Happy reading
•
•
•
•
•"Jadi masalalu kamu itu tetangga kita ya?"
Nalika terdiam membatu, ia melirik suaminya. "Iya..."
"Kok gak ngomong ke saya? Saya gak pernah tahu apapun tentang hubungan kamu sebelumnya."
"Emangnya mas ngomong ke aku tentang hubungan mas sebelumnya? Tentang Elsya, emang mas cerita ke aku? Kita itu sama-sama gak jujur."
Erlangga menggelengkan kepalanya saya istrinya malah memutar balik ucapannya. "Gak usah bawa-bawa Elsya, dia gak ada hubungannya!"
Nalika mengangguk santai, "Gak usah bawa-bawa Arga. Dia gak ada hubungannya."
"Nalika kamu...." Erlangga menggeram kesal.
"Udahlah mas, gak usah dibahas, yang penting aku gak macem-macem jadi kita baik-baik aja." Ucap Nalika bermaksud tidak mau membahas hal ini lebih lanjut.
"Kamu belain dia?" Nalika memutar bola matanya malas, sudah terlalu muak dengan kesalahpahaman yang sering terjadi.
"Coba kamu perhatikan kalimat aku tadi, aku belain dia atau enggak?"
"Kamu belain dia!" Putus Erlangga dengan sedikit keras.
"Yaallah enggak mas, aku gak belain dia sedikitpun."
"Pantes aja dia berani masuk ke rumah buat nolongin kamu, ternyata..." Erlangga mengangguk-angguk menyimpulkan sesuatu.
"Saya jadi ragu," Erlangga menggantung ucapannya.
Tetapi selanjutnya pria itu menggeleng, ia tidak mau menyakiti Nalika dengan lebih banyak perkataan kasarnya. Laki-laki itu memilih pergi begitu saja. Setelah Konsul kemarin ia jadi sedikit lebih bisa mengontrol emosi nya agar tidak menyakiti istrinya.
****
Huek!
"Haduh, gimana mau keluar kalo kamu nya aja kaya gini na?" Ucap Mbak Nala yang memijit tengkuk Nalika perlahan.
Nalika menggeleng lemas, ia terduduk di bawah wastafel dengan nafas yang memburu. Seluruh makanan yang sudah ia makan keluar semua, padahal sebelum-sebelumnya Nalika sudah mulai mendingan tetapi sekarang malah seperti ini lagi.
Berhubung ada keluarganya jadi Nalika berencana untuk makan siang bersama sembari jalan-jalan, sudah lama ia tidak keluar juga. Untungnya meskipun sempat sedikit berdebat dengan suaminya tetapi Erlangga mengiyakan permintaan nya untuk keluar bersama.
Meskipun masih dalam keadaan perang dingin tetapi dikarenakan ada keluarganya, baik Nalika maupun Erlangga bersikap sebaik mungkin karena hanya sehari keluarga Nalika berada di sana.
"Aman kok, mbak. Emang biasa kaya gini..." Ucap Nalika meyakinkan namun dari nada suaranya wanita itu terlihat sangat lemah sekali.
"Aku gak mau ambil resiko deh, kita makan di rumah aja." Ucap Mbak Nala tidak percaya.
"Yah, mbak, Aku jarang-jarang loh keluar bareng kalian gini. Masa cuma gara-gara aku lagi kaya gini gak jadi? Emang dari awal aku gak siap hamil lagi." Ujar Nalika yang melirih di akhir kalimat.
Mendengar kalimat adiknya itu sontak Mbak Nala menepuk bahu Nalika cukup keras hingga wanita hamil muda itu meringis.
"Heh, jangan ngomong sembarangan kamu! Gak baik kaya gitu."
Nalika tidak menjawab lagi, mood nya hancur dan ditambah ia jadi lemah sekali semenjak hamil. Ia hanya duduk dan bersantai saja capek, padahal tidak bekerja yang berat. Wanita itu meninggalkan kakak perempuannya dengan acuh, ia memilih masuk ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
empty
Romanzi rosa / ChickLitNalika sampai sekarang saat ini tidak tahu apa tujuan Erlangga menikahinya. Jelas-jelas bukan karena cinta, laki-laki itu tiba-tiba datang ke rumah menemui orangtuanya dan langsung meminta Nalika menjadi istrinya. Semuanya berjalan begitu saja hingg...