2. Erlangga

64K 3.7K 71
                                    

Happy reading



Hari weekend setelah kejadian semalam Erlangga masih mendiami Nalika. Memang biasanya laki-laki itu diam padanya, namun kali ini terasa berbeda.

Setelah dibangunkan dan sarapan, laki-laki itu kini sedang menyiram tanaman di depan rumah. Memang Erlangga menyukai tanaman-tanaman hias, jadi ia merawat taman depan rumah dengan penuh hati-hati.

Jika tidak sempat menyiram tanaman, Erlangga tentu akan menyuruh Nalika. Tapi jika weekend laki-laki itu sendiri yang turun tangan.

Nalika sedang menyisir rambut Rean yang baru mandi. Rambutnya lurus hitam lebat, seperti bapaknya. Sedangkan Nalika memiliki rambut yang sedikit bergelombang. Rean itu memang cetakan Erlangga banget.

"Mama, cookies coklat Rean masih ada?" Tanya anak itu yang anteng dengan ipad nya, menonton kartun.

"Ada, kan gak ada yang makan selain kamu." Jawab Nalika.

"Papa?"

Nalika menggeleng kecil. "Papa gak mau. Bosen kayanya."

Anak itu merentangkan tangannya meminta digendong. Nalika menyambutnya dengan senang hati, ia turun ke bawah sambil menggendong Rean.

"Padahal kan cookies buatan mama enak banget. Papa kok bosen ya ma?"

"Mama gak tau, Re. Nanti mama mau bikin cookies rasa cheese, kamu mau coba?"

Anak itu mengangguk antusias. "Mauu, ma."

Nalika tersenyum, menduduki Rean di kursi meja makan. Mereka sudah sarapan tadi. Ia akan membuat cookies keju untuk dibawa ke rumah maminya Mas Erlang.

"Rean duduk diem disini, ya, kalo mau main jangan keluar rumah. Mama gak bisa jagain kamu, mama mau bikin cookies. Kalau mau main minta temenin papa kamu ya, nak." Nalika selalu memperhatikan Rean dari jauh saat bermain, takut anak itu kemana-mana mengingat tingkah nya yang tidak mau diam.

"Re mau liatin mama bikin cookies aja. Tapi Rean mau cobain pertama cookies buatan mama!"

Nalika tertawa, adanya Rean ini membuat hidup nya tidak terlalu hampa.

"Kamu kok udah besar banget sih? Pinter lagi, anak mama." Nalika memeluk Rean erat seakan ingin meremukkan tubuhnya.

Anak itu berseru tidak terima. "Mamaa!"

Soal kejadian semalam, Erlangga benar-benar tidak makan selain tadi pagi sarapan. Nalika mencoba untuk tetap seperti biasa.

Baru saja dipikirkan, Erlangga sudah menghampiri dapur dengan pakaian santainya. Pria itu memangku anaknya dengan hangat.

"Mas, mau teh atau kopi?" Tawar Nalika.

"Teh aja." Ia masih fokus pada putranya ini.

Nalika mengangguk dengan sigap ia segera membuatkan teh dan beberapa biskuit cemilan. Bapak dan anak itu sudah pergi ke ruang tamu, bermain bersama.

Nampan yang Nalika bawa ia taruh di meja. Ia akan kembali ke dapur melanjutkan membuat kue nya.

"Nalika," Panggil laki-laki itu setelah banyak cuek.

emptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang