11.Nalika

50.8K 2.7K 28
                                    

Happy reading



"Mas mau aku buatin teh?" Tawar Nalika saat Erlangga -suaminya sedang bersantai di ruang tamu.

Erlangga mengangguk, "boleh."

Nalika pergi ke dapur mulai membuatkan suaminya teh dengan sedikit gula. Setelah selesai Nalika kembali dengan membawa secangkir teh hangat. Ia meletakkan teh itu di meja.

"Tadi ada tamu na?" Tanya Erlangga melihat toples bekas cookies. Biasanya cookies jarang diletakkan diruang tamu kecuali ada tamu.

"Iya, mas. Tadi ada tetangga baru mampir." Nalika menjawab dengan seadanya.

Erlangga mengangguk.

Kemudian keduanya terdiam, Nalika yang menatap Rean dalam diam. Sedangkan Erlangga yang kembali fokus dengan laptopnya.

Nalika kembali mengingat sosok Bu Runi, mirip sekali dengan ibunya di rumah. Nalika jadi rindu pada ibunya itu.

"Mas, aku kangen ibu deh." Ucap Nalika tiba-tiba.

Erlangga yang masih fokus dengan laptopnya tidak terlalu banyak merespon istrinya itu. "Mau kesana?"

Anggukan Nalika tidak diperhatikan oleh Erlangga, jadi laki-laki itu hanya diam.

Helaan nafas kasar terdengar dari Nalika, suaminya ini sibuk sendiri padahal ia sedang membicarakan hal yang menurutnya penting.

"Yaudah, nanti kita kesana kalau saya libur." Ujar Erlangga setelah lama terdiam.

"Pengen sekarang-sekarang mas, kangen banget. Tadi aku ketemu tetangga baru, ibu-ibu gitu seumuran sama ibuku, mirip banget mas sikap nya. Jadi kangen aku." Nalika menjawab seraya menunduk memilin tangannya.

"Oh ya?" Erlangga tampak tidak terlalu tertarik sedangkan Nalika sangat senang membahas Bu Runi.

Nalika mengangguk cepat, "iya mas. Aku udah lama banget enggak ke rumah ibu, Minggu depan ya mas?"

Melihat Erlangga yang cukup lama berfikir membuat Nalika ragu.

"Hm... Saya gak bisa janji, na. Ada seminar yang bulan ini, jadi saya harus prepare dari sekarang."

Nalika menghela nafas lesu, "masa gak ada waktu banget mas? Atau aku pergi berdua aja sama Rean ya?"

Erlangga menatap Nalika tajam, terdengar decakan kesal dari pria itu.
"Saya bilang nanti, na. Nurut bisa?"

Akhirnya Nalika hanya mengangguk seraya menunduk, ia memutuskan pergi ke kamar meninggalkan ayah dan anak itu.

Melihat Nalika yang pergi dari sana membuat Erlangga menghela nafas kasarnya, ia tahu pasti istrinya itu marah. Tapi mau bagaimana, ia sedang tidak bisa kalau pergi minggu-minggu ini.

Tak lama Erlangga kembali fokus dengan laptopnya, ia membiarkan Rean yang bermain sendiri. Lama kelamaan anak itu malah tertidur di sofa.

Dengan hati-hati laki-laki itu mulai membawa putranya ke kamar, ia menggendong Rean hingga meletakkan anak itu di kasurnya.

Erlangga menatap Rean, mengelus rambut putra laki-laki nya. Ia mengecup kening putranya dengan lembut.

"Good night, son." Setelah mengatakan itu, Erlangga pergi dari sana -menutup pintu dengan hati-hati.

emptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang