CELINE - 34

29 4 0
                                    

.
.
.
.
.



Sebuah pengalaman baru Celine dapatkan di perjalanan kali ini. Bagaimana dia hanya melihat kabin kelas bisnis dari belakang. Duduk berderet bersama penumpang lain. Dan hiruk pikuk yang selalu dihindarinya.

Michael dengan baik hati menukar kursinya, sehingga Celine bisa melihat awan dari jendela pesawat. Menutupi tubuhnya yang kecil dengan perawakan Michael yang tinggi, sehingga mencegah seseorang mengenalinya dengan sengaja.

"Celine kau sudah mengaktifkan mode pesawat di ponselmu?" Tanya Michael yang melipat jaketnya dan menaruhnya di atas.

"Ah, belum." Celine mengeluarkan ponselnya dari tas kecil yang dikalungkannya. "Clear, sir." Ucap Celine membuat Michael tersenyum.

"Sembari menunggu perjalanan, kau mau melihat data rumah sakit dulu atau menonton sesuatu?" Tawar Michael yang mengeluarkan ipad ke atas pangkuannya.

"Membaca data di ketinggian?"

"Jadwal kita pada saat sudah di Jepang, kurasa daripada kau terburu-buru lebih baik menghabiskan waktu untuk mempelajarinya."

"Bukan ide yang buruk. Berikan padaku." Celine memindah ipad ke atas pangkuannya dan mulai menggulir isi folder yang memiliki banyak data. "Banyak juga ternyata."

"Jangan khawatir kau punya 7 jam untuk menyelesaikannya."

Celine memicingkan mata, "Kalau aku mempelajari data ini. Apa yang akan kau lakukan pak dokter?"

"Aku?" Michael menunjuk dirinya sendiri. "Beristirahat apalagi. Semalaman aku meringkas data untukmu, hal yang harus ku pelajari berminggu-minggu hanya kau baca dalam satu folder. Bukankah itu sudah luar biasa."

"Waah ternyata kau sekompeten Zari dan Artyo." Ucap Celine kagum.

"Bagaimana, apa aku lolos kualifikasi jadi sekretarismu?"

Dahi Celine berkerut. "Tidak bisa."

"Kenapa?"

"Kalau kau jadi sekretarisku, siapa yang akan mengatasi Lili di rumah sakit. Tidak boleh." Celine menepuk bahu Michael pelan. "Kerja bagus dokter Mike, beristirahatlah aku akan pelajari ini dengan baik."

"Baiklah." Mike mencoba menyederkan punggungnya, berpura-pura menutup kedua mata. Namun, sesekali mengamati hal yang sedang dilakukan Celine. Tentu saja, memastikan apakah perhatian gadis itu masih jatuh pada puluhan dokumen atau mulai beralih.



.
.
.
.
.



Sesampainya di bandara Jepang, Celine harus merasakan pegal luar biasa di seluruh tubuhnya. Tubuhnya lelah, tapi dia tidak bisa istirahat dengan nyaman. Semua folder sudah dibaca habis dan sekarang dia harus berjalan di tengah kerumunan menuju taxi yang dipesan Michael.

Jepang memang sesibuk yang didengar. Banyak orang berjalan kaki. Layar-layar besar menampakkan beragam iklan, bahkan di siang hari semua nampak begitu terang. Di perjalanan menuju hotel Celine mencoba mengistirahatkan matanya sebentar.

"Kau mau makan dulu atau-" Tanya Michael saat menyerahkan kunci kamar yang langsung disahuti Celine singkat.

"Tidur dulu."

"Baiklah, hubungi aku jika jet lag mu sudah mereda." Bukannya menjawab, Celine hanya memberi gestur dengan menyatukan ibu jari dan telunjuknya pertanda paham.

Menyeret langkahnya berat, Celine membiarkan kopernya teronggok di dekat pintu dan membawa tubuhnya ambruk di atas kasur. Tanpa perlu repot melepas jaket atau sepatunya Celine terlelap begitu saja dalam hitungan menit.

broken PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang