CELINE - 11*

68 8 0
                                    

|
|
|
|
|

"Kenapa kau ini baik sekali." Dengan enggan Zari membuka pintu. Artyo yang berdiri membelakanginya mengernyit. "Silakan masuk Nyonya Elina... Tuan George." Ucap Zari dengan mendorong tubuh Artyo agar berpindah.

"Apa yang kau lakukan." Protesnya pada Zari.

"Celine yang mengijinkannya."

Elina tersenyum puas, "Lihat apa yang akan dilakukan Cloe padamu nanti." Artyo hanya memandang Elina sinis.

"Maaf." Ucap George pelan saat melewati keduanya.

Begitu melihat Celine yang duduk di sofa, Elina langsung berhambur untuk memeluk. "Astaga Cloe, tante sangat mengkhawatirkanmu. Kau tampak kurus, malam ini makan malamlah di rumah aku akan memasakkan makanan kesukaanmu." Celine hanya tersenyum, kedua matanya menatap George.

"Aku sudah bilang untuk menemui nanti, tapi ibu memaksa." Terang George tanpa di minta.

"Tentu. Sekretaris dan manajermu itu aneh sekali. Mereka melarang tante untuk menjengukmu padahal kan kalau kau sakit tante bisa merawatmu."

Merawat orang yang sakit karena putramu? Lucu sekali. Batin Celine berseru.

"Kau lihatkan, lagi-lagi sekretarismu itu melarang kami menemuimu. Padahal kau pasti sangat merindukan tante. Kau harus memecatnya, masa di tidak tahu jika kita sudah seperti keluarga. Sangat tidak peka."

"Ibu, Artyo hanya melakukan tugasnya. Berhenti menjelekannya." Elina mendelik mendengar George membela Artyo.

"Kau dengar Cloe, apa yang baru saja dikatakan George. Dia membela orang seperti itu."

"Artyo adalah orang kepercayaanku. Semua tindakannya memang berdasarkan perintahku. Seharusnya tante mengerti, apa yang dilakukannya pasti beralasan." Elina tersentak dengan ucapan Celine yang sangat dingin. "Dan sebagai ibu dari wakil presdir J's Company, sikap tante tadi sangat tidak pantas. Tante tidak berpikir apa yang akan dikatakan para karyawan nanti saat melihat ibu dari wakil presdir mereka berteriak-teriak seperti itu."

Celine beralih menatap George, "Sampai kapan kau akan berdiri di sana?" George yang masih berdiri segera ikut mendudukkan tubuh di dekat sang ibu. Celine melepaskan genggaman tangan Elina yang sejak tadi berada di pangkuannya. Membuat Elina memundurkan tubuhnya perlahan. "Jadi, ada apa ingin menemuiku? Bila tante ingin tahu keadaanku, seperti yang terlihat aku sudah baik-baik saja."

"Tentu, tante senang melihatmu sudah baik-baik saja." Elina memasang senyum lebar. "Sebenarnya, tante kemari karena ingin memastikan kalau kau akan hadir di pernikahan George dan Lili." George mendongakkan kepala dan menatap sang ibu tidak percaya. "Tante, tahu Cloe kau pasti sangat sibuk ke depannya karena harus mengurus perusahan setelah sakit. Tapi, semua orang sudah tahu jika kau akan datang, jadi tante tidak mau jika mereka kecewa nanti."

"Ibu." Bisik George yang tidak dianggap Elina.

"Kalau kau tidak bisa di resepsi, setidaknya kau hadir di pemberkatan. Atau mungkin kau mau datang di acara resepsinya saja, kita akan melakukannya di Antara Hotel lagi kan." Eline memasang wajah sedih yang dibuat-buat. "Kau itu sudah menjadi bagian dari keluarga kami, pernikahan ini tidak akan terasa lengkap tanpamu Cloe. Kau paham maksud tante kan?"

Celine menatap Elina tenang, "Tentu, karena tante sudah mengatakan pada semua orang apa boleh buat." Elina sudah senang mendengarnya. "Tapi, kita lihat nanti apa jadwalku kosong atau tidak. Karena sebagai presdir aku tidak bisa mengorbankan ribuan karyawanku hanya untuk setor wajah pada kamera."

"Cloe." Ucap Elina sedikit terkejut dengan sikap Celine.

"Masih ada hal yang lebih penting dari pernikahan George tante. Akan kuusahakan datang, tapi jika tidak memungkinkan aku akan mengirim hadiah. Kuharap tante mengerti." Raut kecewa dan terkejut terpancar dari wajah Elina. Untuk pertama kalinya sejak mengenal Celine, permintaannya ditolak.

broken PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang