Happy reading
•
•
•
•Pagi-pagi sekali Nalika sudah sibuk dengan profesi 'ibu rumah tangga' nya. Ia bangun jam 5 subuh, membangunkan suaminya untuk sholat. Setelahnya mulai membuat sarapan, menyapu lantai, membereskan dapur, cuci piring. Hingga saat jam 7 sudah selesai melakukan keribetan ibu-ibu, tinggal makan bersama saja.
Nalika juga sudah menyiapkan jas, kemeja, segala hal yang dibutuhkan suaminya sudah siap. Ia juga sudah menyetrika kemeja suaminya dengan rapih, memakaikan dasi dengan telaten.
Sambil menunggu suaminya siap-siap pergi ke kantor, Nalika memandikan Rean dulu. Untungnya anak itu selalu nurut jika disuruh mandi pagi.
Mereka sarapan, seperti biasa Nalika mengambilkan lauk untuk Mas Erlang. Laki-laki itu mulai makan dengan tenang.
Rutinitas Nalika sebelum makan ialah ia harus menyuapi atau membantu Rean makan dulu, anak itu kalau makan masih suka berantakan jadi Nalika mengajari nya perlahan-lahan. Tidak apa-apa berantakan, setidaknya anak itu mau makan sendiri.
Nalika mengerutkan keningnya melihat sedari tadi Rean hanya mengaduk makanannya. "Rean, kok gak dimakan?"
Anak itu menggeleng. "Mau nugget."
"Kenapa gak bilang daritadi sih? Mama langsung gorengin kalau kamu mau." Lagi-lagi Nalika menunda acara makannya, ia menggoreng nugget terlebih dahulu.
"Kan mama mau makan, Rean nanti ganggu."
Nalika tersenyum manis, terkadang putranya ini manis sekali. Tapi kadang menyebalkan juga.
"Gak apa-apa, kan biasanya Rean kalau mau apa-apa bilang mama." Nalika menciumi wajah anak itu, gemas sekali dengan harum telon yang semerbak.
Anak itu meronta ingin dilepaskan, merasa Rean tidak nyaman Nalika melepaskannya. Ia menggoreng nugget. Sementara Rean justru mengacau pada sang ayah. Anak itu ngotot ingin duduk dipangkuan ayahnya.
Erlangga ini paling tidak suka jika acara makannya terganggu, tidak ingin membuat suasana tidak enak Nalika segera memperingati putranya.
"Rean, papa kan lagi makan. Jangan dulu di ganggu sayang, tunggu papa mam dulu ya." Bujuk wanita itu.
Rean yang sedang merengek pada sang ayah pun terdiam. Erlangga hanya menghela nafas, ia mengangkat tubuh putra tersayang nya ini, meletakkannya ke pangkuannya.
"Kenapa hm? Tumben banget gangguin papa makan?" Untungnya Erlangga tidak marah.
Anak itu melingkarkan tangannya ke leher bapaknya. "Papa... Rean pengen main tahu."
Dahi Erlangga terlipat. "Main? Kan kamu main terus sama mama?"
Jangan lupakan jika Erlangga akan bersikap hangat kepada putra tersayang nya ini. Pokoknya jika ada setitik saja yang melukai anaknya maka laki-laki itu akan menuntut siapapun.
"Mau main. Jalan-jalan." Ungkap anak itu, oh ada mau nya toh.
"Ke rumah omah, mau?" Tawar Erlangga, menawarkan anaknya untuk main ke rumah ibunya.
Memang jika kepada ibu dari Erlangga Rean menyebutnya dengan sebutan omah dan kakek. Jika kepada ibu dari Nalika anak itu menyebutnya dengan kakek nenek.
KAMU SEDANG MEMBACA
empty
ChickLitNalika sampai sekarang saat ini tidak tahu apa tujuan Erlangga menikahinya. Jelas-jelas bukan karena cinta, laki-laki itu tiba-tiba datang ke rumah menemui orangtuanya dan langsung meminta Nalika menjadi istrinya. Semuanya berjalan begitu saja hingg...