|
|
|
|
|
"Sialan, siapa sebenarnya mereka?" Gumam Jason sambil menyeka darah di ujung bibirnya dengan kapas.Sebenarnya kondisinya tidak lebih buruk dari Brian yang dihajar habis-habisan, tapi sahabatnya itu masih terlihat baik-baik saja daripada dirinya. Mungkin karena latar belakangnya sebagai mantan anggota militer, fisiknya berada di level berbeda dengan Jason yang si anak kuliahan. Seperti sekarang, pria tampan itu sibuk di depan komputernya dan mencari beragam informasi yang bisa diperolehnya untuk mengetahui dalang dari penyerangan ini.
"Brian, kau harus ke rumah sakit sekarang. Siapa tahu kau terluka di bagian dalam, itu akan lebih berbahaya." Ucap Jason yang masih menahan perih karena lukanya.
"Aku tidak apa, ini tidak lebih keras dari pelatihan militerku dulu. Hanya saja aku sedikit terkejut karena serangan tiba-tiba." Balas Brian yang mengerutkan kening saat mengamati rekaman CCTV di sepanjang jalan kediaman Jason. "Kurasa mereka memang mengikuti kita."
"Kalau begitu pelakunya akan segera ketahuan, sementara kita pergi ke hotel dulu. Aku tidak mau tinggal di rumah yang kacau penuh tembakan seperti ini."
"Tapi, kenapa? Maksudku kau tidak menyebabkan masalah akhir-akhir ini, siapa kiranya yang memiliki dendam padamu."
Jason tersenyum miring, "Kau lupa ada banyak wanita cantik di luar sana yang tersakiti hatinya olehku. Mungkin saja salah satu dari mereka."
"Katakan itu saat ada Celine, dia akan sebal."
"Kau benar." Jason membayangkan wajah kesal Celine saat pria itu bercerita tentang wanita lain. Gadis itu berusaha tidak peduli tapi rautnya menunjukkan hal lain, dan menurut Jason itu lucu. "Dia belum mengabariku sejak tadi, apa semuanya baik-baik saja?"
"Seharusnya tidak ada masalah berarti, kecuali dia sedang sibuk menemui para koleganya yang tiba-tiba datang dan berduka."
Jason berusaha berpikir positif seperti Brian, Celine adalah gadis yang kuat. Tapi, pemikiran itu langsung runtuh saat sebuah pesan diterimanya dari gadis itu. Pesan itu tidak panjang dan tidak sulit dimengerti tapi, isinya membuat Jason berpikir keras.
\Maafkan aku.\
Tanpa menunggu, jari Jason langsung beralih untuk memanggil nomor Celine yang diabaikan 2 kali. Percobaan ketiganya belum berhasil dan hanya menyisakan suara operator yang membuat Jason semakin sebal.
"Ada apa?" Tanya Brian yang melihat Jason terus menempelkan ponselnya di telinga dan menyugar rambutnya kasar. "Kau sedang menelpon siapa?"
"Celine."
"Dia tidak mengangkatnya?"
"Jika dia mengangkatnya, apa aku akan terlihat frustasi seperti ini?" Ketus Jason yang membuat Brian kembali beralih pada komputernya.
"Astaga, Celine angkat telponnya." Jason masih berusaha menelpon Celine namun, nihil. Nomor ponselnya sudah tidak aktif sekarang. "Brian, kau punya nomor Artyo kan? Telpon dia sekarang!"
Brian dengan cekatan membuka satu kontak di ponselnya, dan menyerahkannya pada Jason. Pria itu menekan tombol di layar dengan tidak sabar. Beruntungnya satu panggilan langsung tersambung.
"Halo, Artyo. Dengar, ini aku Jason. Apa sesuatu terjadi pada Celine, dia mematikan ponselnya." Serbu Jason yang dibalas keheningan. "Artyo."
[Jason.] Suara lembut menyambut rungu Jason yang hampir saja tuli karena suara operator.
"Celine, ini kau? Kenapa dengan ponselmu?" Tanya Jason perlahan.
[Aku mematikannya.]
"Semuanya baik?" Celine tidak menjawabnya. "Ada masalah?" Tanya Jason lagi dengan sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
broken PRINCESS
RomansaCeline James memiliki segalanya selain satu hal... Kebahagiaan. Sosok putri kerajaan terlihat begitu indah dari luar, namun siapa sangka jika di dalam diri Celine tidak tersisa apapun selain... Kehampaan. Bagaikan porselen kaca yang berkilau, Celine...