27. Nalika

52.1K 3.3K 257
                                    

Happy reading




Nalika sedang menyapu halaman rumahnya dengan sedikit bersenandung, mood nya entah kenapa sedikit baik hari ini. Meskipun sedikit terjadi cekcok dengan suaminya semalam, hal itu tidak membuatnya sedih, biasanya ia akan sedih berkepanjangan.

Sekitar satu jam yang lalu suaminya sudah berangkat bekerja dan keperluan pribadinya tentu sudah di siapkan dengan baik olehnya.

Belakangan ini Nalika hanya terpikirkan persoalan ia dan suaminya, perkataan Arga tempo hari membuatnya terus menerus memikirkan hal itu.

Nalika sudah terlanjur ketergantungan dengan hadirnya Erlangga, begitupun sebaliknya.

Mendadak wanita yang sedang menyapu halaman rumahnya itu merasakan gelojak di dalam perutnya, ia menjatuhkan sapu lidi nya sembarang, segera berlari ke arah kamar mandi ruang tamu.

Nalika memuntahkannya seluruh makanan yang telah ia konsumsi pagi ini, bahkan saat semua makanan sudah keluar kembali wanita itu masih memuntahkan cairan bening. Perutnya seolah dikuras habis-habisan, hal itu membuat Nalika benar-benar lemas sekali.

Ia merasa seperti sedang dalam titik tertinggi kemudian dijatuhkan begitu saja, padahal tadi mood nya cukup baik tetapi tidak dengan sekarang.

"MAMA!!" Teriaknya melengking, Rean melihat sang ibu yang terduduk lemah di kamar mandi.

Rean menatap Nalika dengan khawatir, matanya berkaca-kaca melihat sang ibu yang sedang sakit itu. "Mama kenapa?"

Tangis anak itu pecah seketika, ia terlihat seperti ketakutan sekali, takut ibunya kenapa-napa.

"Mama gak apa-apa Re, jangan nangis..." Ringis Nalika melihat Rean yang menangis keras, kepalanya seperti tertusuk duri yang tajam, rasanya pusing sekali.

Rean menggeleng kuat, ia berlari meninggalkan Nalika, ia mengambil ponsel ibunya. Anak itu bergegas menghubungi sang ayah, saat panggilannya tersambung tangisan Rean semakin terdengar keras.

"Na? Nalika?" Panggil Arga yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah.

Arga berlari menghampiri pintu kamar mandi tamu yang memang terbuka karena Nalika tidak sempat untuk menutup pintu kamar mandi maupun pintu rumah, jadi pintu rumah terbuka begitu saja begitu juga dengan pagarnya.

Nalika menoleh ke arah suara, ia dapat melihat Arga yang sedang menatap nya khawatir.

Arga membantu Nalika untuk berdiri, ia memapah Nalika membawanya keluar dari kamar mandi. Nalika dibawa ke sofa ruang tamu, setelahnya Arga duduk di samping Nalika.

"Aku tadi mau berangkat kerja, denger suara Rean nangis kenceng banget, sampe kedenger keluar. Aku panggilin kamu gak nyaut-nyaut na, karena takut kalian kenapa-napa aku langsung masuk aja jadinya." Jelas Arga yang tidak terlalu ditanggapi oleh Nalika.

Nalika masih memejamkan matanya dengan nafas yang memburu, keringat dingin tidak berhenti keluar, kepalanya terasa berat sekali tetapi otot-otot nya terasa lemah.

"Aku antar ke rumah sakit ya na?" Saran Arga yang khawatir melihat kondisi Nalika yang sudah sangat pucat itu.

Rean berlari menghampiri sang ibu, dengan air mata yang masih bercucuran Rean menyodorkan ponselnya yang disitu tertulis nama 'papa'.

emptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang