40. Nalika

54.5K 3.6K 122
                                    

Happy reading




Erlangga baru saja pulang kerja, ia melirik sekilas jam tangannya. Baru pukul tujuh malam, ia lumayan pulang telat karena harus menemui seseorang terlebih dahulu.

Laki-laki itu menarik dasinya sedikit, ia melihat putranya yang sedang duduk sendirian di ruang tamu sedang menonton televisi.

Erlangga membuang nafas gusar, ia duduk di samping Rean. "Mama mana Re?"

"Mama di kamar Pa, tadi Rean liat lagi tidur." Jawab Rean seraya mengulurkan kedua tangannya meminta di gendong.

Biasanya Erlangga selalu ingin disambut oleh istrinya setelah pulang kerja, tetapi karena istrinya sedang mengandung jadi ia memakluminya.

Laki-laki itu mengangguk, ia buru-buru mengambil ponselnya yang ada di saku celana. Deringan ponsel tidak berhenti sampai ia mengangkat telpon tersebut.

"Halo..." Ucap Erlangga setelah menerima panggilan telpon itu.

"Sudah sampai? Oh oke, baik tunggu sebentar saya ke depan." Erlangga menutup telponnya sepihak, ia segera bangkit menuju gerbang di depan.

Benar saja, setelah sampai di depan Erlangga dapat melihat orang yang sama yang pernah ia datangi untuk konsultasi.

Wanita paruh baya yang pernah menjadi pendengar tentang masalah mereka selain ibu dari Erlangga, Destiana Rahayu. Seorang psikolog yang akhirnya Erlangga percayakan untuk menjadi psikolog pribadi istrinya.

Ia sengaja mendatangkan psikolog ke rumah karena istrinya sendiri tidak mau bukan? Erlangga tahu Nalika tidak baik-baik saja, hanya ini yang bisa ia lakukan.

"Maaf saya lama jawab telponnya, saya baru banget nyampe juga." Ucap Erlangga menunduk sekilas seraya membukakan pagar.

Wanita itu tersenyum diantara kerutan yang mulai muncul di wajahnya. "Gak apa-apa, saya ngerti."

Erlangga mengajak wanita itu untuk masuk, ia segera mengantarkan Desti ke kamar mereka dimana Nalika berada.

Laki-laki itu mengetuk perlahan pintu dan masuk dengan hati-hati sedangkan Desti masih menunggu di luar, memberikan ruangan untuk pasangan tersebut.

"Na..." Panggil Erlangga lembut, ia memegang bahu Nalika yang sedang berbaring menyamping.

Nalika yang memang tidak sedang tertidur pun langsung bangun, ia menyalimi suaminya. "Baru pulang Mas?" Tanyanya sekedar basa-basi.

Erlangga mengangguk sembari tersenyum tipis. "Ada tamu yang mau ketemu kamu, kamu boleh cerita apapun ke dia."

Merasa telah dipersilahkan masuk oleh suami kliennya, Destiana pun masuk. Ia menatap Nalika dengan ramah.

Nalika menatap Destiana dari atas sampai bawah. "Dia siapa mas?"

"Nanti kamu tahu sendiri, saya tinggal bersih-bersih dulu ya."

Nalika memegang lengan suaminya erat, ia menggeleng cepat seolah mengisyaratkan tidak mau.

"Aku kan harus nyiapin baju kamu, aku gak mau ngobrol sama orang lain dulu."

emptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang