31. Erlangga

54.1K 3.3K 161
                                    

Happy reading




"NAAA GUE HAMPIR NYASAR, GILA LO YA!"

"Disuruh Sherlock susah amat, kaya orang penting aja lo responnya lama pisan." Ucap Harsa yang sudah nyelonong masuk tanpa permisi seolah rumahnya sendiri.

Nalika tertawa kecil, "Orang sibuk maklum."

Harsa menghempaskan tubuhnya ke sofa, ia mendesah kesal. Ia keliling komplek beberapa kali, sungguh ia sudah lupa rumah sahabatnya itu jadi ia kesini hanya mengandalkan kiriman lokasi dari Nalika, tetapi wanita itu malah lama sekali merespon nya, alhasil Harsa harus berkeliling beberapa kali. Ia ini tipikal orang yang sulit mengingat jalan, jadi wajar saja.

Harsa mengibaskan tangannya seolah kegerahan melihat tingkah sahabatnya itu, kemudian ia tersenyum manis. "Masyaallah, bumil auranya beda banget."

Nalika memutar bola mata malas, ia bergidik geli. "Alay lo! Lo gak bawa makanan gitu? Oleh-oleh misalnya?"

"Pengen banget dibawain oleh-oleh lo?! Canda, ada di bagasi motor, nanti gue ambil."

Nalika mengangguk-angguk.

"Lo gak ada niatan ngasih kado gitu? Kemaren sahabatnya birthday boro-boro inget, diajak ketemu aja susah banget!" Sindir Harsa yang sebenarnya hanya niat bercanda namun malah ditanggapi serius oleh Nalika.

Nalika mengerucutkan bibirnya, ia tersenyum sendu, jujur ia tidak enak sekali padahal ia tahu kalau Harsa ini bercanda tetapi entah kenapa ia malah menanggapinya dengan serius.

"Sebagai gantinya, kadonya gue kirimin paket ya?"

Harsa menggeleng panik melihat ekspresi Nalika yang tampak sedih. "Eh, gak usah. Gue bercanda doang kok, gak usah serius-serius amat. Lagian gue juga gak masalah kok."

Nalika menggeleng hendak menjawab namun Harsa malah memeluknya erat, Harsa menggoyang-goyangkan badannya hingga mereka berpelukan seperti berirama.

"Jangan dipikirin, Lo gak kangen gue apa?"

Astaga, Nalika tersentak saat dipeluk Harsa, ia tanpa sadar meneteskan air matanya padahal sebelumnya Nalika biasa-biasa saja.

"Lah?! Kok nangis?" Ucap Harsa setelah melepaskan pelukannya, ia menatap Nalika menyelidik.

Harsa menepuk-nepuk kepala Nalika pelan "Huuu puk-puk dulu biar gak sedih."

"Ponakan gue mana?" Tanya Harsa melihat-lihat sekitar.

"Ada di rumah tetangga, main katanya."

"Lo dari dulu sampe sekarang lagi bunting gak berubah-ubah ya?! Postur tubuh lo tetep gini-gini aja anjir, jarang makan apa gimana si?" Ucap Harsa menatap heran Nalika.

"Gak tahu gue, padahal makan ya makan."

Harsa memandangi Nalika dengan tatapan yang sulit diartikan, ia tahu bagaimana perasaan Nalika sebenarnya tetapi Harsa enggan membahasnya karena ia ingin Nalika senang tanpa memikirkan hal yang membuatnya tidak enak.

"Jangan banyak pikiran, gak baik buat lo dan bayi lo juga. Buka hp sesekali gak apa-apa lah, biar lo gak bosen juga, siapa tahu abis chatting sama gue lo jadi lebih happy ya gak?!"

Nalika mengangguk mengerti seperti anak kecil, ia mungkin akan menerapkan nya sedikit demi sedikit, karena itu cukup sulit baginya.

Setelahnya mereka mengobrol banyak hal, nostalgia lama membahas hal-hal yang membuat mood Nalika benar-benar membaik, ia sangat senang dengan kehadiran Harsa.

emptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang