49. Erlangga

44.3K 4.2K 502
                                    

Happy reading





Setelah perbincangan mereka kemarin, Erlangga menyadari satu hal. Se-keras apapun ia berusaha untuk menyembuhkan, memperbaiki, mempertahankan hubungannya namun nyatanya tidak pernah berhasil sedikitpun. Erlangga salah menduga jika selama ini ia telah berhasil memperbaiki semuanya. Nyatanya Nalika, istrinya tidak pernah benar-benar sembuh.

Erlangga memutuskan untuk pergi dari hadapan Nalika sebentar. Sekitar satu Minggu pria itu pergi entah kemana, ia hanya mengabari kalau ia ada kegiatan di luar kota. Dan Nalika hanya mengiyakan, tidak bertanya lebih lanjut.

Seminggu setelah merenung memikirkan banyak hal mengenai rumah tangganya. Akhirnya Erlangga membuat satu keputusan yang ia yakini mampu membuat Nalika bahagia, meskipun nantinya ia yang sakit.

Erlangga pulang ke rumah dengan wajah lelah, matanya nampak sangat sayu, mungkin terlalu kecapekan.

Nalika yang melihat kepulangan sang suami setelah seminggu itu bergegas merawatnya dengan baik, sebagaimana tugas istri yang selalu ia jalankan selama ini.

Erlangga duduk di sofa dengan menyandarkan tubuhnya lelah. Badannya panas, wajahnya pucat, Erlangga tidak baik-baik saja.

"Kamu udah makan belum Mas?" Tanya Nalika khawatir melihat kondisi suaminya.

Erlangga menggeleng dengan senyum tipis, ia mengelus puncak kepala istrinya dengan sayang.

"Gimana keadaan kamu?" Tanya Erlangga pelan.

Nalika mengerutkan keningnya aneh, "harusnya aku yang nanya itu ke kamu."

Erlangga tersenyum lagi, namun senyum seakan mengisyaratkan luka. "Rean gimana?"

"Baik, aku lebih sering kontrol pergaulan dia saat ini." Benar, Nalika lebih sering menghubungi wali kelas putra sulungnya itu untuk memastikan ia sudah pulang sekolah atau belum, agar tidak main dulu kemana-mana.

"Si kembar?" Tanya Erlangga mengenai dua anak kembarnya itu.

"Baik juga, tapi tadi pagi mereka berantem gara-gara rebutan mainan."

Erlangga mengangguk, ia beranjak dari sofa. Hal itu membuat Nalika bertanya-tanya.

"Mas mau kemana?" Erlangga tidak menjawab, ia pergi ke luar untuk mengambil sesuatu di mobil.

Tidak lama Erlangga kembali dengan membawa sebuah amplop coklat entah apa isinya. Erlangga duduk kembali di sofa, ia mengeluarkan satu surat pernyataan disana.

Surat keterangan kepemilikan rumah

Dengan ini menyatakan bahwa saudari NALIKA KYNARA sebagai pemilik rumah di jalan xxx kec. xxx.

Yang bertanda tangan di bawah ini

Pemilik

Nalika kynara

"Mas?!" Tanya Nalika lebih keras, ia cukup kaget melihat namanya ada di dalam surat itu sebagai pemilik rumah.

"Kamu tinggal tanda tangan disini," tunjuk Erlangga kepada salah satu space untuk tanda tangan kepemilikan. Ia tidak menjelaskan apapun dulu.

"Maksud kamu gimana? Kamu beli rumah atas nama aku?" Tanya Nalika masih enggan, ia butuh penjelasan terlebih dahulu.

Kalau aku sih, gak mikir panjang langsung tanda tangan ya wkwk.

emptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang