Happy reading
•
•
•
•
•Nalika memetik gitar nya dengan penuh perasaan, ia mengalunkan lagu kesukaannya. Sudah lama ia tidak memegang benda akustik ini, mungkin sudah bertahun-tahun lamanya.
Pejam-an mata menjadi tanda betapa syahdu nya Nalika menikmati musiknya.
Ia memang menyukai musik sejak SMA, dulu ayahnya sering mengajari gitar. Nalika juga pernah ikut band di SMA dan menjadi gitaris sekaligus vokalis cadangan. Semenjak kuliah, Nalika sudah tidak pernah menyentuh hal-hal berbau musik lagi kecuali lagu.
Rean, putranya yang sedari tadi mendengarkan Nalika bermain gitar memekik antusias.
"Mama hebat banget!"
Nalika tertawa mendengar pekikan Rean. "Mau mama ajarin gak?"
Anak itu menggeleng, "emang Rean bisa ma? Keliatannya susah."
"Bisa, gampang kok kalau udah ngerti." Nalika meyakinkan putranya, ia meletakkan gitarnya di pangkuan Rean.
"Gak bisa ma, gede banget. Rean kan kecil." Nalika kembali tertawa, memang sih gitar ini masih besar untuk Rean yang baru akan berumur 5 tahun.
"Tapi kamu tinggi loh, bentar lagi juga bisa main gitarnya."
Rean itu termasuk anak kecil yang memiliki tubuh tinggi, itu karena Erlangga yang memiliki gen tinggi serta Nalika juga yang tingginya sekitar 170 cm. Jadi wajar saja jika anak itu tinggi, toh orang tua nya sama-sama tinggi.
"Bisa, mama ajarin ya." Nalika memberi tahu kunci-kunci gitar dengan jelas agar putranya mengerti.
Awalnya Rean tidak bisa dan terus mengeluh susah namun kelamaan anak itu mulai mengerti dan mulai mengingat beberapa chord gitar dengan baik.
"Nah, bisa kan pelan-pelan? Kamu tinggal menguasai perpindahan kunci nya aja. Terus sering-sering dengerin musik biar peka, pasti nanti terbiasa deh."
Rean mengangguk membenarkan, ia masih asik dengan hal baru yang baru ia kenal itu.
"Nanti Rean mau ikut mama gak?" Tanya Nalika masih memperhatikan Rean yang sedang sibuk dengan gitar itu.
"Kemana ma?" Tanya balik Rean, tanpa menoleh pada sang ibu.
"Mama mau ketemu pembaca mama, seru tau. Ikut aja yu." Ajak Nalika, ia paling tidak bisa kemana-mana tanpa anak.
Mungkin setiap seorang ibu pasti seperti itu, harus selalu membawa anak.
"Papa ikut ma?" Bukanya me jawab Rean justru bertanya balik.
"Enggak, sayang. Kan papa kerja, lagian sebentar doang kok." Nalika harus membujuk Rean supaya mau ikut dengan sukarela karena jika terpaksa anak itu tidak akan anteng.
Rean mengangguk saja, meskipun tampak tidak terlalu tertarik namun anak itu ikut-ikutan saja.
****
Sore ini Nalika sedang berjalan-jalan menyusuri komplek perumahan. Terkadang kalau bosan ia dan Rean berjalan-jalan sore, hanya untuk sekedar mengusir bosan saja.
Rean yang sedang dituntun Nalika merengek, "mama mau digendong..."
Nalika akhirnya berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan Rean. "Kamu makin berat loh dek, mama gak kuat gendong kamu lama-lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
empty
ChickLitNalika sampai sekarang saat ini tidak tahu apa tujuan Erlangga menikahinya. Jelas-jelas bukan karena cinta, laki-laki itu tiba-tiba datang ke rumah menemui orangtuanya dan langsung meminta Nalika menjadi istrinya. Semuanya berjalan begitu saja hingg...