CELINE - 23

40 5 0
                                    

|
|
|
|
|


Sejak tadi Sofia hanya menyunggingkan senyum saat melihat sikap sang putra yang duduk di samping Celine. Perasaan Sofia saja atau suasana hati Jason berubah 180 derajat, Jason tampak senang dan tidak bergerak satu centipun dari duduknya. Sedangkan, sang gadis yang sejak tadi diperhatikan Jason hanya fokus mengupas beberapa buah-buahan dan memakannya bersama Sofia.

“Jam berapa kau pergi Cloe?” Tanya Sofia saat melihat jam di dinding sudah menunjuk angka 2.

Celine ikut melihat jam dan bergumam. “Mungkin sebentar lagi, aku akan pergi setelah Zari dan Artyo datang ibu.”

“Harus sekali kau pergi?” Celetuk Jason membuat dua wanita disana menatapnya bersamaan. “Maksudku kau bisa tinggal lebih lama, mungkin sampai makan malam.” Dia berdeham menutupi rasa nervous karena ibunya memandangnya dengan usil.

“Cloe memang tidak pernah berkunjung lama, karena dia sibuk. Tapi, dia selalu menyempatkan datang setiap hari. Tidak seperti seseorang yang datang hanya untuk setor wajah.” Ucap Sofia dengan garpu berisi apel di tangannya.

“Aku tidak mau merepotkan Zari untuk mengatur ulang jadwalku. Jadi, aku akan mengunjungi ibu saat senggang.”

“Jadi, aku harus menunggu waktu senggangmu itu untuk menemuimu?”

Sofia bersender pada ranjangnya. “Putraku, sepertinya kau lebih tertarik pada Cloe daripada ibumu ini. Padahal dia bukan kekasihmu.”

“Kata siapa?” Seru pelan Jason membuat Celine kembali menatapnya. “Aku tidak ingat pernah mengatakannya.”

“Lalu, Cloe kekasihmu begitu?” Buru Sofia gemas.

“Soal itu...” Tiba-tiba tengkuk Jason terasa gatal tanpa sebab.

Celine memutar sedikit tubuhnya dan menghadap Jason, “Bagaimana jika kau memulainya dengan membuka blokir nomorku.” Jason mengernyit. “Mana ada kekasih yang tidak bisa menghubungi cowoknya karena nomornya di blok.”

“Waw. Suprisly. Kau cowok yang kejam nak.” Ucap Sofia membuat wajah Jason semakin tidak karuan ekspresinya.

“Zari bilang dia sudah di bawah. Ibu aku akan pergi sekarang.” Celine bergerak meraih tas jinjingnya dan memeluk Sofia untuk berpamitan. “Akan kuusahakan tinggal lebih lama lagi nanti.”

Sofia mengusap sisi wajah Celine hangat, “Tentu, ibu baik-baik saja disini. Semangat bekerja.” Kepalanya mengarah pada Jason yang masih terdiam di posisinya. “Kau tidak akan mengantarnya turun?”

Jason melirik Celine. “Dia bukan anak kecil, tidak perlu ditemani.”

“Benarkah? Jadi, tidak masalah jika Mike yang mengantarnya.”

“Ibu..” Panggil Celine lemah.

“Tentu saja masalah.” Jason bangkit dan berjalan mendahului Celine. “Ayo cepat.”

“Dasar aneh.” Gumam Sofia yang diiyakan Celine dalam hati.

“Berjalanlah dengan cepat, memangnya aku bodyguard mu harus berjalan di depan.” Seru Jason yang memijakkan kakinya dengan terburu-buru. “Celine! Kau mendengarku tidak?”

Di teriaki seperti itu, Celine tidak goyah. Langkah kakinya bergerak perlahan hingga kini tubuhnya sudah berisisan dengan Jason. “Kenapa harus terburu-buru, aku sedang menikmati pemandangan dari calon kekasihku.”

“Dari balik punggung?” Tanya Jason sarkas, padahal jantungnya sudah bersorak ria.

Celine mengangguk. “Karena jika aku melihat wajahnya, mungkin aku akan menangis lagi.” Raut Celine meredup. Sebelah tangannya meraih jas di bagian lengan Jason pelan. “Kau terluka hari itu... karena aku. Meski begitu aku tidak ada disana untukmu.”

broken PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang