Bab 62: Memiliki Seutuhnya

47 1 0
                                    

Edgar baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya.

“kau belum tidur?” tanya Edgar yang melihat Agatha masih terduduk di atas tempat tidur dalam keadaan ruang kamar yang temaram. Agatha menggeleng kecil sambil mengusap tengkuknya, mata wanita itu jatuh pada perut Edgar yang berbentuk kotak dan sedikit berotot.

Edgar sendiri terlihat mengetatkan rahang, hampir saja ia gegabah dengan berjalan mengintari ruang kamar, hal yang selalu ia hindari adalah Agatha melihat bagian punggungnya.

“Ada apa, kau membutuhkan sesuatu?” tanya Edgar serak dan Agatha kembali menggeleng yang membuat Edgar mengernyit. Pria itu sama sekali tidak bergeming dari tempatnya berdiri yang menghadap tempat tidur.

“Ed …”

“Ya?” sahut Edgar cepat, dia penasaran ada apa dengan wanita itu. Edgar tidak salah menebak jika Agatha memang sedikit berbeda sekarang.

“apa aku jelek?” tanya Agatha dengan suara rendah, tatapannya seperti anak kecil yang takut di marahi.

“apa ada yang berani mengatakan kau jelek?” Edgar justru kembali bertanya dengan kerutan yang semakin dalam di keningnya, untuk kesekian kalinya Agatha kembali menggeleng lalu mengajukan pertanyaan lain kepada Edgar.

“apa kau membenciku?”

Kali ini Edgar berjalan mendekat kemudian duduk di pinggir tempat tidur menghadap Agatha.

“mengapa kau bertanya seperti itu?” tanya Edgar rendah, dia penasaran apa yang ada di dalam kepala cantik Agatha sekarang.

Agatha menggigit bibirnya gugup, matanya mengerjap karena tak  bisa beralih dari tubuh Edgar yang setengah telanjang.

“aku …” Agatha menelan ludah dengan kepala menunduk, dia sangat malu pada dirinya sendiri yang seakan dengan suka rela ingin menyerahkan diri kepada Edgar.

Tangan Edgar meraih dagu Agatha sehingga mereka kembali beradu tatap, pria itu menunggu apa yang hendak di katakan oleh Agatha.

“Em—kita tidak pernah melakukannya … maksudku kau tidak ingin menyentuhku.” lirih Agatha rendah dan dengan nafas tercekat ia segera membuang muka yang sudah semerah tomat.

Jujur saja Edgar merasa kaget atas pernyataan yang keluar dari mulut Agatha, dia hanya terdiam selama beberapa detik dengan pikiran yang berusaha merasukinya.

“kita akan melakukannya ketika kau sudah siap.” suara Edgar terdengar serak dan dalam sedangkan ibu jarinya mengusap lembut dagu Agatha.

“aku sudah siap.” jawab Agatha dengan yakin.

Sungguh jawaban yang tidak pernah di sangka oleh Edgar, dia menelisik manik Agatha mencari sesuatu yang berubah di sana dan memang wanita itu sedikit berubah, dia membalas tatapan Edgar dengan hangat dan lembut. Detik itu jantung Edgar seakan berhenti, ia mencoba menggerakan lidahnya untuk menjelaskan kepada Agatha agar wanita itu tidak gegabah tapi itu tidak pernah terjadi karena matanya justru jatuh pada bibir Agatha yang merekah seakan memang sudah siap menyambutnya.

Seperti gelap mata Edgar langsung meraih tengkuk Agatha lalu melumat bibirnya dengan sedikit kasar dan kali ini Agatha membalasnya tanpa paksaan, namun lambat laun bibir pria itu melembut, mencecap rasa manis dari bibir Agatha, memperdalam ciumannya ketika Agatha mengalungkan kedua tangan di belakang kepalanya. Ini adalah ciuman pertama mereka yang di lakukan atas dasar suka sama suka, sungguh berbeda rasanya ketika keduanya saling menginginkan. Agatha serasa melambung dengan ciuman Edgar yang memabukan.

“Agatha …” Edgar memejamkan mata dengan nafas tertahan ketika Agatha mencoba menyentuh dadanya yang telanjang.

“please …” lirih Agatha memohon, dia tidak tahu permohonan itu untuk apa tapi Agatha tidak ingin Edgar terus-terusan menolaknya tanpa alasan.

“sayang …” dengan gelisah Edgar tidak tahu harus bagaimana menanggapi wanita yang kini sudah menjadi istrinya itu. Benar dia menginginkan Agatha, bahkan sangat menginginkannya tapi di sisi lain Edgar takut menyakiti Agatha.

Namun Agatha sepertinya bersungguh-sungguh dengan ucapannya, dengan gerakan perlahan wanita itu menurunkan tali gaun tidurnya sampai lengan hingga menampakan sebagian gundukan kecil miliknya.

Edgar dengan cepat menangkup wajah Agatha,

“sayang, kau tahu aku akan menyakitimu.” bisik Edgar membuat Agatha mengernyit, itukah alasan pria itu enggan melakukan hubungan itu dengannya.

“kau tidak akan meyakitiku.” lirih Agatha mengelus rahang Edgar, dia begitu merasa bersalah kepada Edgar, selama ini dia selalu berprasangka buruk kepada Edgar sementara pria selalu merasa takut menyakitinya.

Lalu dengan memberanikan diri Agatha meletakan tangannya di atas milik Edgar yang mengeras di balik handuk yang melilit pinggangnya.

“aku istrimu, aku milikmu karena itu kau tidak akan pernah menyakitiku.” ujar Agatha dengan senyum kecil yang hampir membuat jantung Edgar meledak.

“oh Agatha …” Edgar dengan lembut membaringkan tubuh Agatha di atas tempat tidur kemudian melumat bibirnya penuh cinta. Edgar tidak lagi memikirkan apa yang sudah berhasil mengubah pikiran Agatha, cukup baginya mengetahui wanita itu juga menginginkannya.

Ciuman Edgar perlahan turun menyusuri leher jenjang Agatha sementara tangannya membelai lembut gundukan milik Agatha secara bergantian. Terdengar lenguhan yang diliputi gairah dari bibir Agatha sehingga semakin membuat Edgar mengerang membelai setiap daerah sensitif miliknya.

Kembali terdengar desahan panjang dari bibir Agatha ketika mulut Edgar mencicipi secara bergantian dua gundukan miliknya, sementara tangan pria itu mengelus inti Agatha yang sudah basah.

“Ed …” tubuh Agatha melengkung ke atas sehingga payudaranya memenuhi mulut Edgar. Kenikmatan itu semakin panjang ketika Edgar menyusuri perut Agatha dengan lidahnya lalu turun ke bagian intinya.

Edgar diam cukup lama memandangi tubuh Agatha yang begitu sempurna, daging kecil berwarna merah muda di tengah inti Agatha berhasil membuat gejolak gairah yang hebat di dalam dirinya.

Agatha memalingkan wajah malu karena tatapan intens Edgar,

“sayang kau begitu sempurna.” bisik Edgar dengan tatapan menggelap. Ibu jarinya mencoba menyentuh daging kecil itu seringai bulu dan reaksi Agatha sungguh semakin membuat Edgar bergairah, wanita itu menggelinjang dengan nafas tersengal.

Edgar semakin mempercepat gerakan tangannya tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Agatha yang sayu di liputi oleh gairah yang sama.

“Ah, Edgar please.” desah Agatha memohon. Milik pria itu sendiri sudah berdiri dengan tegak tanpa tertutupi oleh apapun lagi. Desahan Agatha semakin kencang seiring dengan gerakan tangan Edgar di bagian intinya, lalu Edgar menghentikan ketika Agatha hampir saja sampai pada puncaknya, wanita itu melenguh menginginkan lebih.

“sayang, mungkin akan sedikit sakit …” Edgar sudah menindih tubuh Agatha sambil mencoba menjelaskan tapi ia tak mampu melanjutkan kata-katanya karena Agatha dengan cepat mengangguk, seakan sudah tahu apa yang akan terjadi.

Lalu dengan sangat perlahan dan butuh waktu yang lama sampai kemudian dalam sekali hentak seluruh miliki Edgar terbungkus oleh milik Agatha yang terasa hangat.

Mungkin awalnya Agatha merasa tubuhnya akan terbelah oleh milik Edgar yang sangat besar, rasa sakit yang ia rasakan kemudian berubah menjadi kenikmatan luar biasa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Edgar bergerak sangat perlahan di dalam tubuhnya, memenuhi Agatha dengan gelombang kenikmatan yang tiada tara.

Edgar mengerang saat milik Agatha mencengkram miliknya di dalam sana, dia sesekali mengecup bibir wanita itu, memujanya tanpa kata.

“oh sayang …” Edgar melenguh memandangi wajah Agatha yang di penuhi peluh. Dia begitu mencintai wanita itu dan akan selalu seperti itu.

Mereka mulai bergerak bersama, mengerang, mendesah dan saling menyentuh untuk menggapai gelombang kenikmatana itu.

Percintaan mereka sungguh luar biasa, Edgar terlalu tenggelam dalam gairah hingga tanpa sadar tangan Agatha mengelus lembut punggungnya, menyentuh tubuh pria itu sambil menelan ludah.

Bagai gulungan ombak ketika puncak gairah itu semakin dekat, keduanya bergerak semakin cepat sampai kemudian berhasil mencapai puncak kenikmatan.

The Bastard's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang