6. Erlangga

55.9K 3.2K 109
                                    

Happy reading



"ANAK SAKIT TAPI KAMU MALAH KELUYURAN?!" Semprot Suaminya saat Nalika baru menginjakkan kakinya di ruang tamu.

Jantung wanita itu tiba-tiba berdetak kencang mendengar suara keras dari suaminya. Belum lagi rumah ini masih ramai, tidak hanya diisi oleh mereka bertiga melainkan ada keluarga pria itu juga.

"M-mas." Nalika berusaha meraih tangan pria itu ditepiskan dengan kasar.

"Dari mana aja kamu?" Ketus laki-laki itu, menatap tajam istrinya.

Nalika tidak nyaman, ia malu. Malu jika harus dimarahi habis-habisan oleh suaminya saat ada orang lain.

Sudah cukup keluarga pria itu menyebut dirinya tidak becus, Nalika tidak mau hal itu semakin diyakinkan dengan melihat Mas Erlang yang marah kepadanya.

"Mas, aku habis ke apotek—"

"Dan kamu ninggalin anak kamu gitu aja? Ibu macam apa kamu Nalika?" Sentak Erlang yang wajahnya sudah merah padam karena amarah.

Rean menangis terus menerus mencari ibunya. Hal itu membuat Erlangga kesal sekali pada istrinya itu.

Nalika menangis. Ia malu di tatap banyak orang seperti ini.

"Mas, aku mohon.."

Nalika meraih tangan Suaminya, ia menarik suaminya untuk pergi dari sana. Menghindari keluarga laki-laki itu.

"Apa-apaan sih kamu?" Sentak laki-laki itu melepaskan tarikan istrinya.

"Mas, aku minta maaf. Aku salah. Aku pergi tanpa izin langsung ke kamu."

"Kamu boleh marahin aku, bentak-bentak aku. Tapi tolong, jangan di depan keluarga kamu." Parau Nalika yang kali ini tangisannya tidak bisa ditahan.

Erlangga terdiam.

"Aku malu mas. Aku malu di cap sebagai istri dan ibu yang gak becus. Dengan kamu marahin aku kayak tadi, mereka semakin nganggap aku gak becus mas." Nalika menatap Suaminya dengan mata berkaca-kaca. Hatinya sakit sekali, sesak.

Erlangga merasa bersalah. "Na, saya gak bermaksud—"

Nalika hanya bisa menangis. Ia mengalihkan pandanganya, menghalau rasa sesak melihat wajah suaminya itu. "Bersikap biasa aja mas. Aku mau samperin Rean dulu."

Nalika pergi ke toilet sebentar untuk membasuh wajahnya. Menetralkan wajah nya yang memerah karena tangis.

Erlangga masih terdiam disana. Apa yang harus ia lakukan?

Tanpa mereka berdua sadari, sedari tadi ada yang menguping percakapan mereka berdua.

Seperti yang sudah Nalika duga. Ia disindir habis-habisan lagi oleh keluarga pria itu. Nalika hanya mampu mencoba bertahan hingga mereka pulang. Sungguh, menyakitkan.

****

Akhirnya malam tiba dan semua anggota keluarga Mas Erlang sudah pulang.

Nalika dan juga suaminya saat ini sedang di kamar anak mereka. Menatap si kecil yang tertidur. Tak ada yang berbicara kecuali Nalika yang mengawalinya.

emptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang