Happy reading
•
•
•
•
•Nafsu makan Nalika meningkat drastis akhir-akhir ini, meskipun seringkali dibuat kesal oleh suaminya tetapi semenjak masa kehamilan Nalika jadi tidak terlalu memperdulikan atau memikirkan hal yang membuatnya tidak enak, yang penting ia makan saja.
Seperti sekarang, sesuai dengan permintaannya Nalika sedang memakan kue lapis yang diinginkannya padahal wanita itu baru saja makan nasi tadi.
Kebiasaan baru Nalika ketika hamil ia akan nongkrong di teras depan rumah pagi-pagi sembari memakan kue, buah, ataupun cemilan. Nalika cenderung lebih malas melakukan apapun bahkan hanya untuk membereskan sprai saja wanita itu tidak mau dan lebih memilih memakan buah di kulkas.
Erlangga sebenarnya tidak masalah dengan perubahan istrinya itu, ia juga tidak terlalu mempermasalahkan soal Nalika yang menjadi pemalas, yang penting ibu dan bayi sehat saja.
Kebiasaan yang sudah dijelaskan tadi sedang dilakukan oleh Nalika, sekarang ia sedang duduk di kursi dengan berbagai macam jenis cemilan manis dengan ditemani musik pop Indonesia.
Jika Nalika malas berberes rumah, lain hal dengan penampilannya sendiri, wanita itu malah lebih rajin mempercantik diri. Pagi-pagi sekali Nalika sudah mandi dan rapih dengan make up tipisnya, ia tidak pernah absen untuk berpenampilan lebih rapih lagi.
Rean sudah anteng duduk di samping ibunya, tetapi ia duduk di lantai dengan dialaskan karpet beserta buku-buku nya yang berserakan. Rean mulai suka menulis secara abstrak karena katanya jika mulai sekolah nanti ia sudah bisa menulis.
Sebuah mobil berhenti di depan pekarangan rumah mereka, dengan sedikitnya mendongak Nalika dapat melihat kaca mobil itu terbuka. Tidak lama seseorang yang di dalam mobil itu keluar, tidak masuk ke dalam rumah tetapi hanya menyapa Nalika dari depan pagar.
"Na? Udah baikan?" Tanya Arga dengan sedikit keras agar terdengar oleh Nalika.
Nalika tersenyum lalu mengangguk, "Alhamdulillah..."
Arga membalas senyuman Nalika, "Syukur deh."
"Aku belum sempet bilang makasih ke kamu, makasih ya Ga, maaf banget ngerepotin."
"Gak ngerepotin kok, yang penting sekarang juga kamu baik-baik aja kan?" Nalika mengangguk.
Arga tadinya akan pergi berangkat bekerja yang memang harus melewati rumah Nalika dulu jadi saat ia lewat dan melihat Nalika, Arga memutuskan untuk menyapanya.
"Ibuku khawatir banget, ibu nanyain kamu terus."
"Kenapa gak kesini aja sih ga? Biasanya juga gitu."
Arga menggeleng pelan, "Gak tahu tuh, keliatannya kaya lagi sibuk sama ibu-ibu Arisan belakangan ini. Mungkin belum sempet."
"Yaudah, aku duluan ya na." Nalika mengangguk seraya melambaikan tangannya saat Arga sudah memasuki mobil dan mobil itu mulai pergi menjauhi area rumahnya.
Nalika kembali sibuk memakan makanannya sembari bersenandung kecil mengikut nada lagu.
"Happy amat kayaknya." Sindir Erlangga yang tidak begitu ditanggapi oleh Nalika, baru datang saja laki-laki itu sudah akan membuat mood Nalika rusak.
Mulai lagi.
"Akrab banget sama tetangga, sampe gak sungkan langsung masuk rumah orang."
"Mas mau apalagi? Kalau mas cuma mau bikin mood aku hancur mending nanti aja, masih pagi." Potong Nalika dengan sedikit sarkas.
Erlangga berdecak, "Saya gak niat gitu."
"Oh, yaudah." Balas Nalika santai sekali, ia kembali melanjutkan melahap cemilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
empty
Chick-LitNalika sampai sekarang saat ini tidak tahu apa tujuan Erlangga menikahinya. Jelas-jelas bukan karena cinta, laki-laki itu tiba-tiba datang ke rumah menemui orangtuanya dan langsung meminta Nalika menjadi istrinya. Semuanya berjalan begitu saja hingg...