Bab 18: Enrico Terlatto

43 1 0
                                    

Hasil dari perdebatan mereka tadi pagi akhirnya berujung dengan Agatha yang ikut bersama Edgar ke kantor.

Dia akan bekerja pada pria itu—Ya, kepada Edgar bukan kepada perusahaan.

Begitulah yang terucap dari mulut Edgar.

Meski sempat memprotes tapi Agatha sudah jelas kalah dengan pilihan yang di berikan oleh Edgar.

Bekerja dengan pria itu atau tidak sama sekali.

Untuk hari pertama, Agatha mendapat meja khusus yang berada tak jauh dari meja Edgar—keduanya berada di ruangan yang sama.

Edgar memintanya untuk memeriksa setiap file lama untuk kemudian di arsipkan.

Agatha bekerja dengan profesional layaknya seorang karyawan.

Sementara saat ini Edgar sedang mengikuti pertemuan dengan Enrico Terlatto, pria yang tiga tahun lebih tua dari Edgar. Keduanya tengah membahas urusan kerja sama baru yang akan segera terbentuk.

Baik Edgar maupun Enrico terlihat cukup akrab mengingat sepuluh tahun yang lalu Anthony Terlatto—ayah Enrico sudah terlebih dulu menjalin kerja sama yang baik dengan Diego.

Hasilnya cukup memuaskan, untuk itu kedua pria tampan ini memutuskan untuk melanjutkan kerja sama itu.

“Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena sesuatu yang mungkin akan sedikit membuatmu tidak nyaman,” ucap Enrico seketika yang membuat Edgar mengernyit.

“Aku pikir kita sudah seperti teman hingga tak ada rasa canggung ketika mengobrol, katakan apa yang mengganggumu, tuan Terlatto.” sahut Edgar.

“Begini Ed, kerja sama ini akan tetap berada di bawah naunganku namun ke depannya Louisa yang akan banyak bertemu denganmu,” ucap Enrico.

Louisa Terlatto, wanita berumur dua puluh empat tahun yang baru saja menyelesaikan gelar sarjananya merupakan satu-satunya adik perempuan Enrico.

Louisa memutuskan untuk mengikuti jejak Ayah dan kakak nya untuk terjun ke dunia bisnis.

“Jadi kerja sama ini semacam bentuk bahan percobaan untukmu?” tanya Edgar dengan tatapan tajam yang menusuk.

Enrico seketika merasa mulai panik, dia sudah menduga jika Edgar akan merasa tersinggung dengan keputusan tiba-tiba ini.

“Bukan begitu Ed ... ini seharusnya menjadi rahasia namun mau tidak mau aku harus memberi tahu jika dalam waktu dekat aku harus ke Jepang …”

Enrico akhirnya menceritakan bahwa Anthony Terlatto saat ini telah di sandera oleh salah satu kelompok mafia Jepang karena dendam masa lalu.

“karena itu sebagai bentuk tanggung jawab, aku memberi kuasa kepada Louisa untuk menggantikan posisiku, sementara segala sesuatu semua atas dasar putusan dariku. Kau bisa menghubungiku jika merasa tidak puas dengan kinerja Louisa,” lanjut Enrico. Dia sadar betul bahwa ini adalah proyek pertama yang di tangani oleh Louisa.

Enrico tidak akan menyangkal jika Edgar akhirnya merasa ragu, kerja sama mereka merupakan rancangan besar dan sangat penting, Louisa yang baru saja terjun ke dunia bisnis jelas tidak akan menjadi rekan yang sepadan dengan Edgar.

Namun tidak ada pilihan lain bagi Enrico.

“Kau cukup mengenalku, Rico. Tidak ada kesempatan kedua, aku harap kerja sama ini tetap berjalan layaknya rancangan kita sejak awal,” balas Edgar yang di anggukan oleh Enrico.

Dia sangat setuju dengan Edgar, proyek mereka ini tidak boleh gagal.

Setelah hampir dua jam, pertemuan itu berakhir juga. Edgar segera menuju ruangannya untuk melihat Agatha.

Wanita itu masih tetap fokus di depan layar komputer.

Edgar menghampirinya dan berdiri tepat di belakang Agatha untuk memantau apa yang di kerjakan Agatha.

“Apakah ini harus kupindahkan ke bagian arsip?” tanya Agatha sembari menunjuk layar komputer di mana terdapat file yang di maksud olehnya.

Edgar menunduk lebih dekat hingga aroma tubuhnya yang maskulin memenuhi seluruh indra penciuman Agatha.

Tangan pria itu meraih mouse dari genggaman Agatha sehingga tanpa sengaja kedua tangan mereka bersentuhan.

“Apa kau sudah membaca isinya?” tanya Edgar tepat di sisi wajah Agatha.

Suaranya yang serak berhasil membuat Agatha menahan nafas.

“Ya, sepertinya sesuatu yang penting,” jawab Agatha namun kali ini ni suaranya terdengar mengecil.

Hm, untuk file yang seperti ini tolong buatkan di satu folder yang baru.” ucap Edgar masih terus melihat deretan file di layar komputer.

Agatha hanya mengangguk kecil, dia takut menggerakkan tubuhnya, jika sedikit saja Agatha menoleh dia yakin wajahnya akan bersentuhan dengan wajah Edgar.

“untuk file yang sudah di tandai masing-masing jadikan dalam satu folder,” ujar Edgar sebelum melepaskan tangannya dari mouse, namun tangan pria itu justru kini mendarat di punggung Agatha di sertai dengan elusan lembut.

Jantung Agatha terasa mulai tidak aman, dia juga menjadi salah tingkah dan tidak fokus.

“kalau tidak ada hal lain silahkan menjauh,” ucap Agatha dengan wajah kesal. Dia tentu merasa terganggu dengan ulah pria itu.

Edgar menarik salah satu sudut bibirnya dengan senyum iblis, betapa menyenangkan berada di sisi wanita itu; menggodanya, apalagi saat kedua pipinya memunculkan semburat merah.

“Kau terlalu kaku Agatha seperti anak remaja yang baru jatuh cinta,” bisik Edgar di dekat telinganya.

Ucapan Edgar berhasil memancing emosi wanita itu, Agatha meremas kuat mouse yang berada dalam genggamannya,

“Lalu aku harus bersikap bagaimana?! Lagian kau siapa sehingga aku harus menjadi seperti yang kau mau?” ujar Agatha sedikit meninggi.

“Lihatlah, kau bahkan tidak bisa mengontrol emosimu,” Edgar menyipitkan mata dengan nada mengejek.

“Emosiku bukan urusanmu. Urus saja urusanmu sendiri, tuan.” sahut Agatha acuh.

Edgar terkekeh geli membuat Agatha menoleh dengan kening mengernyit,

“Apa yang lucu?” tanya Agatha menelisik wajah Edgar.

Saat ini wajah pria itu terlihat ada kelembutan dan sisi lain yang tidak dapat di ungkapkan oleh Agatha.

“Kau …”
bersamaan dengan itu Edgar meraih dagu Agatha hingga wajah wanita itu sedikit mendongak lalu mengecup lama bibirnya.

Agatha mengedipkan mata dengan wajah memerah malu, pria itu sungguh kurang ajar bersikap sesuka hati dengan mencuri ciuman darinya.

“Apa kau tidak memiliki kerjaan?” sindir Agatha karena Edgar masih juga berada di sana, sebagian bokong pria itu mendarat di pinggiran mejanya.

“Aku memiliki banyak pekerjaan namun aku sedang tidak fokus,” jawab Edgar.

“Ada apa?” Agatha dengan wajah serius menelisik wajah Edgar.

Edgar menunduk hingga jarak wajahnya dengan Agatha hanya beberapa senti,

“Kau sangat mengganggu fokusku.” bisik Edgar, tatapannya sedikit berbeda.

“Aku bisa pindah ke ruangan lain jika kehadiranku mengganggu,” meski Agatha sangat paham apa yang di maksud oleh Edgar namun dia memilih untuk pura-pura tidak tahu.

Edgar diam menatap wajah cantik di hadapannya, entah apa yang di pikirkan pria itu, kemudian tangannya meraih lengan Agatha hingga berdiri dan mengunci tubuh wanita itu di antara kedua kakinya yang kokoh, “kau sangat tahu maksudku, sayang.” ujar Edgar serak.

Agatha sungguh sangat bisa membobol pertahanan diri Edgar yang dingin

The Bastard's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang