CELINE - 18*

58 6 0
                                    

|
|
|
|
|

"Lalu, jika kukatakan sekarang aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain paman. Apakah paman juga akan percaya?" Ucap Celine dengan sendu. Thyme masih belum bereaksi apapun. "Paman ingin tahu alasan bagaimana aku bisa mendapatkan saham milik ayah dan ibuku? Itu karena mereka membuat perjanjian. Jika, mereka sudah tiada semua harta mereka akan diberikan pada anak pernikahan sah mereka. Paman tahu apa artinya itu?"

Thyme masih bergeming di tempatnya berdiri. Menatap kedua mata Celine lurus, mencoba mencari letak kebohongan dari ucapan sang keponakan.

"Ibu sudah pergi, dan sekarang giliran ayah. Apakah paman juga akan meninggalkanku?"

"Kau... berbohong."

"Paman mungkin benar tentang ibukku, tapi apa paman tahu segalanya tentang ayah?" Celine meletakkan ponselnya di atas meja dengan layar menyala. "Selama ini ayah berada di Milan. Dia menikahi Maria dan memiliki anak bernama Gita."

Thyme meraih ponsel Celine dengan terburu-buru. Jari-jarinya menggulirkan layar dengan tidak sabar. Netranya membaca setiap informasi dan melihat setiap gambar di folder itu dengan rasa tidak percaya. Selesai memastikan jika indra penglihatan dan pendengarannya baik-baik saja. Thyme menyugar rambutnya asal, tubuhnya berbalik dan melempar salah satu kursi ke tembok dengan keras. Nafasnya begitu berat. Kepalanya mengadah ke langit-langit gedung.

Celine berjongkok untuk mengambil ponselnya yang jatuh. Mengusapnya perlahan dan berdiri menatap punggung Thyme yang mulai bergetar. "Menurut paman, apa yang harus kulakukan sekarang?" Thyme berbalik. "Haruskah kubawa ayah kembali kemari atau membiarkannya tinggal di tempat yang diinginkannya?"

"Kau..."

"Paman... Ketahuilah gadis di depanmu ini bukanlah Celine James anak dari Bella Hamilton. Aku adalah keponakanmu, anak dari kakakmu yang baru saja kehilangan ayahnya."

"..."

"Kumohon paman... sekali ini saja beritahu aku apa yang harus kulakukan. Aku benar-benar sendiri sekarang."

Thyme kembali berjalan menuju Celine. Rautnya sudah tidak semarah tadi, namun terselip rasa jengkel. "Tanyakan itu pada ibumu di makamnya, dan sampaikan ucapan selamatku untuknya karena sudah berhasil membunuh kakakku."

"Paman..."

"Mulai sekarang kita tidak ada hubungan darah apapun Nona Celine. Kini kau bosnya, lakukan apapun yang kau mau. Akan kuurus sendiri kakakku dengan caraku."

Tetes air mata Celine mengiringi kepergian Thyme. Dadanya terasa begitu sesak, kesedihan dan kekecewaannnya sudah terkumpul penuh di dalam dirinya. Tidak tahu bagaimana cara mengatasinya, Celine meluruhkan tubuhnya ke atas karpet tebal. Tangan kanannya memukul-mukul dadanya berharap semua udara itu keluar dari tubuhnya. Namun, nihil rasa sesak itu semakin besar hingga membuat kepalanya pusing.

Celine mencoba melakukan tarikan napas dari mulutnya perlahan untuk menstabilkan kondisinya. Anehnya, semakin sesak itu menghilang nyeri di jantungnya malah kian terasa. Tangan kirinya yang masih mengenggam ponsel, tanpa sengaja memutar sebuah video yang diterimanya dari Gilang pagi ini. Dalam video itu Keanu James duduk di sebuah balkon rumah dengan latar belakang beragam bunga.

"Cloe sayang... Maafkan ayah. Jika kau melihat video ini artinya kau sudah bertemu dengan Gilang. Dan itu berarti kau sudah tahu segalanya..."

"Ayah menyesal tidak bisa merayakan ulang tahun ke 17 mu atau ulang tahunmu selanjutnya. Mungkin ayah juga tidak akan bisa melihatmu memakai toga saat wisuda. Bahkan ayah tidak yakin bisa mendampingimu berjalan di altar pernikahanmu."

broken PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang