Happy reading
•
•
•
•
•
Selesai. Tidak ada lagi kisah Erlangga dan Nalika dalam rumah tangga mereka. Kini keduanya hanya fokus menjalani kehidupan masing-masing.Erlangga beberapa kali sering berkunjung untuk bertemu dengan anak-anaknya. Satu hal yang Erlangga tahu, kini Nalika bekerja di salah satu perusahaan penerbit buku yang cukup terkenal. Ia sudah berhenti menjadi penulis namun masih tetap aktif bersama dunia kepenulisan.
Genap dua bulan mereka berpisah, dari sana Erlangga menyadari perbedaan pada diri Nalika.
Wanita itu tampak lebih dewasa, anggun dan yang paling penting sekarang Nalika selalu menebar senyum kepada siapapun yang menyapanya. Benar-benar jauh ketika saat bersama Erlangga.
Berbeda dengan Nalika yang tampak lebih baik, Erlangga justru tidak terlihat baik-baik saja. Matanya yang tampak sayu karena kebanyakan begadang di kantor dan tumbuh bulu-bulu halus di dagunya. Se-sibuk apa pria itu hingga tidak sempat bercukur sama sekali? Kalau dulu, Nalika yang merasa risih jika mulai tumbuh kumis pada suaminya, kini tidak lagi. Tidak ada yang memperhatikan Erlangga se-detail itu.
Katakan Erlangga modus, karena laki-laki itu sering mengunjungi anak-anaknya sekaligus mengunjungi mantan istrinya juga. Ia menggunakan anaknya sebagai alibi, padahal ia lebih ingin melihat keadaan Nalika.
Seperti sekarang, Erlangga sampai di rumah kediaman mantan istrinya sekitar pukul dua siang. Ia mengambil cuti mendadak karena tiba-tiba merindukan keluarganya.
Nalika menatap Erlangga dengan senyum tipis seolah tidak terjadi apapun diantara mereka. Erlangga sadar jika Nalika melakukan itu hanya karena ada anak-anak mereka.
"Anak-anak dimana, Na?" Tanya Erlangga setelah di persilahkan duduk di ruang tamu.
Nalika menyiapkan teh di meja makan tidak jauh dari ruang tamu, ia dapat mendengar pertanyaan Erlangga dari sana. Seraya membawa teh hangat itu, Nalika meletakan secangkir teh di meja.
"Kai sama Aisy ada di kamarnya, kalau Rean belum pulang sekolah. Mungkin sebentar lagi, biasanya dia pulang jam tiga-an." Jelas Nalika yang diangguki oleh Erlangga.
"Kamu——" Erlangga meneliti penampilan Nalika yang tampak rapih, habis darimana wanita itu?
"Aku mau balik lagi ke tempat kerja," jawab Nalika yang seakan mengerti pertanyaan Erlangga.
"Kamu kerja sekarang?" Tanya Erlangga yang belum tahu jika Nalika bekerja pada saat itu.
Nalika mengangguk.
"Terus anak-anak?"
Ah, Nalika mengerti. Pasti Erlangga bertanya apakah ia masih bisa memperhatikan anak-anaknya atau tidak.
"Aku cuma kerja dari pagi sampai sore dan hari Minggu libur, anak-anak tetep aku perhatiin kaya biasa."
Erlangga berdehem canggung, ia dapat merasakan aura positif pada Nalika. Benarkah wanita itu lebih bahagia sekarang?
Selanjutnya terjadi keheningan sejenak, suasana menjadi canggung. Mungkin itu karena sekarang semuanya telah berbeda.
"Kamu bahagia?" Tanya Erlangga tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
empty
ChickLitNalika sampai sekarang saat ini tidak tahu apa tujuan Erlangga menikahinya. Jelas-jelas bukan karena cinta, laki-laki itu tiba-tiba datang ke rumah menemui orangtuanya dan langsung meminta Nalika menjadi istrinya. Semuanya berjalan begitu saja hingg...