Mata Edgar kembali menelisik kasus selanjutnya,
Jascha Carter—daddy Agatha. Pria itu tercatat sebagai anggota dari Mr Pumpkin.
Edgar berhenti sejenak sebelum melanjutkan kembali. Semakin ke sini, kasus ini semakin membuat banyak teka-teki yang tidak bisa di rangkai olehnya.
…
Rumah Agatha dan Sandra hanya terhalang oleh gang. Tidak terlalu jauh, karena itu keduanya sering bermain.
Meski saat itu Amelia sudah menikah lagi dengan Ben—mantan kekasihnya dan tinggal di pusat kota, tapi setelah mendengar dari Tracy bahwa Edgar tiba-tiba saja menghilang membuat Amelia pulang ke rumah itu walau hanya sesekali.
Hari di mana keluarga Jascha mengalami kecelakaan, mereka baru saja dari rumah Amelia untuk menjemput Agatha yang selalu bermain dengan Sandra—adik perempuan Edgar.
Kejadian itu terjadi begitu cepat, Sandra dan Amelia melihat sendiri bagaimana mobil keluarga Agatha terbakar dalam beberapa menit.
Saat itu Jascha dan Sonya tak dapat diselamatkan sementara entah bagaimana Agatha selamat dari kejadian itu. Tentu saja itu bukan kecelakaan biasa, salah satu dari Mr Pumpkin telah merencanakan kematian keluarga Carter.
Alasannya tak lain karena keluarga Carter terlalu baik kepada anak-anak Ludovic, hal itu dianggap ancaman dan rencana pengkhianatan karena Jascha merupakan anggota Mr Pumpkin, dan dia mengetahui siapa yang telah membunuh Ludovic.
Dan orang yang menabrak mobil keluarga Carter tak lain Mario McLean, pria yang telah merawat Agatha selama ini, dari sini juga Edgar mengetahui jika Mario telah melakukan hipnoterapi kepada Agatha setelah kejadian mengenaskan itu karena itulah Agatha hampir tidak pernah mengingat lagi masa-masa itu.
Mario merawatnya dan mengubah nama belakang Agatha Carter menjadi Agatha McLean, sempat ditentang oleh Mr Pumpkin akan rencana Mario yang ingin merawat Agatha namun saat itu juga Mario membuat ide gila dengan menulis perjanjian di atas kertas bahwa jika ia berkhianat atau sesuatu terjadi padanya, maka Agatha sepenuhnya menjadi milik Mr Pumpkin.
Sebelum mengasuh Agatha, Mario pernah menikah sekali. Namun pernikahannya tak berlangsung lama karena wanita itu meninggalkannya.
…
Edgar mengusap wajah setelah mengetahui fakta itu. Dia berulang kali menghela nafas, karena fakta berikutnya mungkin tak kalah membuatnya kaget.
Ya, ini tentang kematian Norah Mateo.
…
Hingga akhirnya tiba hari di mana Norah di culik oleh Mario lalu di habisi hingga begitu sadis. Hal itu di picu oleh dendam masa lalu. Mario hanya pembunuh bayaran, ada orang besar yang berdiri di balik pria itu.
Bertahun-tahun lalu masih salah satu dari Mr Pumpkin pernah mengajak Diego untuk bergabung, namun saat itu jangankan untuk bernegosiasi, Diego mengabaikan pria itu begitu saja.
Dan hal kebetulan lainnya adalah Mr Pumpkin mengetahui jika Diego telah mengasuh Edgar anak Ludovic, semua itu semakin memicu keinginan sang Mr Pumpkin untuk membunuh Norah.
…
Edgar mengetatkan rahang dengan wajah memerah. Kini ia sedikit mendapat gambaran, pelaku dari semua kasus ini hanya satu orang.
Edgar sangat yakin jika pelaku dari kasus yang baru saja ia ketahui di lakukan oleh satu orang yang sama. Namun liciknya sang pelaku sengaja menggunakan nama Mr Pumpkin dalam semua tindakannya sehingga ini menimbulkan kebingungan.
Sasaran Edgar hanya satu orang. Lantas siapa yang harus ia curigai? Sementara semua anggota organisasi menyandang nama Mr Pumpkin, semua anggota bisa bertindak apapun tanpa batasan.
Pertama, dia akan memburu sang Capo. Karena pemimpin organisasi inilah yang akan menjadi kunci untuk menangkap siapa pelaku sebenarnya.
Edgar meraih ponselnya dan terlihat seperti sedang menghubungi seseorang, tak lama seseorang menjawab panggilannya pada deringan pertama.
“Bagaimana dengan Agatha?” tanya Edgar begitu salah satu orang kepercayaannya menerima panggilannya.
“Nona Agatha belum ada terlihat keluar dari kamar hingga sejauh ini.” jawab sang ajudan tanpa balasan lagi Edgar langsung mematikan panggilan itu dengan sepihak.
Dia mengepalkan tangan hingga buku-buku jemarinya tampak memutih. Bahkan hingga sampai detik ini Agatha sama sekali tidak mencoba untuk menghubunginya, apakah wanita itu nyaman di sana?; apakah wanita itu lebih percaya Rafael dari pada dia?
Wanita itu sedang dalam bahaya, tapi Edgar tidak dapat memaksakan kehendaknya. Agatha tidak mudah di takhlukkan, wanita itu memiliki cara berpikir sendiri yang mungkin juga tidak dapat di pahami oleh Edgar.
Di tengah suasana hatinya yang buruk, tiba-tiba Louisa muncul dari ambang pintu. Edgar menatap dingin wanita itu.
“Apa sekarang kau pikir bisa sesuka hati keluar masuk perusahaanku?” tanya Edgar tanpa sedikitpun melepas tatapannya.
“Em—aku sudah mengetuk namun tak ada sahutan,” sahut Lou terbata.
“Aku membawa makan siang untukmu.” Louisa menunjukkan sejumlah makanan yang ia tenteng.
Namun Edgar sungguh tidak tertarik sama sekali dengan Louisa. Tidak ada yang salah dengan wanita itu, Edgar lah yang memiliki masalah dengan otaknya sendiri.
Louisa tentu saja sangat cantik dengan tubuh yang sangat di idamkan para pria, dia juga dari keluarga terpandang dan jangan tanya soal karirnya yang sudah pasti akan sangat cemerlang. Tapi bagaimanapun Edgar hanya menganggapnya sebagai rekan.
Mungkin selain mendiang Norah, Marie dan mungkin juga Agatha bagi Edgar selebihnya para wanita tidak pernah memiliki tempat terbaik di dalam hatinya.
Begitu Louisa duduk di sofa dan menyiapkan makan siang di atas meja, Edgar langsung meraih jas nya dan hendak meninggalkan ruangan itu.
“Setidaknya makan siang bersama sebelum kau pergi,” ujar Louisa yang melirik pria itu melalui sudut matanya. Jika bisa jujur sikap Edgar membuat harga dirinya jatuh.
“Aku sedang tidak memiliki nafsu, makanlah seorang diri atau kau bisa bergabung dengan Dores.” jawab Edgar sambil berlalu. Jika bukan karena menghargai Enrico Terlatto mungkin Edgar sudah sejak lama mendepak Louisa dari perusahaannya.
***
Masih terhitung beberapa hari berada di Villa yang tidak di ketahui oleh Agatha tempat ini tepatnya berada di mana karena dia belum begitu mengenal Italia, rasanya dia tak akan sanggup untuk melanjutkan hidupnya jika harus berada di sini lebih lama.
Hampir setiap hari dia juga harus menyiapkan tenaga untuk bisa melawan Rafael yang terus mencoba melecehkannya.
Sejak kejadian di mana Agatha menendang selangkangannya, Rafael mengurung Agatha di dalam kamar itu.
Sama seperti malam sebelumnya, Rafael masuk dan selalu mencoba memaksa kehendaknya kepada Agatha.
“Kau masih tidak ingin melayaniku?” tanya Rafael yang duduk di sofa dengan salah satu kakinya yang berada di atas meja.
Agatha tidak menjawab. Wanita itu tetap meringkuk diam di ujung kamar sambil menatap ke luar jendela.
Namun tiba-tiba saja sebuah majalah terlempar ke arah Agatha dan hampir saja mengenai wajahnya.
“Jawab jalang!” bentak Rafael kesal. Dia semakin muak karena Agatha tidak menjawabnya.
“Baiklah, kau memang tidak hanya berguna sebagai jalangku sekarang. Tapi juga sebagai senjata untuk membunuh Edgar keparat.”
“Tetap saja persiapkan dirimu, jika waktu itu tiba kau akan mendesah panjang di bawah tubuhku dan memintaku untuk terus memenuhi selangkanganmu.” lanjut Rafael sebelum meninggalkan kamar itu.
Dia belum berniat memaksa Agatha untuk memuaskan nafsunya karena Rafael masih membutuhkan wanita itu untuk menjalankan rencananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bastard's Secret
Storie d'amore21++ ***Cerita ini mengandung unsur dewasa*** Kematian Ludovic cukup mengagetkan orang-orang sekitarnya. Seorang pengusaha kaya yang di kenal tegas dan berwibawa. Penyebab kematiannya masih menjadi misteri. Pria yang sudah berumur setengah abad itu...