3. Nalika

59K 3.1K 43
                                    

Happy reading



Siang ini entah kenapa Rean rewel sekali. Biasanya anak itu akan bermain sendiri dengan mainannya. Namun kali ini Rean terus menerus menangis, merengek ingin ini itu. Nalika sampai bingung sendiri.

"Rean, kamu kenapa? Mau apa?" Tanya Nalika sambil menggendong putranya itu.

Anak itu tidak menjawab, malah merengek semakin keras.

"Mau jalan-jalan keluar?" Perlahan rengekan anak itu terhenti, ia mengangguk dengan mata yang penuh air mata.

Nalika tersenyum tipis. "Yaudah, tapi gak pake nangis. Kamu kan bisa ngomong ke Mama."

Rean menggeleng sebagai jawaban. Sepertinya anak itu sedang kesal, jadi rewel. Rean bahkan sudah mengacak-acak mainan nya lagi.

"Mama siap-siap dulu. Jangan nangis terus, kita jalan-jalan ya. Mama telpon papa dulu, kamu nanti bilang ya mau keluar jalan-jalan."

Nalika tidak ingin menelpon Mas Erlang dan izin langsung, pasti laki-laki itu tidak akan mengizinkan nya. Jadi ia menyuruh Rean menelpon karena pasti suaminya akan langsung mengiyakan. Licik sekali.

Sambil bersiap-siap Nalika melirik Rean yang sedang asik berbicara di video call dengan bapaknya.

"Papa... Rean mau jalan-jalan sama mama."

Terdengar suara dari telpon. "Kemana?"

Anak itu menggeleng. "Gak tahu mama. Tapi Rean mau jalan-jalan, bosen di rumah terus."

"Kan baru kemarin kamu ke rumah omah."

"Mau keluar lagi, bosen. Mama gak bisa Rean ajak main, mama cuma lihatin Rean doang." Adu bocah itu.

Terdengar helaan nafas dari Mas Erlang. "Coba hp nya kasih ke mama dulu."

Rean mengangguk, menghampiri sang ibu kemudian memberikannya.

"Kenapa, Mas?" Tanya Nalika saat handphone nya sudah ia pegang. Dari layar terlihat wajah Mas Erlang.

"Mau kemana?" Suara datar laki-laki itu terdengar.

"Paling ke supermarket Mas, stok bahan makanan udah abis. Sekalian belanja sama jajan juga." Terang Nalika.

Raut laki-laki itu tampak tidak suka. "Gak bisa tunggu saya aja? Lagipula kamu gak bisa bawa mobil. Mau naik apa? Taxi?"

Nalika mengangguk. "Naik taxi mas. Kalau nungguin Mas nanti lama."

"Lagian Rean bosen di rumah terus, aku juga. Keluar tanpa kamu sesekali gak apa-apa ya, mas? Aman kok, nanti aku kabarin terus." Memang jika tidak Mas Erlang maka Nalika maupun Rean tidak boleh keluar.

Terdengar decakan dari suaminya. "Pulang sebelum saya pulang. Jangan aneh-aneh Nalika."

"Iya, mas." Nalika mengembalikan ponsel nya kepada anaknya, biarlah bapak dan anak itu berbincang.

Nalika siap. Ia menggandeng Rean berjalan keluar perumahan. Setelah keluar dari area perumahan, mereka menunggu taxi.

Rean terlihat sangat antusias saat sampai di supermarket. Anak itu sepertinya suka sekali ikut dengan ibunya belanja. Beberapa kali Rean menunjuk ini itu ingin dibeli, Nalika hanya pasrah mengiyakan.

emptyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang