpkin, termasuk kasus kecelakaan keluarga nona Agatha.” lanjut Dores kemudian. Terlihat rahang Edgar mengetat menahan marah.
“Adriana memberikannya padaku di malam ketika kita tiba di desa Castelluccio.” jelas Dores.
Edgar lalu mengernyit dan Dores seakan tahu apa yang dipikirkan oleh tuannya.
“Dia merupakan tahanan Alan dan meminta untuk di bebaskan dari pria itu. Sebagai imbalan wanita itu memberi benda ini.” Dores menjawab pertanyaan yang ada di benak Edgar.
…
Edgar mengamati layar laptopnya tanpa sedetikpun berkedip. Seperti yang dikatakan Dores, flashdisk itu berisi ratusan bahkan lebih kasus yang di akibatkan oleh kelompok Mr Pumpkin.
Meski tidak semua diketahui oleh Edgar, namun apa yang ia cari selama ini semuanya ada di sana, bahkan salah satu kasus yang hampir tidak pernah disangka oleh Edgar selama ini ada di sana.
Di mulai dari kasus Odysius pemilik rumah box tempat mayat Mario di sembunyikan. Dia di bunuh oleh kelompoknya sendiri dalam hal ini Mr Pumpkin karena dianggap berkhianat atas tindakannya yang telah menjual beberapa jenis obat-obatan tanpa sepengetahuan sang Capo.
Lalu Abraham juga mengalami hal yang sama, pria itu telah merencanakan kecelakaan yang merenggut nyawa anak Mr. Ferlito tanpa sepengetahuan sang Capo.
Dan sekarang tatapan Edgar sampai pada kasus yang mampu membuat seluruh indra dalam tubuhnya terbakar api kemarahan. Matanya menyipit ketika file itu di buat atas nama Ludovic—nama mendiang daddynya.
Semua bermula dari sana, di mana pada masa itu salah seorang anggota Mr Pumpkin mengajak Ludovic untuk bergabung dalam kelompok mereka. Namun anggota Mr Pumpkin yang tidak disebutkan namanya itu justru hanya mendapat makian dari Ludovic, dan pria itu merasa sakit hati hingga akhirnya merencanakan pembunuhan kepada Ludovic.
Hanya berselang enam bulan sejak pertemuan Ludovic dengan anggota Mr Pumpkin, Ludovic di temukan mati menggenaskan di dalam mobilnya sendiri.
Namun yang membuat Edgar saat ini semakin berpikir keras adalah mengapa saat itu tidak ada yang mengusut tuntas kematian Ludovic? Sementara daddynya bukanlah orang sembarangan, seharusnya kematiannya yang tidak wajar harus di pertanyakan, mungkin pada masa itu mereka masih sangat kecil dan tidak terlalu mengerti akan masalah ini, tapi sekarang Edgar menyadari bahwa ada hal yang mengganjal di sini.
Siapakah anggota Mr Pumpkin yang membunuh daddynya?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bastard's Secret
Romansa21++ ***Cerita ini mengandung unsur dewasa*** Kematian Ludovic cukup mengagetkan orang-orang sekitarnya. Seorang pengusaha kaya yang di kenal tegas dan berwibawa. Penyebab kematiannya masih menjadi misteri. Pria yang sudah berumur setengah abad itu...