13. Nalika

48.7K 2.8K 73
                                    

Happy reading



Akibat perdebatan kemarin pagi, Nalika menjadi lebih pendiam akhir-akhir ini. Ia memang bersikap biasa lagi namun Nalika hanya bersikap hangat kepada Rean, sedangkan kepada Erlangga ia hanya bersikap secukupnya.

Nalika tidak tahu entah sampai kapan ia bisa bertahan.

Asik melamun hingga Nalika tidak sadar kalau Erlangga turun dari tangga bukan dengan pakaian formalnya melainkan dengan pakaian rumahan.

Rean yang sedang menonton televisi langsung meminta untuk digendong, untungnya dibalas senang hati oleh Erlangga.

"Papa gak kerja?" Tanya Rean dalam gendongan sang ayah.

Erlangga menggeleng, "bukanya kamu mau ke Monas?"

Rean menatap berbinar sang ayah, ia mengangguk kuat.

Erlangga tersenyum. "Papa kemarin-kemarin sibuk biar bisa libur sekarang, Rean mau ke Monas nggak sekarang?"

Memang beberapa hari lalu Erlangga selalu pulang larut malam, ia juga bekerja lebih dari biasanya untuk mendapatkan libur. Meskipun posisinya sebagai pewaris namun tetap libur bukan perihal mudah.

"Mau!!" Seru anak itu semangat.

"Yaudah, tanya mama mau ikut enggak." Erlangga menurunkan Rean dan mendudukkan anak itu ke kursi di sebelahnya.

"Mama!" Sibuk melamun membuat Nalika tersentak saat mendengar suara keras dari Rean.

"Kenapa, Re?"

"Rean mau ke Monas sama papa, mama mau ikut?"

Nalika terdiam, melamun lagi. Ia tidak tahu harus ikut atau tidak.

"Mama!!" Rengek Rean saat tidak mendapatkan jawaban dari sang ibu.

Sementara Erlangga hanya memperhatikan Nalika diam-diam. Sebenarnya ia masih tidak enak pada istrinya, ia ingin meminta maaf namun masih terlalu gengsi. Akhirnya Erlangga memilih untuk acuh dan tidak peduli, mencoba bersikap seperti biasanya. Toh, nanti istrinya bertanya lebih dulu kepadanya.

Nalika menggelengkan kepalanya mencoba menyadarkan dirinya dari lamunan. "Rean pergi berdua aja sama papa ya, mama gak bisa ikut."

Anak itu cemberut, menatap kesal Nalika. "Loh, kenapa ma?"

"Ah, itu, mama mau beresin rumah." Jawab Nalika asal.

"Ikut aja." Final Erlangga membuat Nalika mengatupkan bibirnya tidak mau berbicara lagi.

Setelahnya Nalika dan keluarga kecilnya bersiap-siap untuk pergi ke tempat monumen Nasional itu.

Nalika hanya merias dirinya seperti biasa, tidak terlalu berlebihan karena mereka tidak keluar terlalu jauh, masih area ibu kota jadi tidak masalah.

Karena perjalanan jalan kaki dari depan sampai ke Monas nya cukup jauh, Rean sudah digendong Erlangga dengan alasan capek jalan dan panas.
Untungnya Erlangga tidak keberatan sama sekali.

Nalika berjalan di belakang ayah dan anak itu, jalannya cukup lambat karena ia mulai kelelahan, padahal baru jalan sebentar.

Nalika tersentak saat tangannya digenggam oleh seseorang, ia melirik orang itu. Suaminya! Sedang menatap Nalika dengan datar.

emptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang