39. Erlangga

51.5K 3.7K 191
                                    

Happy reading




Berminggu-minggu kemudian berlalu, kini usia kandungan Nalika sudah menginjak empat bulan lebih lima hari. Sesuai dengan ucapannya waktu itu, ia akan mengadakan syukuran demi menyambut calon si buah hati.

Kegiatan hari ini cukup sibuk bagi Nalika, hari ini merupakan hari perdana Rean sekolah. Setelah beberapa bulan ditunda karena satu dua hal, Rean bisa menyusul sekolah taman kanak-kanak tanpa mengalami ketertinggalan apapun karena ia seringkali belajar bersama Nalika.

Satu rumah ramai sekali dengan orang-orang yang ikut membantu pelaksanaan acara syukuran empat bulanan nya.

Nalika sudah dibuat badmood karena suaminya tidak mengizinkannya untuk ikut mengantarkan Rean pergi ke sekolah, padahal Nalika lah yang paling antusias dengan jenjang pendidikan putranya.

"Pengen ikut nganterin Rean..." Rengek Nalika yang sudah lelah karena permintaannya tidak digubris sama sekali oleh suaminya.

"Boleh sayang, tapi besok aja ya, hari ini pasti capek banget buat kamu jadi mending kamu istirahat aja." Ucap Erlangga pelan-pelan mencoba untuk tidak menyinggung perasaan Nalika.

"Apalagi kan nanti acaranya cukup lama, jadi mending kamu istirahat aja ya, ngobrol-ngobrol dulu aja sama mami." Lanjut Erlangga yang menyebutkan ibunya karena memang ibu Nalika tidak bisa hadir.

"Sebentar doang, aku pengen banget hadir di setiap momen penting Rean." Ucap Nalika yang tidak lelah membujuk suaminya agar mengizinkannya.

"Besok aja ya?" Balas Erlangga yang masih tidak mau mengalah.

Nalika menggeleng kesal. "Gak mau, udah beda rasanya."

"Sama aja, sama-sama nganterin Rean ke sekolah kan?"

Nalika mengangguk, ia akhirnya mengalah. Dengan sangat tidak ikhlas Nalika lebih memilih pergi ke kamarnya, tidak lupa ia menyempatkan diri untuk memberikan semangat pada putranya itu.

Karena tidak ada pekerjaan apapun yang bisa dilakukan, Nalika hanya bisa terduduk sendirian di ranjang kamarnya. Ia tidak berminat keluar padahal sedari tadi ia diajak ngobrol beberapa orang namun Nalika lebih memilih di kamar saja dengan alasan ingin istirahat, padahal nyatanya wanita itu hanya melamun di kamar.

Tok tok tok!

Pintu terbuka dengan menampakkan Mami putri, wanita paruh baya itu segera menghampiri menantunya.

"Na, kok ngelamun aja? Turun yuk, gak usah bantu-bantu juga gak apa-apa kok." Ajak mami Erlang yang ikut duduk di samping Nalika.

Nalika terpaksa harus mengakhiri lamunannya, ia menggeleng pelan. "Nanti aja mi, kalau acara udah mulai, aku mau istirahat dulu."

"Acara masih lama loh, mending kamu keluar dulu sekalian ngobrol-ngobrol juga biar gak bosen, daripada kaya gini? Bosen kan..."

"Enggak kok Mi, malah enak kaya gini, ngelamun." Ucap Nalika yang tanpa sadar mempraktekkan kata terakhir yang ia ucapkan secara langsung.

Mami Erlang cukup kaget mendengar respon menantunya, ia menepuk bahu Nalika yang menatap kosong kedepan. "Na, jangan kebanyakan ngelamun, gak baik loh."

"Capek Mi, berat." Ucap Nalika mengandung makna tersendiri dalam kalimatnya.

Namun sayang, Mami putri menanggapi Nalika dengan lain hal, ia salah tangkap. "Pasti capek banget, apalagi kamu baru hamil lagi setelah cukup lama kan? Ditambah kehamilannya juga cukup besar ya.."

Memang Nalika tergolong ibu hamil yang cukup besar, bahkan baru empat bulan saja perut wanita itu sudah membuncit seperti ibu hamil lima bulan. Berat badannya bertambah cukup banyak.

emptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang