Happy reading
•
•
•
•
•"Kalau saya bilang ini buku terakhir dan cetakan terakhir kamu, kamu gak masalah?"
Senyum Nalika pudar seketika.
"M-maksud mas?" Perasaan Nalika sangat tidak enak sekarang, ia mengepalkan tangannya kuat.
Erlangga membuang nafas berat, ia menatap Nalika dengan serius. "Saya mau kamu berhenti jadi penulis."
"Kenapa mas?" Tanya Nalika, mengalihkan pandanganya enggan menatap suaminya itu.
Erlangga menggeleng menjawab. "Ya gak apa-apa, lagian saya masih mampu biayain kamu dan Rean. Berhenti ya na? Nanti saya tambahin uang bulanan kamu."
Nalika memejamkan matanya, bukan, ini bukan masalah uang bulanan atau apapun itu. Nalika menyukainya, ia tidak melihat bagaimana hasilnya, yang pasti Nalika menjalani profesinya karena ia menyukainya. Ia juga merasa percaya diri dengan menjadi penulis, dan sekarang Nalika harus melepaskan hal yang ia sukai?
"Bukan masalah uang mas, uang dari kamu udah lebih dari cukup. Yang aku permasalahin disini kenapa aku harus berhenti dari hal yang sangat aku sukai?"
"Karena saya suami kamu, salah saya ngelarang istri saya sendiri?"
Kepalan tangan Nalika semakin kuat, ia mundur beberapa langkah enggan terlalu dekat dengan suaminya.
Benar, sekali egois tetap egois. Egois tidak akan pernah bisa berubah, sekalipun orang itu berusaha jika sifatnya sedari awal memang egois maka akan tetap seperti itu. Nalika harus bagaimana? Ia sudah terlanjur masuk ke dalam hidup seseorang yang egois ini.
"Jelas salah karena meskipun kamu suami aku, kamu gak selalu berhak ikut campur urusan aku."
Erlangga mengerutkan keningnya tidak suka. "Kamu mau jadi istri yang durhaka karena gak nurut sama suaminya? Apa susahnya sih na, tinggal nurut doang."
"Saya gak pernah minta kamu macem-macem, saya gak nuntut kamu ini itu, saya gak pernah main diluar, saya memperlakukan kamu dengan baik, saya juga coba jadi yang terbaik buat kamu, na. Tapi kenapa kamu enggak mencoba juga?"
Nalika tertawa mendengar ucapan suaminya, lucu sekali. Jadi selama ini kalau bukan mencoba yang terbaik lantas ia melakukan apa? Melakukan perselingkuhan?! Nalika tertawa karena usahanya selama ini seakan hilang ditelan bumi.
"Kamu coba pahami aku gak?"
"Saya kurang paham kamu apalagi na? Saya berubah buat kamu, saya coba nurunin gengsi saya, masih kurang?"
"Sekarang kamu cuma saya suruh berhenti sesusah itu? Tinggal iyain semuanya beres na."
"Cuma itu doang mas? Apa yang kamu lakuin gak sebanding sama apa yang aku lakuin ke kamu." Ucap Nalika sembari terkekeh sinis.
"Kamu gak lihat saya capek kerja buat kamu, buat keluarga kita, terus kamu bilang itu gak sebanding? Emangnya kamu ngelakuin apa sih na? Jelas saya lebih banyak berkorban disini." Ucap Erlangga tidak terima.
Nalika menarik nafasnya yang sesak. "Aku tahu kamu kerja buat aku, buat keluarga kita, tapi tolong turunin ego kamu mas. Yang bikin aku capek itu sikap egois kamu."
"Aku udah coba gak egois na, kamu lihat sekarang? Aku lebih menghargai apa yang kamu lakuin kan?" Bantah Erlangga tidak terima ia dibilang egois.
Erlangga mendekat, memegang bahu Nalika. "Na, nurut ya? Saya gak mau berantem lagi sama kamu."
Nalika hanya bisa menangis seraya mengangguk dengan berat hati. Ia harus apa selain mengiyakan permintaan suaminya, memangnya Nalika bisa apa?
Erlangga memeluk Nalika erat, ia menepuk-nepuk punggung istrinya menenangkan. Erlangga mengecup kening Nalika lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
empty
ChickLitNalika sampai sekarang saat ini tidak tahu apa tujuan Erlangga menikahinya. Jelas-jelas bukan karena cinta, laki-laki itu tiba-tiba datang ke rumah menemui orangtuanya dan langsung meminta Nalika menjadi istrinya. Semuanya berjalan begitu saja hingg...