Happy reading
•
•
•
•Semulanya Nalika percaya pada kata-kata 'jatuh cinta itu satu kali, sisanya cuma melanjutkan hidup' Nalika awalnya percaya pada kata-kata itu. Ia pernah dibuat jatuh cinta oleh seseorang di masa SMA, mereka dekat namun tidak sampai ditahap pacaran, hingga mereka berpisah dan kuliah pun Nalika tidak dapat membuang rasa cintanya. Namun setelah memutuskan menikah, melanjutkan hidup, akhirnya Nalika sadar kalau cinta itu benar-benar datang karena terbiasa.
Nalika mulai terbiasa dengan kehadiran Erlangga sebagai suaminya, Erlangga tidak bisa memperlakukan ia dengan manis seperti 'seseorang' yang pernah membuatnya jatuh cinta. Tidak, Erlangga berbeda, laki-laki itu seolah tidak peduli namun sebenarnya ia peduli.
Hampir lima tahun bersama Erlangga Nalika menjadi tahu bagaimana sifat laki-laki itu, selain karena Rean putranya -Nalika juga bertahan karena ia mencintai pria itu.
Nalika tidak mempermasalahkan awalnya jika hanya ia yang jatuh cinta, karena memiliki Erlangga yaitu cintanya saja sudah cukup. Ternyata itu semua tidak cukup, Nalika ingin dicintai kembali, dibela sebagaimana hak nya sebagai istri, ia tidak mau jika memberi kasihnya sendirian.
Setelah pulang dari Monas dan makan ketoprak langganan Nalika, sekarang keluarga kecil itu sudah kembali berada di rumah. Mereka berada di ruang tamu, Nalika yang sedang mengajari Rean berhitung karena sebentar lagi anak itu akan masuk TK dan Erlangga yang sedang menonton televisi sembari sesekali melirik anak dan istrinya.
"Oke, sekarang bisa ya tambah-tambahan?" Tanya Nalika memastikan sekali lagi.
Rean mengangguk, anak itu mengangkat kedua jari telapak tangannya. "Bisa ma, gampang."
"Nah kalo tambahan itu ditambah, kalo pengurangan beda lagi," Nalika menutup beberapa jari Rean. "Kalo pengurangan, tangan kamunya di lipat sesuai jumlah yang dikurangi."
"Coba kalo 5-2 berapa?"
Rean melebarkan lima jarinya, kemudian anak itu melipat dua jarinya, tersisa tiga jari lagi. "Tiga ma!" Seru nya antusias karena bisa melakukannya.
Nalika tertawa melihat nada excited dari Rean, ia mengecupi seluruh wajah Rean dengan gemas.
"Pinternya anak mama..." Goda Nalika membuat Rean tersipu malu, pipi anak itu memerah.
"Mamaaaa," rengek Rean enggan ditatap seperti itu.
Nalika terkekeh.
"Ngantuk enggak? Udah malem ini, biasanya kamu udah bobo jam segini." Tanya Nalika melirik jam yangs udah memperlihatkan pukul sembilan malam
"Mau bobo sama mama boleh?"
"Enggak!" Jawab Erlangga langsung, padahal laki-laki itu tadi sedang fokus menonton televisi.
"Apaan sih, mas." Tegur Nalika, wanita itu beralih menatap Rean. "Boleh, sayang."
Erlangga berdecak, "kamu udah gede. Bentar lagi sekolah, masa tidur masih sama mama?"
Rean menggeleng tidak terima. "Kan jarang, kecuali kalo Rean setiap hari bobo sama mama."
"Ngeyel, tidur sendiri aja sih."
Rean beralih menatap Nalika dengan mata yang sudah berkaca-kaca, mengadu pada sang ibu.
Nalika menatap jengah keduanya, ia mengelus puncak kepala Rean. "Udah, gak apa-apa, bobo sama mama aja."
"Na!" Bantah Erlangga tidak terima.
"Apaan sih mas, kamu ribet banget. Anak kamu cuma mau tidur doang juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
empty
ChickLitNalika sampai sekarang saat ini tidak tahu apa tujuan Erlangga menikahinya. Jelas-jelas bukan karena cinta, laki-laki itu tiba-tiba datang ke rumah menemui orangtuanya dan langsung meminta Nalika menjadi istrinya. Semuanya berjalan begitu saja hingg...