Happy reading
•
•
•
•Nalika baru saja pulang dari rumah Tante Vivin, mereka mengadakan acara syukuran dan para keluarga berkumpul untuk membantu. Ia baru pulang pukul setengah delapan malam, Nalika hanya pergi berdua bersama Rean tadi siang karena suaminya bekerja tentunya.
Di rumah Tante Vivin Nalika benar-benar dibuat kelelahan. Wanita itu seakan sengaja membuat Nalika lelah.
"Nalika! Buatin kopi buat tamu!" Mendengar ucapan Tante Vivin, buru-buru Nalika segera melakukan hal tersebut.
"Nalika, kamu yang masak buat makan siang ya? Saya mau ke toko kue dulu."
"Itu tamu udah pada Dateng kok belum dibawain suguhan Nalika?! Yang peka dong, udah tau lagi ribet."
"Baru beres masak Na? Tolong anterin bingkisan ke tetangga sebelah nih!"
"Na, nanti bekas tamu bersihin ya."
"Gitu aja capek, katanya ibu rumah tangga? Harusnya udah biasa dong."
Beberapa kali Nalika dibuat benar-benar lelah. Dari siang hingga malam ini Nalika belum makan sama sekali.
Nalika baru bisa menghela nafas lega saat baru sampai rumah, ia segera membantu Rean mandi dan membersihkan dirinya sendiri. Setelah memastikan urusan anaknya selesai, Rean ia biarkan di ruang tamu dengan kondisi sedang tertidur pulas.
Sambil merasakan kelelahan yang luar biasa, Nalika mencoba rileks dengan niat ingin makan sembari mendengarkan musik.
Musik mulai berputar dan Nalika mulai larut dalam setiap liriknya. Tubuhnya lelah sekali, ia ingin segera makan sekarang.
Nalika menghangatkan makanan yang ia masak tadi siang, setelahnya ia duduk di meja makan bersiap untuk makan.
Sayangnya kegiatan makannya harus tertunda saat Nalika melihat sang suami yang baru pulang datang terburu-buru dengan raut wajah seperti menahan amarahnya.
Nalika berdiri dari duduknya, ia bertanya. "Mas—"
Prang!!
Piring yang berisi makanan itu jatuh begitu saja. Dengan perasaan yang kecewa Nalika hanya bisa menatap makanannya yang dijatuhkan oleh suaminya dengan tatapan sendu.
"Kamu apa-apaan sih?!" Tanya Nalika keras, jelas ia marah.
Erlangga menatap dingin istrinya itu, ia mendekat dengan tatapan intimidasi nya. Ia memojokkan Nalika hingga wanita itu meringis karena menubruk meja.
"Kamu becus jadi ibu gak sih?!"
Nalika mengernyitkan keningnya tidak mengerti. "Maksud kamu?"
"Saya baru pulang terus lihat Rean jatuh dan saya gak lihat dimana ibunya." Ucap Erlangga yang benar adanya. Ia baru pulang dan langsung masuk ke rumah, hal pertama yang ia dapati ialah Rean yang sedang terduduk sembari menangis lirih mungkin karena sudah terlalu lama menangis jadi ia tidak bisa menangis dengan keras.
Erlangga buru-buru memangka Rean dan menaruhnya di sofa, ia menenangkan putranya yang baru berusia satu tahun lebih itu.
Nalika tampak shock mendengar hal itu, ia melepaskan dirinya dari himpitan pria itu namun tubuhnya ditahan Erlangga. "Lepasin mas, aku mau liat Rean."
"Buat apa? Bukannya kamu ceroboh ninggalin anak kamu gitu aja? Jadi ibu aja gak bisa, gimana mau jadi istri yang baik." Tanya Erlangga sinis.
Hati Nalika seperti dihancurkan mendengar perkataan suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
empty
ChickLitNalika sampai sekarang saat ini tidak tahu apa tujuan Erlangga menikahinya. Jelas-jelas bukan karena cinta, laki-laki itu tiba-tiba datang ke rumah menemui orangtuanya dan langsung meminta Nalika menjadi istrinya. Semuanya berjalan begitu saja hingg...