5. Nalika

56.6K 3K 150
                                    

Happy reading



Kalau ada penghargaan untuk istri tersabar mungkin Nalika akan mendapatkannya. Memiliki suami yang masih belum jelas perasaannya, Memiliki keluarga suami yang belum bisa menerimanya dengan baik membuat Nalika bingung. Memang apa salah nya hingga membuat mereka begitu sulit menerimanya.

Setelah dua hari demam tidak ada kemajuan, Nalika memaksa suaminya pergi ke rumah sakit. Akhirnya suaminya nurut.

Menurut pemeriksaan dokter, maag akut Mas Erlang kambuh dan ditambah beberapa hari ini suaminya itu sedang lelah-lelahnya. Kurang istirahat, sekalinya ngedrop parah.

"Haduh, Kasian banget kamu Lang, punya istri yang katanya ibu rumah tangga tapi gak becus ngurusin suami." Ungkap dokter Vivin. Tante dari Erlangga yang sering sinis pada Nalika.

"Tahu gitu mending cari istri yang berkarier aja, lebih sepadan sama kamu. Loh, ini udah cuma ibu rumah tangga, gak becus ngurusin suami lagi."

"Kalau ngurusin suami aja gak becus, gimana ngurusin anak Lang. Kasian anak kamu."

Nalika hanya diam mendengarkan perkataan Tante Vivin. Sakit, sesak sekali.

Keluarga Mas Erlang itu rata-rata punya karier bagus semua. Baik laki-laki maupun perempuan semuanya unggul dalam keahliannya masing-masing.

Respon Mas Erlang hanya diam saja, padahal Nalika berharap dibela laki-laki itu. Nyatanya tidak.

"Dimana Rean, Lang?" Tanya Tante Vivin.

"Di rumah Mami Tan, aku titipin sebentar mau nganter Mas Erlang ke RS dulu." Jelas Nalika mempertahankan suaranya seperti biasa.

Wanita itu berdecak. "Anak di titip-titipin terus. "

"Aku takut Rean ketularan Tan, imun dia juga lemah. Aku gak mau Rean ikut sakit juga kalau diajak ke RS." Jelas Nalika lagi.

"Banyak alesan kamu." Tante Vivin menuliskan beberapa resep di kertas, memberikannya pada Nalika.

"Obatnya, tebus di apotek. Atur pola makan suami kamu, jangan sampe telat makan. Ngurusin suami aja gak bisa." Setelahnya wanita itu keluar dari ruangan.

Nalika menatap kertas resep itu dengan kosong. Mas Erlang? Jangan ditanya, laki-laki itu mana peduli.

Tak lama terdengar hembusan lelah dari Nalika. Ia menatap suaminya yang hanya memejamkan matanya, padahal ia tahu suaminya tidak tidur.

"Mas, boleh gak aku berharap dibelain kamu?" Gumam wanita itu namun Erlangga dapat mendengarnya.

"Semua itu gak bener Nalika. Kamu gak perlu masukin ke hati."

Nalika mengangguk sambil tersenyum kecut. "Aku memang gak becus ngurusin suami dan anak."

Erlangga menatap istrinya lekat, terdapat sorot mata yang menyakitkan disana. Lagi-lagi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Jangan kekanak-kanakan Nalika. Kamu tahu itu gak bener."

Hening.

Nalika ingin pulang. Tapi kemana?

"Pulang yuk mas. Biar mas cepet istirahat." Pada akhirnya Nalika hanya bisa menelan itu semua mentah-mentah.

emptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang