45. Erlangga

52.2K 3.7K 148
                                    

Happy reading



Hari ini tetangga sudah ramai menjenguk bayi Nalika, termasuk salah satunya ada Bu Runi dan Arga. Mereka datang dengan membawa dua paperbag hadiah, sesuai dengan jumlah bayinya, dua.

Meskipun tampak ketus namun Erlangga sudah diwanti-wanti oleh Nalika agar laki-laki itu diam dan tidak bertingkah menyebalkan kepada Bu Runi maupun Arga.

Nalika menyambut mereka dengan baik, ia membiarkan Arga memangku baby Aisy di paha. Laki-laki itu tampak senang sekali melihat bayinya.

Berbeda dengan Erlangga yang tampak kurang suka dengan kehadiran Arga, justru Arga malah terlihat santai dan biasa saja. Arga menyadari kalau Erlangga tidak begitu menyukainya tetapi ia berusaha santai.

"Sering rewel enggak kalau malem?" Tanya Bu Runi memperhatikan baby Khaizo.

"Bangett, nangis satu nangis semuanya. Aku sampe kewalahan, kalau satu mau asi berarti satunya lagi juga harus dikasih asi. " Curhat Nalika yang memang benar adanya.

Bu Runi terkekeh kecil. "Namanya juga bayi kembar, pasti udah ada ikatan batin itu."

"Kalau mau bayi satunya titipin aja ke aku Na, aku rela jagain baby Aisy semaleman." Ucap Arga yang pada dasarnya hanya bercanda namun Erlangga mendengus mendengar hal itu.

Nalika yang merasakan aura tidak enak dari semuanya, ia menepuk pelan paha suaminya yang sedang duduk di sebelahnya.

"Waduh, masalahnya baby Aisy anak paling disayang banget sama Mas Erlang." Ucap Nalika yang dibalas dengan kekehan kecil dari Arga.

Arga memberikan baby Aisy kepada Nalika, ia beranjak berdiri dan menatap Erlangga, suami dari mantan kekasihnya itu dengan senyum tipis.

"Ngobrol-ngobrol di luar aja gimana? Sekalian ngerokok, asem nih." Ajak Arga yang terkesan santai.

Erlangga tadinya enggan namun ia sudah berjanji pada istrinya untuk tidak aneh-aneh, ya mau tidak mau ia mengikuti langkah Arga keluar rumahnya.

Mereka berdua duduk di teras semua, terjadi keheningan cukup lama hingga Arga berdehem mencairkan suasana.

"Udah berapa lama sama Nalika?" Tanya Arga memulai obrolannya.

"Jalan enam tahun," Jawab Erlangga datar.

"Berapa lama sama Nalika sebelumnya?" Tanya Erlangga yang cukup penasaran.

Arga tampak ragu-ragu menjawab, "lumayan lama."

"Tepatnya?" Tanya Erlangga yang butuh jawaban rinci.

"Dua tahun mungkin, saya lupa." Jawab Arga seadanya.

"Nalika itu perempuan yang baik, saya tahu banyak tentang dia dulu. Saya harap kamu bisa jaga dia baik-baik, dia sosok yang gampang rapuh. Hati-hati dengan lisanmu."

Erlangga mengernyitkan dahinya mendengar penuturan Arga. "Saya lebih tahu tentang Nalika dibanding kamu." Tekan Erlangga tegas.

"Saya tentu akan menjaganya karena dia istri saya."

Arga terdiam, ucapan Erlangga memang benar adanya. "Saya kira Nalika enggak sebahagia itu sama kamu. Firasat saya yang bilang."

"Tahu apa kamu?" Tanya Erlangga sinis.

Arga mengangkat bahunya acuh. "Saya sering merhatiin kalian, tapi kamu tenang aja. Saya enggak terlalu tertarik untuk ngerebut Nalika dari kamu, kecuali kalau Nalika nya sendiri yang mau."

Erlangga mengepalkan tangannya kuat. "Brengsek!"

Arga tersenyum manis, ia tampak santai sekali. "Ngomong-ngomong saya suka baby Aisy, cantik. Sekilas mirip Nalika, ya meskipun dominan lebih ke kamu."

emptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang