CELINE - 09*

71 9 0
                                    

|
|
|
|
|

"Aku-"

"Kau si pengecut berengsek yang terus merecoki hidupku." Ucap Celine geram. Celine memundurkan tubuhnya dan meraih sebuah vas bunga.

"Celine letakkan itu." Mohon George degan panik.

"Kau tidak ingin berada di posisi sulit kan? Maka kita akhiri saja semua disini."

Prang!

Sebuah Vas terpecah menjadi beberapa bagian kecil, mengelilingi kaki Celine yang hanya menggunakan sandal rumah.

"Celine!"

"Kau harus berhenti George! Berhenti membuatku bingung dan terus tersakiti. Atau kau akan melihatku mati di depanmu sekarang!" Teriak Celine yang mengundang Dhita muncul dari balik dapur.

"Nona Celine!" Seru Dhita yang berhenti mendekat.

"Tidak, jangan kemari." Ucap Celine pada Dhita. "Biarkan George memilih. Ini kesempatan terakhirmu. Kau ingin melihatku hidup atau mati itu terserah padamu." Celine melepas Arm sling di bahu kirinya, melemparnya ke sembarang arah.
"Aku pernah melakukannya, dan tidak akan ragu melakukannya lagi." Ucap Celine dengan tangan kanan yang sudah mengarahkan pecahan keramik Vas pada pergelangan tangan kirinya.

"Jangan Celine, kumohon." George kalut. "Lepaskan keramik itu dan kita bicara."

"Tidak, tidak ada yang harus di bicarakan. Kau harus memilih George. Sekarang!"

Tanpa pikir panjang George segera melangkah menghampiri Celine, gadis itu semakin mendekatkan pecahan keramik itu ke kulitnya. George menarik tangan kanan Celine dan memaksa Celine melepaskan keramik yang sudah merobek sedikit kulit tangannya.

"Jangan sentuh aku! Jangan!" Teriak Celine yang memberontak. "Tidak aku akan mati saja sekarang, aku tidak mau hidup lagi. Lepaskan aku George!"

George segera menahan kedua tangan Celine dengan memeluk tubuhnya dari belakang, membuat Celine semakin meronta marah. "Tahan dia." Perintah Dhita yang baru saja kembali entah dari mana dan membawa sebuah suntikan.

"Apa yang anda lakukan?" Tanya George terkejut.

"Jika, dibiarkan Nona Celine akan benar-benar melukai dirinya. Ini akan membuatnya tidur." Ucap Dhita dengan tangan cekatan membuka pembungkus suntik.

"Lepaskan aku! Biarkan aku mati saja, aku lelah hidup." Teriak Celine berusaha melepaskan diri dari rengkuhan George. "Untuk apa hidup jika kau tidak memilihku!" Saat melihat Dhita hendak membuatnya tertidur gadis cantik itu berbalik berteriak pada sang pengasuh. "Jangan! Biarkan aku mati saja."

Raungan dan tangis Celine terdengar sangat memilukan. George tidak sampai hati membiarkannya seperti ini. Tapi, tidak ada pilihan lain. George tidak ingin melihat Celine terluka dan merasa kesakitan lagi.

"Maafkan saya nona." Ucap Dhita sebelum menyuntikkan cairan ke lengan atas Celine yang berteriak histeris lagi.

"Tidak! Jangan!"

Di balik tubuh Celine, George meneteskan air matanya. Kedua tangannya yang masih merengkuh tubuh Celine mengerat tanpa sadar. Dalam pelukannya George bisa merasakan tubuh Celine melemah dan mulai tertidur.

Dengan mulut yang masih meracau, Celine mulai kehilangan kesadaran. "George kumohon tetaplah di sisiku. Jangan tinggalkan aku." Ucapnya lemah dengan tangan yang mengenggam tangan George erat. "Jangan Lili. Tapi, aku. Kak George, kumohon."

Tangan George terasa hangat karena air mata Celine. Tubuhnya bergetar ketika Celine benar-benar kehilangan kesadaran dalam pelukannya.

"Tolong bawa nona ke kamarnya." Tutur Dhita yang membuat George menggeleng.

broken PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang