Keesokan harinya, Agatha dan Edgar berangkat kerja seperti biasa. Agatha memilih untuk mencari tahu sendiri apa yang telah terjadi.
Dalam hati dia berjanji akan bertahan sebentar hingga ia benar-benar menemukan bukti kejahatan Edgar.
“Tolong input data ini.” Edgar meletakkan dokumen di atas meja Agatha.
Meski Agatha pernah mempelajari cara entry data namun dia belum paham betul.
Benar apa yang di katakan Edgar, selama ini dunianya hanya berputar sekitar penyiaran dan pemburu berita terbaru.“Bagaimana aku harus melakukannya?” tanya Agatha. Dia menjadi salah tingkah setelah di tatap dengan intens oleh Edgar.
Pria itu terlihat berusaha sabar tapi pada akhirnya tetap bangkit menghampiri Agatha. Dia berdiri di sisi wanita itu dan mulai mengajarinya.
“Apa kau paham?” tanya Edgar dengan posisi wajah yang cukup dekat dengan Agatha.
“Bagaimana bisa paham, kau melakukannya dengan sangat cepat!” ujar Agatha kesal.
“Apa otakmu lambat?!” sindir Edgar kesal.
“Kau yang melakukannya terlalu cepat!” sahut Agatha tak kalah meninggi.
Edgar langsung terdiam begitu Agatha memasang wajah galak dengan mata melotot.
“Aku akan mengulanginya,” ujar Edgar mengalah.
Kali ini dia melakukannya dengan perlahan, “Apa terlalu cepat?” tanya Edgar dengan nada rendah.
Agatha menggeleng.
“sekarang kau bisa melakukannya sendiri,” Edgar lalu berdiri dan hendak kembali ke mejanya.
“Apa semua ini harus di input?”
Edgar berhenti lalu menoleh,
“Ada apa, kau tidak sanggup?” tanya Edgar mengernyit.
Agatha kembali menggeleng tanpa menatap wajah Edgar.
Tanpa diduga Edgar kembali mendekat dan mengecup bibirnya singkat.
“lakukan semampumu saja,” ujarnya lembut sebelum benar-benar kembali duduk di depan mejanya.
Agatha harus bisa membuat Edgar percaya padanya. Kali ini bahkan Agatha bertekad untuk membuat Edgar takhluk padanya.
“Bagaimana dengan ini?” Agatha kembali bertanya dari tempat duduknya.
Mungkin jika yang bertanya adalah orang lain dapat di pastikan Edgar sudah menembak kepalanya dan akan menyebutnya tak berguna.
Namun karena yang bertanya Agatha, dia dengan senang hati mengajari wanita itu.
“Kau terlihat sangat manja. Apa otakmu menjadi error setelah mendengar suara tembakan?” Edgar jelas menyindirnya.
“Aku bertanya karena tidak tahu, apa kau pikir aku senang bertanya padamu?!” jawab Agatha dengan wajah malas.
Edgar tidak membalas.
“Kau hanya perlu menghapus tabel ini …”
“Lalu cari gambar …”
“semua gambar tersimpan di sini …”
Edgar berusaha menjelaskannya dengan perlahan dan sabar.
Mouse itu kembali di ambil alih oleh Agatha, dia mulai mengikuti sesuai arahan Edgar.
Setelah merasa yakin jika Agatha bisa, Edgar mengelus kepalanya—seperti bentuk pujian. Sebelum akhirnya dia kembali ke tempatnya.
Agatha berusaha menahan nafas hingga Edgar telah menjauh, masih beberapa menit yang lalu saat otaknya membuat rencana, sekarang dia mulai ragu apakah rencananya akan berhasil sementara hanya dengan mengelus kepalanya saja Agatha merasakan telapak tangannya berkeringat dingin karena gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bastard's Secret
Romance21++ ***Cerita ini mengandung unsur dewasa*** Kematian Ludovic cukup mengagetkan orang-orang sekitarnya. Seorang pengusaha kaya yang di kenal tegas dan berwibawa. Penyebab kematiannya masih menjadi misteri. Pria yang sudah berumur setengah abad itu...